Prolog

49.9K 1.5K 22
                                    

Alunan lagu romantis terdengar saat Annara memasuki Ballroom salah satu hotel ternama. Gadis dengan balutan gaun pastel serta tas selempang itu berdecak saat suara seseorang dari arah kiri memanggilnya.

"Kamu telat Annara," kata si pemanggil, yang tak lain adalah tantenya.

Annara memaksakan senyum. "Anna tadi ada meeting tante," jawabnya.

Wanita paruh baya itu mengangguk dengan senyuman remeh, tak lama kemudian beberapa orang mendekat ke arah mereka. Dalam hati, Annara mengumpat. Ia sudah bisa menebak apa yang akan orang-orang itu katakan padanya.

"Anna, kapan nih nyusul?" Tanya seorang wanita paruh baya yang baru mendekat.

"Iya nih, kayaknya tinggal kamu deh yang belum," tambah seorang lainnya.

See? Annara bahkan sudah hafal, kalimat itu yang terus-terusan ditanyakan padanya saat satu persatu sepupu atau saudara jauhnya menikah. Para wanita paruh baya yang ia panggil tante itu seakan tak bosan menghinanya dengan cara halus.

Dari pertanyaan basa-basi mereka, Annara tau dibalik itu ada ejekan. Kira-kira jika diucapkan akan seperti ini. "Udah tua nggak nikah-nikah, nggak laku ya?"

Apa Annara tersinggung? Oh tentu tidak. Tidak ada gunanya memikirkan omongan orang lain. Toh jika ia belum menikah, tak akan membuat mereka susah bukan?

Berbanding terbalik dengan Annara yang tak menggubris pertanyaan mereka, mamanya yang berada tepat di sampingnya terlihat tak nyaman. Entah karena tersinggung dengan pertanyaan yang di lontarkan keluarganya, atau karena malu karena putrinya belum menikah di usia yang sudah menginjak 25 tahun.

"Ekhm, doanya ya mbak Mira, mbak Aini. Semoga Anna segera menyusul Sheila menikah," ucap mamanya dengan mengelus lengan Annara.

Sebelum muncul pertanyaan susulan yang akan semakin membuat telinganya panas, Annara lebih dulu berpamitan dengan alasan ingin memberi selamat pada pengantin yang sedang duduk di kursi pelaminan.

"Menikah? Cih."

ANNARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang