JP | 26

28.5K 1.5K 19
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Assalamualaikum." Zila mengetuk pintu setinggi dua setengah meter. Rumah sederhana yang menjadi saksi hidupnya sebelum diboyong Abi.

"Waalaikumsalam." Teriak orang dari dalam. Suara wanita paruh baya yang sudah melahirkannya.

Pintu berwarna putih itu terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang mirip dengan Fazila.

"Zila... Apa kabar, Nak?" Yuni merengkuh tubuh Zila, menyalurkan kerinduan yang sudah beberapa minggu ini dipendam.

"Alhamdulillah Zila sehat, Ma. Mama sama Papa bagaimana?"

"Alhamdulillah kami juga baik, Nak! Ayo masuk dulu.. kamu sendirian aja, nggak ajak suamimu?" Yuni mengajak Zila untuk masuk ke dalam rumah.

Mereka duduk di kursi kayu yang tersedia di ruang tamu. Didepannya ada beberapa cemilan yang tertata rapi di meja.

Zila datang tidak membawa tas besar atau koper, ia hanya datang membawa sling bag yang sering ia pakai keluar.

Zila menghindari orang tuanya yang kaget saat dirinya datang dengan tas besar. Selain itu pakaian lama Zila masih banyak di lemari kamar lamanya.

Meski begitu Yuni sudah merasa ada yang aneh dengan kedatangan Zila yang tiba-tiba, ditambah dengan tidak ditemani suaminya membuat Yuni semakin curiga. Tak biasanya Zila datang sendirian tanpa memberikan kabar.

"Mas Abi masih sibuk kerja, Ma, jadi Zila sendirian aja."

"Mama ambilin minum ya, atau mau makan sekalian?" Tanya Yuni yang sudah kembali berdiri.

"Ish kayak sama orang lain aja sih, Ma, nanti Zila bisa ambil sendiri."

"Hehe abis kamu lama nggak main kesini." Yuni kembali duduk disebelah putrinya.

"Ma.. Zila boleh tidur disini?"

"Boleh dong. Ini kan juga rumah kamu, Nak. Apa nanti suamimu juga ikut menginap?" Tanya Yuni, ia menyembunyikan rasa penasarannya.

"Tidak Ma, Zila nginep sendiri." Sebelum Yuni kembali bertanya, lebih baik Zila merengek minta makan saja. "Ma perut Zila lapar." Zila memegangi perutnya seperti anak kecil yang sedang kelaparan.

Yuni terkekeh melihat tingkah putri sulungnya, Zila sangat jarang bersikap manja seperti ini. "Sini.. apa mau Mama suapin sekalian?"

Mata Zila berbinar bahagia, "Boleh Ma?"

"Boleh dong.. apa sih yang nggak buat putri Mama yang satu ini."

Yuni dan Zila makan siang bersama, Zila tidak mau makan sendirian, meski dirinya sedang disuapin, Mama nya juga harus ikut makan bersamanya.

Setelah selesai makan, Zila beristirahat di kamarnya. Nanti malam Zila berniat menceritakan semua yang terjadi pada dirinya. Semoga saja kedua orang tuanya bisa menerima keputusan Zila.

Janda & PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang