Red

41 3 2
                                    


Masih terang untuk memeriksa keadaan pelabuhan hari itu. Arin belum menyelesaikan kontrak yang sedang ia buat, tapi ketika Evans mengajaknya untuk melihat-lihat daerah tempatnya bekerja, Arin menjadi tertarik dan meninggalkan kontrak itu untuk sementara.

Pekerjaan itu bisa ia selesaikan kapan saja, Arin jadi tidak khawatir.

"Jadi kamu hanya ikut mengantar barang jika yang di angkut bener-bener penting?"

"Tidak selalu, terkadang aku hendak menemui owner barang tersebut. Ada banyak sekali alasan"

Arin mengangguk-angguk paham. padahal ia tidak terlalu suka pantai karena panas. Kenapa juga bisa mendapatkan suami yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan laut.

"Apa kamu pernah tertangkap dengan polisi laut?"

"Tidak, meskipun banyak barang ilegal di bawa. Mereka tau kapal ku punya lisensi dan izin"

Arin menghela nafas, kalau begitu hampir mustahil mereka tau Evans suka membawa barang-barang gelap. Pria ini pandai bermain juga ternyata.

Tukang paket yang sangat cerdik, juga tampan. Oh beruntung sekali pria ini suaminya.

Perjalanan yang menyenangkan, jika di ingat lagi mereka belum sepenuhnya menikmati hari-hari sebagai pengantin baru kan. Bagus, sambil jalan-jalan Evans tak perlu khawatir pekerjaannya terganggu.

Mereka melewati rute yang tidak terlihat ramai. Rute yang cukup aman nampaknya. Riko dan Satria ada di belakang mereka menaiki motor, mereka juga terlihat menikmati suasana.

Tetapi, agaknya Arin akan lebih setuju jika perjalanan ini di tempuh dengan Harley itu. Anginnya pasti sangat bersahabat, langit juga tidak panas. Ini sudah semakin sore dan malah akan terasa lebih menyenangkan.

"Kenapa kita tidak naik motor aja?"

"Kamu lebih suka kepanasan dan beradu
dengan debu?"

Dari cara Evans, bicara pria ini malah seperti mengejek bukan khawatir.

"Apa kau tidak tahu berapa tahun aku berkendara motor selama menjadi perawat? Bahkan aku masih sering berangkat dengan motor setelah menjadi Pimpinan"

"Tapi mobil ini lebih menyenangkan bukan?"

Arin menghela nafas, sayang sekali naik motor lebih terasa romantis. Ia hanya diam setelah ingat bahwa tabiat suaminya adalah ketidakpekaan. Namun, ia jadi bingung ketika tiba-tiba mobil mereka menepi dan berhenti.

"Baiklah ayo kita naik motor, tapi jangan mengeluh apapun. Atau aku akan mencium mu sampai kehabisan nafas"
Ancamannya.

"Never" senyumannya langsung secerah matahari terbit.
Scene romantis dalam bayangannya akan di mulai, saat membayangkannya saja sudah terasa sangat menyenangkan.

"Kalian naiklah mobil, udara sore ini terlihat nyaman untuk di nikmati"

Riko dan Satria mengerti langsung turun dari Harley tersebut.
Tidak lupa, Riko memberikan jaket kulitnya pada Evans. Agar aman saja dari masuk angin.
Perjalanan pun dimulai kembali. Ah Arin sangat menyukainya, biasanya ia akan menjadi wanita yang cerewet saat naik motor dengan alasan bokong yang terasa panas dan gatal, belum lagi debu yang sangat tidak sopan masuk ke mata. Namun, bersama Evans mau berhari-hari pun Arin tidak akan pernah protes apapun.

Ya tidak ragu untuk memeluk Evans dari belakang motor juga berjalan dengan kecepatan yang normal.
Angin yang ia duga akan terasa menyenangkan, begitu kenyataannya. Lebih terasa membahagiakan ketika ia rasakan secara nyata.

Baiklah akan Evans akui membonceng Arin sangat menyenangkan juga menguntungkan untuknya. Kapan lagi mereka bisa sedekat ini?
Terutama merasakan pelukan yang erat.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang