Aku terbangun ketika samar-samar mendengar hp ku berdering. Segera aku ambil hpku yang semalam ku simpan di meja samping tempat tidur, dan ketika aku melihat layar hp, ternyata itu panggilan video dari Mamah Winda.
"Mah..." sapaku.
"Mamaaaah..." ternyata wajah Ibaz dan Khana yang menyapaku.
"Haaaiii sayaaang..." balasku antusias.
"Mamah kapan pulang?" Tanya Ibaz sedikit merengek.
"Hari ini sayaaang. Ini mamah udah bangun mau pulang..."
"Cepet pulang ya mamah, aku udah kangen..." balesnya lagi tambah merengek.
"Iyaa aku uga tanen..." sahut Khana sambil nangis.
"Uuuhhh sssttt jangan nangis sayang...iya iya ini mamah mau pulang...sstt...sst yaa sayaaang..."
Tiba keduanya nangis bersama. Aku berusaha menenangkan keduanya begitu juga mamah Winda yang ada disamping mereka berusaha menenangkan mereka. Sambil menenangkan mereka lewat video, aku lihat Kiyan mulai menggeliat dan berusaha melek lalu melihat kearahku.
Aku menempelkan telunjuk dimulutku memberi tanda pada Kiyan untuk tidak berbicara. Kiyan terheran, dia bergerak pelan untuk bangun dan mendekat ke arahku lalu melihat panggilan videoku dengan anak-anak.
Kiyan yang melihat anak-anaknya menangis disebrang video sana, hanya tersenyum sambil menyenderkan kepalanya dipundak kananku.
"Sayaang sst...sst...sst...udah udah ya...kan ini mamah sama ayah juga udah mau pulang, kita udah selesai ko perginya, udah berenti ya nangisnya..."
"Yaudah cepet pulang loh mamah..
Aku sepi disiniiii..." ucap Ibaz masih sedikit menangis."Hmm iya iya...mamah juga sepi ini nggak ada ibaz dan khana...cuma berdua doang sama ayah..." jawabku.
Tapi ketika aku menjawab seperti itu, aku melihat Kiyan menatapku dengan wajah cemberut. Aku heran dengan ekspresinya. Lalu dia langsung meraih selimut lagi dan tidur membelakangiku.
Tidak langsung aku hiraukan karena aku masih fokus dengan Ibaz dan Khana.
"Yaudah tlp nya tutup ya, mamah cepet mandi tlus pulang..."
"Iyaa abang sayang...udah jangan nangis lagi ya...nanti mamah juga nangis loh..."
"Ndak boeh, mamah ndaak boeh nangis..." jawab Khana yang selalu bersikap manis.
"Iyaaa...tapi ade sama abang juga nggak boleh nangis lagi ya. Ade sama abang kan anak-anak yang pinter, anak yang ganteng anak yang cantik, jadi nggak boleh nangis lama-lama. Tapi doain mamah sama ayah biar selamat-selamat di jalan dan cepet sampai rumah, supaya bisa cepet ketemu sama abang dan ade ya..."
"Iyaaa mamaah...aku doain mamah ati-ati di jalan ya, mamah sama ayah cepet sampe di lumah..." jawab Ibaz dengan kepolosannya.
"Iya mamah ati-ati...." sahut Khana yang nggak pernah mau ketinggalan abangnya.
"Iyaa sayaang makasih yaa...kalian juga hati-hati ya disana. Nurut yaa sama nenek..."
"Iyaa mamah..." jawab Ibaz dan Khana.
Telepon terputus setelahnya, hp ku simpan kembali di meja dan aku melihat ke arah Kiyan yang dari tadi membelakangin ku.
"Yah..." panggilku sambil mengelus lengannya.
"Hmm..."
"Kamu kenapa?" Tanyaku sambil mendekat kearahnya.
"Nggak apa-apa..." jawabnya singkat.
![](https://img.wattpad.com/cover/311980328-288-k454749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LURUH : Cinta Lama Yang Terlarang (END) (REVISI)
ChickLitWarning!! DEWASA!!! Komitmen penting ketika menikah adalah SETIA. Sudah 5 tahun Nata Arisya menjalani pernikahan dengan seorang pria yang pasti sangat dicintainya Kiyanza Adiputra bahkan tanda cinta mereka sudah ada dua yakni seorang putra Ibaz Adip...