JP |35

28.3K 1.6K 33
                                    

Assalamualaikum wr wb


Wa'alaikumsalam wr wb

Bismillahirrahmanirrahim


Nungguin Gak? Nungguin Gak? Pasti Gak!

Nungguin Gak? Nungguin Gak? Pasti Gak!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"Manis?" Zila membatin jika Gavin sudah mulai gila.

"Cobalah!" Gavin mengangsurkan cangkir itu ke Zila.

Zila menerimanya lantas meminumnya sedikit, saat merasakan pahitnya kopi yang sudah diminumnya, Zila cepat-cepat ingin mengeluarkannya lagi. Tangan Gavin dengan cekatan mengangsurkan tisu yang langsung diambil oleh Zila.

"Anda sengaja mengerjai saya? Ini sangat pahit! Tidak ada manis-manisnya!" Protes Zila, untung saja dia hanya minum sedikit.

"Saya hanya mengetes kesabaranmu, Zila. Mulai besok buatkan teh tawar saja. Tunggu sampai saya datang baru buatkan tehnya."

"Ini namanya mengerjai bukan mengetes kesabaran! Saya menyesal sudah setuju kerja disini."

Gavin berdiri dari tempat duduknya, lantas berjalan mendekati Zila, Gavin melipat kedua tangannya sambil bersandar di samping meja. "Saya justru semakin ragu dengan kinerjamu! Seperti baru di dunia kerja saja! Hal seperti wajar untuk orang yang baru bekerja, Zila!"

"Tunggu dan lihat hasilnya nanti! Sebentar lagi kita akan ada meeting dengan perusahaan milik Pak Harmoko!" Zila berbalik badan hendak keluar dari ruangan Gavin, tapi, tangan Gavin sudah meraih tangan Zila lebih dulu. "Ada apa lagi Pak Gavin?"

Gavin mengambil tisu lalu membersihkan area mulut Zila yang terkena pekatnya kopi. Zila yang kesal menahan nafas saat mendapat perlakuan seperti itu. Gavin selalu bisa membuatnya mati gaya seperti ini. Sudah berapa kali Gavin membuatnya menahan nafas dan gelisah saat jarak di antara mereka terlalu dekat.

Zila memberanikan diri untuk menatap mata Gavin, sang empu yang di tatap justru masih sibuk mengusap bibirnya, pandangannya juga terarah ke bibirnya.

"Bernafaslah! Saya hanya ingin membersihkan noda kopi! Meski tidak cantik setidaknya kamu harus terlihat bersih jika akan mendatangi meeting!" Gavin mundur, lalu membuang tisu yang sudah digunakannya tadi.

Zila yang merasa malu sudah ketahuan menahan nafas segera pergi dari ruangan Gavin.

Setelah Zila menutup pintu, Gavin kembali terbayang dengan kejadian barusan. Setiap bertemu dengan Zila, Gavin selalu merasa ada hal yang berbeda dengan wanita itu. Gavin tidak merasa jijik saat tubuh mereka terlalu dekat, Gavin juga tidak ada keraguan jika harus ada kontak fisik dengan Zila. Jantungnya juga berdebar lebih kencang saat berada didekat wanita itu. Seperti saat ini, saat melihat bibir ranum milik Zila, Gavin seolah tersihir, ada dorongan dari hasratnya yang ingin sekali bisa menyentuh bibir itu secara langsung, tapi, Gavin tahu jika itu hal yang kurang ajar, tidak semua wanita akan diam saja jika seseorang melewati batasannya.

Janda & PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang