JP | 17

29.5K 1.4K 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Setelah Richard keluar dari ruangannya, Abi langsung melepas kasar lengan Shania yang masih berada di lehernya.

Shania terdorong ke belakang, untungnya tidak sampai terbentur dinding. Shania sudah akan berjalan mendekati kembali dengan tatapan merengek, tapi, Abi sudah lebih dulu mengusirnya.

"Pergi kamu dari sini!" Sentak Abi.

"Aku tidak mau! Kamu harus mengobatiku, Mas! Lihatlah hasil dari kelakuan istrimu."

Bukan menurut, Shania justru terus melancarkan niatnya. Ia ingin Abi membelanya, Shania sudah terlanjur menaruh perasaan lebih kepada Abi, dan saat Kakaknya sendiri sudah mengetahui perbuatan mereka, itu akan memudahkannya mendapatkan Abi seutuhnya.

"Aku tidak peduli! Ini semua salahmu! kamu yang sudah menjebakku, Shania! Kamu harus bertanggung jawab, aku tidak mau Zila meninggalkanku karena masalah ini!"

Abi berjalan menghindari Shania, ia menyesal sudah masuk perangkap adik iparnya. Pikirannya saat ini sedang kacau, Zila pergi dari rumah, masalah pekerjaan juga belum selesai ditambah lagi kedatangan Shania yang menambah semuanya jadi rumit.

"Aku akan bertanggung jawab dengan menggantikan posisi Mbak Zila sebagai istrimu, Mas." Kata Shania lantang.

"Jangan harap kamu bisa menggantikan Zila! Aku nggak sudi mempunyai istri murahan seperti kamu!" Sarkas Abi. Mengetahui fakta jika Shania tidak merasa bersalah sama sekali membuatnya bertambah geram. Ia bingung hal apa yang akan dilakukannya untuk menghentikan tindakan Shania.

"Jangan munafik kamu, Mas! Bukan cuman aku yang butuh kamu, kamu juga butuh aku. Kamu selalu menikmatinya setiap kali kita bercinta."

"Itu bukan bercinta! Aku tidak pernah mencintaimu! Kamu yang sudah menjebakku!" Sela Abi tak terima.

"Jahat kamu, Mas! Aku tulus mencintaimu, tidakkah kamu melihat saat aku melayanimu?" Shania memulai aksinya, ia memasang wajah sedih, seolah dia lah sang korban.

Abi memandang Shania yang sudah berkaca-kaca. "Pergilah, Nia! Jangan pernah menemuiku lagi!"

"Kamu mengusirku?" Tanya Shania tak percaya.

Abi mengangguk mantap.

"Jika aku tidak bisa mendapatkanmu, jangan harap bisa bahagia dengan Mbak Zila." Shania pergi meninggalkan ruangan Abi dengan kesal. Ia menghentak-hentakan kakinya.

Brakk

Abi mengacak kasar rambut hitam pekatnya, lalu menarik dasi yang sedari tadi terasa semakin mencekiknya. Berulang kali menghembuskan nafas kasar berkali-kali. Ia harus berpikir bagaimana cara menemukan Zila tanpa harus membuat keributan di keluarga besar mereka berdua.

****


"Mbak, sudah siap?" Tanya Mila.

"Sudah." Jawab Zila dengan merapikan kembali topi yang akan membantunya untuk menyamarkan identitasnya.

Janda & PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang