4️⃣7️⃣ Siapa Sebenarnya yang Salah?

361 55 2
                                    

"Dia!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia!"

Ajun, Raja, dan Revan langsung menunjuk Naja yang mencoba menghindar. Lelaki itu menggaruk rambutnya yang tidak gatal karena merasa gelisah. Naja kembali menghadap teman-temannya dan Clara, tetapi ia urungkan. Raja yang melihatnya sangat kesal hingga terpaksa memutar tubuh Naja.

"Ngomong sama Clara. Katanya mau minta maaf," ucap Raja.

Naja mengangguk pasrah. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi selain menatap mata Clara. Namun, tak semudah itu setelah semuanya telah terjadi. Naja tidak sanggup melihat gadis yang telah membuatnya kesusahan sendiri.

Tiba-tiba Clara beranjak dari tempat duduknya. Empat pasang mata melihatnya dengan tatapan keheranan. Kaki Clara mengantarkan dirinya ke pojok ruangan. Entah apa yang sedang dilakukan gadis itu di sana. Naja menyuruh teman-temannya untuk meninggalkan dirinya sendirian. Mereka pun kembali ke ranjang masing-masing dan menutup tirainya.

"Gue pikir lo enggak bisa bicara kalau kita saling berhadapan," ucap Clara.

"Maksudnya?" tanya Naja kebingungan karena tidak paham dengan apa yang dibicarakan gadis itu.

Clara melambaikan tangannya sembari memegang ponselnya. Di tempat yang berbeda, Naja mendapatkan panggilan telepon dari gadis itu. Akhirnya, mereka pun saling berteleponan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Clara sendiri membalikkan badannya membelakangi Naja.

"Ngomong aja sekarang!" pinta Clara.

"Erm ... Kita enggak perlu melakukan seperti ini. Gue bisa kok ngomong di hadapan lo sekarang," papar Naja.

"Ah, berarti gue yang enggak bisa," ucap Clara.

Butuh keberanian untuk berhadapan dengan lelaki itu. Datang ke rumah sakit ini saja membuat Clara merasa seperti seorang yang tidak tau malu. Namun, dirinya sendiri tidak bisa menahan hatinya untuk tak bertemu dengan teman-temannya, terutama Naja. Clara sangat merindukan laki-laki tersebut.

"Naja," lirih Clara.

"Hmmm?"

"Kenapa lo selalu punya pikiran sempit, sih?" pekik Clara menahan isak tangisnya.

"Lo enggak pinter ngambil keputusan sendiri. Lo enggak pernah mikir kalau tindakan itu bisa membahayakan orang lain ... Hiks ...Hiks ... Lo juga bisa terluka sendiri, Naja!" murka Clara bersamaan dengan tangisan yang sudah tidak bisa ditahan lagi.

Naja masih belum membuka mulutnya untuk berbicara. Matanya masih sibuk melihat gadis yang sedang bersandar di dinding putih. Ia hanya bisa melihat punggungnya dari belakang. Isakan tangisnya sangat terdengar meskipun ponselnya sudah tidak menempel di telinganya.

Kaki Naja masih berjalan satu langkah, tetapi sudah ketahuan oleh Clara. Gadis itu melarangnya agar tidak mendekatinya dan menyuruh untuk tetap di tempatnya.

"Jangan mendekat! Tetap di sana!" pinta Clara.

"Clara," lirih Naja.

Tidak ada jawaban dan hanya terdengar tangisan yang tersedu-sedu.

Be Mine 🎶 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang