42. Your Feeling

958 233 369
                                    
















Maaf sempat menghilang beberapa hari, awalnya kecewa sih karena komentar tiba-tiba menurun. Jadi waktu itu aku mutusin buat fokus ke e-book dua, tapi ya udah lah ya...

Alurnya mau aku persingkat aja. Mungkin yang lain udah pada bosen, makanya komentarnya mulai sepi😂 terimakasih banyak kepada yang sudah setia meramaikan paragraf, sayang kalian semua💜💜💜💜






































Keadaan masih terasa sama meskipun sudah lewat sebulan. Kasus kematian Kijung tak kunjung menemukan titik terang, jelas saja... yang memegang kendali penuh adalah Daehoon. Tentu orang itu mampu memutar balikan fakta hanya dalam sekejap mata.

Jungkook duduk dikursi kebesarannya, dengan kepala bersandar pada ujung kursi dan pandangan menatap kearah langit-langit.

"Anakku akan dibunuh, tolong dia! Tolong datang kemari untuk menyelamatkan anakku!"

Helaan nafas berat Jungkook terdengar mengisi keheningan di ruang kerjanya. Ia lalu beranjak dari kursi tersebut, menatap pemandangan dibawah melalui dinding kaca ruangannya ini.

"Tetap disana, jangan pulang kemari. Tetaplah berada di Netherlands bersama Paman Lee."

"Hyeong mempercayai semuanya padamu, Jungkook.... kemungkinan besar aku tidak akan melihat hari esok. Jadi dengarkan aku baik-baik, aku menyayangimu... kau adikku yang sangat aku banggakan. Aku keluar dari Jeon bukan karena aku tidak peduli padamu. Aku peduli... dan aku memilih untuk mati agar kau bisa terus bertahan hidup."

"Korbannya adalah aku, rencana licik mereka sudah terbaca jelas."

Jungkook meremas kuat-kuat sebuah gelas yang ada di genggamannya ini. Lalu kemudian, membanting benda tersebut ke sembarang arah hingga pecahannya ada dimana-mana.

"Brengsek, keparat-keparat itu.... aku tidak akan melepaskan kalian sialan!"

Kekesalannya semakin membuncah, ia berteriak kesetanan lalu menghamburkan seluruh barang-barang yang ada diatas meja.

Nafasnya kian memburu, dendamnya pada para pelaku yang sudah membunuh sang Kakak kian menggebu-gebu. Bahkan dia sangat ingin menghabisi orang-orang itu dengan tangannya sendiri. Menghancurkan tubuh mereka berkeping-keping, dihadapan istri dan anak-anak mereka, agar keluarga dari para pelaku itu dapat merasakan.... seperti apa bentuk rasa sakit yang tiada banding!

"Kau sudah mengingat semuanya?"

Dua pria tiba-tiba saja masuk kedalam ruangan Jungkook. Lelaki itu melirik ke belakang, sambil terus mencoba untuk menetralkan pernafasannya.

"Jungkook....."

"Percakapan terakhir yang aku ingat adalah satu hari sebelum Kakakku dikabarkan tewas kecelakaan. Aku berada di Netherlands, kami berbicara lewat panggilan suara. Hyeong mengatakan bahwa dia akan dibunuh.... lalu saat malam hari berlangsung, Seohyun Noona menghubungiku. Suaranya terdengar samar-samar seperti ketakutan, dia terus mengatakan bahwa anak di dalam kandungannya juga akan dibunuh."

Lee Minsung menoleh kearah Sanghoon, keduanya saling bertatapan sebentar sebelum akhirnya Jungkook kembali mengatakan sesuatu.

"Anak dalam kandungannya adalah Junwoo, anakku."

"Saat kejadian berlangsung... Ayah sedang bertugas di Kanada. Kakekmu berlibur ke Jepang, Ibumu ada urusan di Singapore. Makanya, kami tidak tahu kalau Seohyun ditinggal oleh Kijung seorang diri."

That's My Dad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang