JP | 23

29.6K 1.5K 35
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

"Maaf Den Abi.. ini ada surat."

Abi yang sedang sarapan menaruh sendok beserta garpu diatas piring. Menatap satpam yang menyerahkan amplop berwarna coklat.

"Terimakasih." Satpam bernama Joko itu mengangguk lalu meninggalkan Tuannya.

Abi mengerjapkan mata beberapa kali begitu melihat tulisan yang ada di luar amplop.

PENGADILAN AGAMA

Tangannya dengan cepat membuka isi amplop, untuk lebih memastikan lagi jika ini bukan untuk dirinya.

Namun harapan tinggal harapan. Di dalam isi surat itu ada namanya dengan nama istrinya.

Abi lantas meraih ponselnya, ia mencoba menghubungi nomor Zila yang lagi-lagi hanya ada suara operator.

"Sial! Sial! Sial!" Abi terus mengumpat. Ia tak menyangka hanya hitungan hari Zila sudah melakukan gugatan cerai. Jika bukan karena pekerjaannya yang kacau pasti dirinya bisa menemukan keberadaan istrinya.

Abi akan meminta maaf atas penghianatan yang dirinya lakukan dengan adik iparnya. Abi bersedia jika harus berlutut bahkan mendapatkan tamparan beberapa kali untuk bisa mendapatkan maaf dari Zila.

Tapi, sekarang semua sudah sia-sia. Dirinya terlalu membuang waktu dengan bekerja. Ia juga belum menelpon orang tua Zila untuk menanyakan keberadaan istrinya.

Abi mencari nomor telepon mertuanya, tak perlu menunggu waktu lama, karena di deringan pertama panggilan sudah tersambung.

"Assalamualaikum Ma."

"Wa'alaikumsalam Bi, ada apa? Apa ada masalah dengan Zila? Biasanya Zila yang akan menelpon."

Belum sempat Abi bertanya, ia sudah mendapatkan jawaban jika istrinya tidak pulang ke rumah orang tuanya.

"Tidak ada apa-apa, Ma! Abi hanya ingin bertukar kabar saja." Elaknya.

"Kabar kami baik-baik saja, bagaimana kabarmu dengan Zila? Apa kamu telepon untuk memberikan berita bahagia?" Dari nada ucapannya Abi bisa menangkap jika Yuni sangat berharap ia menelpon untuk memberi kabar jika mereka akan mendapatkan cucu.

"Hm maaf, Ma! Kami masih belum diberi kepercayaan itu."

Terdengar helaan nafas dari seberang sana, Abi merasa bersalah sudah membohongi orang yang sudah dianggapnya seperti Mama kandungnya sendiri.

Janda & PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang