Budayain follow dulu sebelum baca 😉
Pernikahan yang sudah terjalin selama dua tahun harus kandas karena orang ketiga. Zila yang menaruh curiga dengan suaminya berusaha mencari bukti perselingkuhan sang suami.
Tanpa disangka wanita yang menjadi pih...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
"Apa kamu juga salah satu dari para wanita itu?"
"Tidak-
Nada dering ponsel Gavin menghentikan ucapan Zila, Gavin memberikan kode untuk berhenti dulu setelah melihat nama penelepon.
"Assalamualaikum Oma."
"Waalaikumsalam Gavin, Oma mendengar jika kau sudah mempunyai calon istri, apa itu benar?"
"Calon istri? Siapa yang- jangan bilang Oma memata-mataiku?"
"Itu tidak penting! Siapa wanita itu Gavin? Cepat katakan! Aku harus memastikan jika wanita itu benar-benar baik untukmu."
"Kenapa tidak bertanya pada orang suruhanmu, Oma!" Jawab Gavin.
"Jadi itu benar? Kau sudah mempunyai calon istri tapi tidak memberitahuku?" Rina di seberang sana geram mendengar jawaban Gavin. Sudah bertahun-tahun Rina memintanya menikah tapi ditolak, lalu, sekarang tiba-tiba dirinya mendapatkan kabar jika cucunya sudah mempunyai calon istri.
Gavin baru hendak menyahut, suara Rina kembali memenuhi telinga Gavin.
"Siapa Dia?" Tanya Rina dengan intonasi serius.
"Astaga Oma, kami tidak ada hubungan apapun!"
"Oma tidak percaya sebelum tahu siapa wanita itu!"
"Zila." Jawab Gavin singkat, padat dan jelas.
Zila yang tadinya sibuk dengan piring kotor langsung menoleh saat namanya disebut. Zila memberikan tatapan ingin tahu, namun diabaikan oleh Gavin.
"Zila? Zila yang Oma kenal?" Tanya Rina tidak percaya.
"Iya."
"Alhamdulillah.. Oma merestuimu, Gavin! Segera jadikan Zila bagian dari Januarta. Akhirnya do'a Oma dikabulkan." Rina sudah tersenyum cerah di seberang sana. Rencana Allah memang sungguh indah.
"Maksud Oma?"
"Jika kau serius segera nikahi Zila secepatnya atau kau akan menyesal seumur hidupmu! Assalamualaikum."
Tut
"Waalaikumsalam." Gavin tertegun sebelum akhirnya tersenyum penuh arti. Gavin kembali memasukkan ponselnya kedalam saku.