Budayain follow dulu sebelum baca 😉
Pernikahan yang sudah terjalin selama dua tahun harus kandas karena orang ketiga. Zila yang menaruh curiga dengan suaminya berusaha mencari bukti perselingkuhan sang suami.
Tanpa disangka wanita yang menjadi pih...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
Hari ini Shania menumpang mobil Abi, ia beralasan sedang tidak membawa kendaraan dan kebetulan Abi sedang tidak lembur.
Ini adalah kesempatan Shania untuk menjerat Abi. Saat ini mereka sudah berada di depan apartemen milik Shania.
Shania mempersilahkan Abi masuk, duduk di sofa ruang tamu apartemennya. Disana terdapat satu sofa panjang dan tiga sofa single yang membentuk kotak dengan meja berada ditengah.
Abi memilih duduk di sofa panjang melepas jas yang sedari tadi masih melekat di tubuhnya. Abi juga melipat lengan kemejanya sampai siku.
Shania yang dari tadi diam mengamati Abi menelan ludah susah payah. Abi akhir-akhir ini sangat mempengaruhi hati dan tubuhnya.
Shania mendambakan tubuh tegap Abi mengungkungnya dalam gairah yang membara.
"Nia, kenapa kamu diam saja disana?"
Shania tersadar dari lamunan nakalnya, ide untuk menjerat Abi sudah melintas dari beberapa saat yang lalu. Shania juga seperti mendapat lampu hijau dari ibunya Abi.
Entah apa maksud ibu Abi waktu itu, tapi satu yang bisa disimpulkan dari sana ialah Renjani menyukainya jika dirinya menjadi istri Abi.
Itu membuat gejolak di hati Shania untuk memiliki Abi semakin kuat.
Malam ini Shania akan melakukan hal yang akan membuat Abi tidak bisa menjauh darinya.
Shania berjalan menuju kamarnya terlebih dahulu. Shania dengan cepat mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah mandi, Nia menggunakan kaos longgar berkera V yang membuat belahan dadanya terlihat. Ia juga tidak menggunakan dalaman untuk memudahkannya menggoda Abi.
Bagian bawah Nia juga sengaja hanya memakai celana dalam sebagai bawahannya. Kaos yang cukup panjang membuatnya bisa beralasan agar tidak perlu menggunakan celana lagi.
Nia juga tak lupa menyemprotkan parfum di sekitar leher jenjangnya yang tak tertutup oleh rambut. Setelah dirasa cukup Nia keluar menuju dapur untuk membuatkan Abi kopi.
Shania berjalan mendekati Abi yang saat ini sedang sibuk melihat ponsel. Nia memilih tempat yang menurutnya bisa melancarkan aksinya, jadi sekarang Nia berdiri tepat di seberang sofa Abi.
"Mas, diminum dulu."
Shania sengaja menunduk untuk menunjukkan asetnya kepada Abi sambil mengulurkan kopi.
Awalnya Abi hanya fokus mengambil yang masih ada ditangan Nia tapi karena tak kunjung di taruh di meja akhirnya tatapan Abi berpindah bukan lagi melihat cangkir kopi melainkan ke aset yang dimiliki Nia.
Abi menelan ludah susah payah, Nia begitu menggoda di hadapannya. Pakaian gadis itu sangat menantang dirinya untuk berbuat lebih.
Shania tersenyum puas dalam hatinya, umpannya berhasil, tinggal menunggu selanjutnya saja.
"Ehm Mas!"
Deheman Shania membuat Abi tersadar dan merutuki dirinya karena sudah tergoda dengan adik iparnya sendiri.
"Maaf, Nia." Abi tersenyum kaku seraya mengambil cangkir kopi yang entah sejak kapan sudah berada di meja.
Nia dengan sengaja masih berdiri tepat di hadapan Abi, ia menunggu Abi sampai meminum kopinya.
Byurrrr
Abi menyemburkan minuman asinnya tepat di tubuh Shania, Abi yang masih kaget dengan rasa kopi yang diminumnya sontak berdiri membantu Shania membersihkan dirinya dari semburannya barusan.
Tanpa disadari oleh Abi tangannya justru menyentuh benda kenyal tanpa pelindung yang hanya tertutup oleh kain tipis yang basah karena nya.
"Ahh!" Shania mendesah mendapatkan sentuhan dari Abi.
Abi yang mendengarkan desahan Shania menarik kembali tangannya, ia menggaruk tengkuknya dan meminta maaf atas tangannya yang sudah lancang.
"Maaf Nia, Mas tidak sengaja."
"Tak apa Mas, Nia suka." Jawabnya tak tahu malu.
"Eh suka -
Abi menggantung kalimatnya begitu tangan Shania menarik tangan Abi untuk memegang aset miliknya kembali.
"Nia suka tangan Mas disini. Bukankah sangat pas ditangan Mas Abi?" Tanyanya menggoda.
Shania berharap Abi mulai terangsang dengan tindakannya. Tangan Abi dituntun oleh tangan Nia untuk meremas-remas miliknya.
"Ahh."
Abi menarik kasar tangannya. Dalam hati Abi merutuki perbuatannya, ia menekan hasrat untuk menerjang tubuh molek Shania.
"Nia, tidak seharusnya kamu menggoda Mas!" Bentak Abi setelah bisa mengontrol situasi.
Shania menunduk, ia berpura-pura merasa bersalah agar Abi tidak marah kepadanya.
"Maafkan Nia Mas, hiks hiks."
Abi menjadi tak enak melihat Nia yang justru mulai menangis. Abi berjalan mendekati Nia, tanpa disadari olehnya Nia tengah tersenyum sekarang.
"Maaf Mas sudah membentakmu." Abi mengulurkan tangan untuk mengelus pucuk kepala Nia yang jutru membuat ia bisa melihat aset Nia yang tidak tertutup.
"Nia minta maaf tolong jangan beritahu Mbak Zila ya, Mas." Ucapnya masih tersedu-sedu.
"Mas juga salah disini, Mas pamit pulang saja ya."
Abi melepas tangannya yang ada dikepala Nia, baru saja ia berjalan Nia sudah memanggilnya.
"Mas, minum air putih dulu ya. Tadi sepertinya Nia salah masukkan garam ke minuman Mas."
Shania bangkit dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih yang sudah disiapkannya.
Abi meneguk habis air putih yang di sodorkan Nia tanpa menaruh rasa curiga. Tenggorokan perlu dijernihkan efek dari kopi yang asin dan situasi yang baru saja terjadi.
Niatnya untuk menormal tenggorokan justru membuat tubuh Abi meremang, ia merasakan panas menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Apa yang kau masukkan di minuman itu Nia!"
****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.