JP | 06

29.5K 1K 18
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****


Sudah hampir tiga minggu Abi semakin bertambah sibuk, jika biasanya Abi masih berkirim pesan kepada istrinya justru sekarang sudah jarang sekali membeli kabar.

Sekalinya memberi kabar pasti saat dirinya harus pergi keluar kota beberapa hari.

Zila bukannya tidak bersyukur suaminya naik jabatan tapi Zila juga tidak munafik jika dirinya lebih menyukai jabatan Abi yang dulu.

Abi yang dulu selalu ada untuk dirinya, selalu menyempatkan waktu untuk mereka bersama walau hanya beberapa jam saja.

Tapi sekarang Zila seperti sudah lupa bagaimana rasanya bisa bercanda tawa dengan suaminya dikala lelah.

Jika Abi pulang ke rumah waktunya hanya untuk tidur. Rumah sudah seperti hotel yang hanya ditinggali untuk menginap saja.

Salahkah Zila jika ia merindukan masa-masa dulu.

Malam ini seperti malam sebelumnya, Abi datang tepat pukul 12 malam. Kondisinya terlihat sangat lelah. Kalau sudah begini Abi hanya akan cuci muka dan gosok gigi setelahnya langsung tidur.

Mereka bahkan sudah lama tidak melakukan hubungan suami istri. Zila juga manusia biasa yang terkadang membutuhkan suaminya untuk bermanja.

Keesokan harinya, Zila sedang berada di dapur untuk masak seperti biasanya. Abi datang dengan memeluk tubuh istrinya dari belakang. Itu kebiasaan yang selalu Abi lakukan semenjak mereka baru menikah.

"Pagi Zi." Sapa Abi, masih dengan suara serak khas bangun tidur.

"Pagi Mas, tumben sudah bangun."

"Aku merindukanmu Zi, bisakah kita melakukannya?"

Zila mengusap tangan suaminya yang berada di perutnya. "Maaf Mas Abi, Zila baru saja datang bulan."

Abi menghembuskan nafas lelah di tengkuk Zila.

"Padahal aku sudah sangat merindukanmu Zi." Ucap Abi dengan kecewa.

"Kamu yang selalu sibuk Mas, aku siap melayanimu kapan saja tapi jika saat ini aku tidak bisa."

Abi kembali menghembuskan nafas lelah, ia tahu ini salahnya sendiri. Tapi hari ini ia sangat membutuhkan Zila. Ia merindukan kehangatan tubuh Zila.

"Zi, nanti malam sampai lusa Mas tidak pulang ya. Mas harus pergi keluar kota."

"Lagi Mas? Baru juga minggu lalu kamu keluar kota." Bolehkan jika Zila protes.

"Maaf ya, jika waktu Mas kurang untuk kamu. Ini demi kita, demi anak-anak kita kelak."

Zila hanya mengangguk, dalam hati ia berharap Abi bisa meluangkan waktu lebih banyak kepadanya, harapannya harus pupus lagi. Ini hari jumat dan nanti Mas Abi tidak pulang sampai lusa. Artinya lagi-lagi Zila dirumah sendirian saat weekend.

"Mas mandi dulu ya, Zi."

Saat pelukan itu terlepas rasanya seperti ada yang kosong.

Abi memasuki kamar tetapi tidak langsung masuk ke kamar mandi, Ia justru mengambil ponselnya. Mengotak-atik sebentar sebelum menempelkannya di telinga.

"Malam ini temani aku sampai lusa. Puaskan aku seperti biasanya."

Tut

Panggilan terputus tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.

Ini pertama kalinya Abi berbohong jika ada pekerjaan yang mengharuskannya menginap. Jika sebelumnya ia memang diharuskan pergi keluar kota untuk menghadiri rapat atau sekedar meninjau lapangan.

Sekarang ia harus berbohong, jujur saja mendapat penolakan disaat hasratnya melambung tinggi hanya akan membuatnya frustasi sendiri. Ia harus menyalurkannya apalagi beberapa minggu ini Abi selalu mendapatkan kepuasaan.

Setelah kejadian di apartemen Shania waktu itu mereka memang masih sering berhubungan.

Di awal Abi selalu menolak tapi Shania terus menggodanya dengan datang ke kantor atau menyuruhnya menemuinya di apartemen jika tidak dituruti Shania akan menyebarkan video mereka ke Zila.

Lama kelamaan Abi menjadi menikmatinya. Ia hanya berpura-pura menolak saat Shania menyuguhkan tubuhnya. Ia hanya tak ingin Shania semakin liar jika tahu dirinya sudah tidak menolak saat Shania mengajaknya.

Kali ini Abi mau tidak mau harus menghubungi Shania terlebih dahulu. Tidak ada pilihan lain selain menyalurkannya melalui Shania. Wajah mereka tak jauh berbeda. Setiap Abi berhubungan dengan Shania sering kali Abi justru memanggil nama Zila. Hal itu tentu saja membuat Shania semakin tidak terkendali.

Mulai hari ini mungkin Abi akan menurunkan ego nya kepada Shania. Karena mereka saling membutuhkan, bukan hanya Shania saja tapi dirinya juga.

Toh selama ini mereka sering melakukannya, bahkan di ruangan tempat kerja Abi.








****

Jangan lupa Vote dan komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa Vote dan komen

Abi mulai kecanduan nih 😡

Terimakasih

Janda & PerjakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang