32: dress

58 9 1
                                    

Padahal mereka akan menikah, tapi Evans dan Arin malah jarang bertemu. Sekiranya mereka harus menyelesaikan seluruh pekerjaan sebelum acara pernikahan.

"Apa seluruh barang sudah tiba di Barcelona?"

"Sudah Tuan" Jawab Satria yang berdiri tegap di hadapan Evans yang sedang santai di Sofanya.

Evans mengambil gelas di atas meja untuk menikmati kopi panas di dalamnya.

Padahal ia sudah sering lembur lantaran sibuk bekerja. Namun, tetap saja ia merasa begitu lelah.

"Tuan Felix menanyakan tentang lukisan berharga satu juta dolar yang akan di kirim Kamis malam ke Dubai"

Satria menggantikan Riko yang sedang pergi menemui ibunya hari ini. Dia pria yang sama-sama cakap dan telaten. 

"Seharusnya dia tidak perlu meragukanku."

Evans sangat bertanggung jawab dan jujur. Untuk apa mereka perlu meragukan bisnis yang ia jalankan.

"Apakah Arin baik-baik saja?"

Mereka berada dalam satu bangunan yang sama, bodohnya Evans tak datang dan menemui Arin secara langsung untuk menanyakan keadaannya. Pengecut. Ia ingin melihat wanita itu tapi saat ini ia begitu sibuk.

"Nona Arin juga terlihat sibuk saat menjalani rutinitasnya."
Satria membuka tablet di tangannya, menggerakkan jarinya naik turun untuk membaca laporan apa yang harus ia paparkan.

Apa yang Arin lakukan, apakah dia senang jika Evans tak menganggu dirinya seperti hari-hari yang lalu.

Apakah Arin akan senang jika ia mengajaknya makan malam lagi.

Pertanyaan itu tak mau berhenti memutari kepalanya. Hanya memikirkan Arin saja membuat ia merasa begitu terpukau. Tatapan matanya dan senyumannya, dan wanita itu malah mengajukan perjanjian untuk tidak boleh menyentuh wanita itu.

Evans menggila saat itu, bertemu Arin saja Evans sekuat tenaga menahan untuk tidak memeluk wanita itu. Dan di saat nanti Arin menjadi miliknya ia malah harus tidak menyentuhnya.

Pria mana yang akan bisa menerimanya

"Tuan Galih marah setelah kontrak kerja yang kita putuskan."
Ucapan Satria menarik Evans dari pikirannya tentang Arin.

"Pria bodoh itu sangat menyebalkan, padahal aku yang memutuskan kontrak tapi dia yang kesal seakan dirinya yang di khianati"
Evans merasa ini sedikit lucu.

Bahkan Satria tersenyum tipis sambil sedikit menundukkan wajah.

"Cassano terdeteksi mengintai kita beberapa Minggu lalu, kita harus lebih berhati-hati"

Cassano, mereka adalah kelompok orang yang punya bisnis besar. Mereka biasanya digunakan untuk menjatuhkan bisnis orang bahkan melenyapkan seseorang demi kelancaran bisnis yang mungkin di halangi.
Dan Evans dengan bisnis yang menurut saingannya sangat merugikan pihak pengusaha lain. Mereka hanya iri pada kesuksesan Evans yang terlihat mudah di raih.
Dia bukan pendatang baru dalam dunia bisnis tapi mereka tetap saja mengatakan Evans seorang amatir.

"Apapun itu, pastikan Miss Arin tetap aman."
Cassano atau badai pun tak akan ia biarkan menyentuh wanitanya.

"Dimengerti"

• • •

Kilatan cahaya dari Payung convertible memantul. Ini sesi pemotretan terlama yang pernah Arin datangi, bukan dia tidak menjadi model pemotretan itu melainkan mengawasinya.

Arsya sudah berpose dengan baik pada produk fashion perusahaan mereka, Blue Sky yang ia pegang terbagi pada banyak bidang bisnis. Dan dalam rencana mereka menggali bakat terpendam anak bangsa, Arin sudah mencari desainer muda yang berkolaborasi dengan temannya Caya. Projek yang terlihat sangat memukau, karya anak bangsa memang layak untuk di apresiasi.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang