JP | 02

35.1K 1.3K 2
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****


"Mas, Shania masih pemotretan di tempat kamu?" Zila meninggikan suara agar terdengar oleh Abi yang sudah duduk di meja makan. Zila sendiri masih di dapur untuk menuang masakannya ke dalam mangkuk.

"Iya, kenapa Zi?" Abi juga melakukan hal yang sama dengan Zila.

"Mau dibawakan makan siang nggak?"

"Memangnya kamu bisa? Kalau bikin kamu repot mendingan Mas beli aja Zi."

Zila menggeleng sambil mondar-mandir menyiapkan sarapan. Abi yang hendak membantu langsung ditolak olehnya.

"Kebetulan Zila nanti pulang cepat Mas, Zila juga masak agak banyakan tadi."

"Oke kalau gitu, mau Mas jemput gak?"

"Nggak usah Mas, nanti aku pesan taksi online aja."

Abi mengangguk sebagai jawaban. Kini mereka sudah menikmati sarapan bersama. Sesekali mereka akan melempar canda yang sudah lama sekali tidak mereka lakukan.

Jabatan baru yang dimiliki Abi membuat komunikasi di antara keduanya menjadi renggang. Meski Zila selalu menunggunya pulang tetap saja mereka tidak bisa mengobrol terlalu banyak karena sudah sama-sama lelah.

****

Sudah satu minggu Shania mondar- mandir di perusahaan tempat Abi bekerja.

Sesekali Shania akan bertemu dengan Abi saat dirinya sedang di area pemotretan. Abi yang mempunyai tanggung jawab bertugas untuk mengawasi proses berjalannya iklan yang akan perusahaannya luncurkan.

Seperti tadi pagii, Shania sedang berpose di depan kamera dan Abi sedang di belakang fotografer untuk melihat langsung hasilnya.

Jika pemotretan selesai siang hari maka Abi akan mengajak Shania untuk makan siang bersama. Abi yang tidak mempunyai adik senang-senang saja jika Shania menunjukkan sikap manjanya.

Karena tidak mempunyai adik ataupun kakak, Abi sering ikut memanjakan Shania seperti keluarga gadis itu.

Untuk hari ini Zila akan membawakan mereka makan siang sesuai ucapanya tadi pagi. Di ruangan Abi sudah ada Shania yang duduk di sofa sambil sesekali mencuri pandang ke arah Abi.

Sejak sering bertemu dengan Abi, Shania jadi sering memikirkan suami kakaknya. Membayangkan jika dia yang ada di posisi Zila, pasti dia akan selalu mengikuti kemanapun Abi pergi.

Abi adalah pria idaman bagi semua wanita, wajahnya yang tampan dan sikapnya yang ramah kepada semua orang membuatnya semakin dipuja-puja kaum hawa.

Diam-diam Shania memotret Abi yang masih sibuk dengan dokumen-dokumennya.

'Kamu sangat sexy, Mas.' Batin Shania.

Bekerja sebagai model di ibukota membuat Shania mengikuti gaya hidup disana. Gaya hidup bebas semakin membuat Shania susah diatur dan sering memaksakan kehendaknya.

Tok Tok Tok

"Masuk." Titah Abi

Zila yang tadi mengetuk pintu segera masuk begitu mendengar suara suaminya.

"Assalamualaikum Mas." Zila berjalan menghampiri Abi, mengoper bekal makanan ke tangan kiri setelahnya baru mencium tangan suaminya.

"Wa'alaikumussalam, macet gak, Zi?" Abi berdiri mencium kening istrinya.

"Seperti biasa Mas."

Zila masih belum melihat ke arah Shania yang duduk di sofa, Shania berdehem untuk menyadarkan Zila jika ada dirinya disini.

"Ehem Mbak tolong jangan bikin Nia kayak nyamuk disini." Ucapnya dengan nada ngambek.

Zila memutar tubuh menghadap Shania. "Loh, sejak kapan kamu duduk disitu dek?"

"Ish Mbak Zila kok gitu sih. Aku kan dari tadi disini!" Ucap Shania dengan kesal.

"Duh kamu masih sering ngambek aja sih dek. Udah jadi brand ambassador juga masih aja belum berubah." Zila geleng-geleng kepala melihat tingkah Shania yang sebentar-sebentar ngambek.

"Abis Nia segede ini mbak Zila nggak kelihatan." Shania masih memasang wajah kesal.

"Maaf ya adikku sayang." Ucap Zila sambil duduk di samping Shania.

"Mas, sini makan dulu." Zila mengajak Abi bergabung dengan gerakan tangan.

Zila membuka kotak bekalnya, menata semua menu di meja tamu Abi.

Abi berjalan duduk di seberang kakak beradik itu. Setelah Zila membagi makanannya, mereka makan dengan tenang. Tidak ada yang membuka suara hingga sepuluh menit kemudian ada bekas sambal yang menempel di dekat bibir Abi.

Zila yang melihat lebih dulu segera berjalan mendekati suaminya. Mengambil tisu dari dalam tas, setelahnya baru membersihkan bekas sambal yang menempel.

"

Makannya pelan-pelan Mas, lihat ini belepotan banget."

Abi hanya mengangguk melanjutkan makannya. Berbeda dengan Shania yang sedari tadi mengamati kakak iparnya. Entah kenapa ia merasa bibir Abi terlihat lebih menggoda ketika pria itu habis makan sambal.


'Aku harus merasakan bibir itu'

****

Jangan lupa Vote & Komen Terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa Vote & Komen
Terimakasih

Janda & PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang