JP | 16

30.8K 1.5K 19
                                    

Hollaaaa ..

Hollaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Satu jam sebelumnya....

Richard yang baru saja sampai di tempat persembunyian calon tunangannya, tiba-tiba mendapatkan panggilan telepon dari Gavin, atasan sekaligus sahabatnya.

"Kenapa, Vin?"

Terdengar gemerisik dari seberang telepon.

"Jemput gue sekarang di hotel xxx!" Titah Gavin.

Richard menghela nafas kesal. "Gue masih ada urusan sebentar, setengah jam lagi gue jemput. Lagian kenapa lo tiba-tiba ikut sih!" Protes Richard.

Bos nya itu, baru tadi pagi bilang jika tidak akan ikut meeting di kantor cabang, dia lebih memilih untuk merilekskan diri di hotel setelah bertemu klien pada jam makan siang. Tapi, sekarang disaat satu jam sebelum meeting dimulai, ia menyuruhnya untuk menyusul saat dirinya sedang mengurus bocah tengil yang akan menjadi tunangannya.

"Jangan lupa kalau gue adalah bosnya!"

Tut

"Sial!"

Richard menyumpah serapahi Gavin, ia menyumpahi temannya akan menjadi bucin setelah ini.

Sedangkan Gavin segera mengemasi laptopnya, jas dan kemeja yang sudah ia tanggalkan kembali ia kenakan. Niatnya untuk merefresh pikiran sudah hilang. Sepertinya dia ditakdirkan untuk menjadi musuh bebuyutan wanita.

Apapun kelakuan wanita di sekitarnya selalu membuatnya pusing.

****

"Apa?? Gay !!" Teriak Mila sebelum pingsan.

Zila segera menangkap tubuh Mila, karena tubuhnya yang tidak terlalu besar, membuatnya ikut terjatuh.

Bruk

"Awh.." Pekik Zila, posisi mereka saat ini, tubuh Mila diatas tubuh Zila.

"Mila..." Zila menggeser tubuh Mila hingga gadis itu benar-benar tidur di lantai.

"Mila... bangun, Mil!" Zila mencoba membangunkan Mila dengan menepuk kedua pipi Mila, tapi, Mila masih tidak merespon.

Zila yang panik melihat ke sekitar yang ternyata memang sepi tidak ada orang.

"Gimana ini?" Batin Zila, ia tak mungkin bisa mengangkat tubuh Mila yang sebelas dua belas dengannya.

Zila masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil minyak angin yang untungnya selalu ada di dalam tas kecilnya.

Setelah itu ia menggosokkan tangannya dengan minyak lalu ia dekatkan ke hidung Mila.

Beberapa saat kemudian, Mila mulai merespon dengan menggerakkan kelopak matanya.

Janda & PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang