67. Jeon Hweji vs Government

398 37 86
                                    





Hallo, mohon ramaikan komentar... terimakasih 🙏








.
.
.










(Flashback)







Pembantaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa dari banyaknya anggota keluarga Jeon membuat Hweji benar-benar murka.

Situasi itu sangat mengganggunya, tragedi berdarah ini tidak akan pernah ia lupakan seumur hidup. Sejarah harus mencatat betapa bengisnya para pelaku yang membunuh 90'an lebih nyawa anggota keluarga Jeon beserta para pekerja mereka.

Kejadian tersebut pun membuat Hweji kehilangan 2 orang anaknya. Ia memiliki 4 orang anak, 3 laki-laki dan satu perempuan. Dua anaknya meninggal, terbunuh secara sadis.

Saat itu Hweji memang tengah sibuk-sibuknya keluar negeri, selain karena tugasnya yang merupakan seorang Panglima Jenderal besar, dia juga merupakan pimpinan Jeon ke-empat. Dan pada saat itulah, Jeon Hweji kecolongan... dia pun langsung kembali dari Tiongkok begitu mendapat kabar kalau ratusan orang mengepung mansion keluarga besar Jeon dan melakukan pembantaian itu.

"Saya tahu anda sedang berduka, tapi tolong pikirkan keputusan anda. Jangan libatkan masyarakat yang tidak bersalah hanya karena-----"

DUAGH!

Hweji disertai tatapan bengis langsung menendang salah satu menteri yang coba-coba mengajukan protes. Ia lalu meraih kerah wanita tersebut dan membantingnya sampai kepala perempuan malang ini berdarah.

"Ada lagi?" tanyanya dengan nada dingin nan menusuk.

Para audiens di dalam ruangan tampak diam. Satu pun diantara mereka bahkan tidak ada yang berani menolong wanita itu.

Ruangan yang tadinya di penuhi perbincangan tentang pembahasan mengenai penurunan ekonomi negara seketika langsung sepi.

Padahal mereka berharap kalau rapat ini akan mendapatkan hasil baik. Mereka takut kalau sistem pertahanan negara jadi runtuh hanya karena Jeon Hweji menarik seluruh fasilitas Jeon untuk pembangunan negeri yang diberikan secara cuma-cuma, namun masih memerlukan ijin dari pemilik resminya.

Akibat penarikan ijin tersebut pula, banyak kampus ternama tutup. Beberapa bandara pun berhenti beroperasi, proses ekspedisi barang lewat jalur laut juga mendapat hambatan. Nilai ekspor dari negeri ginseng pun seketika menurun drastis. Menteri perdagangan dibuat kelabakan menangani masalah ini, belum lagi... ratusan ribu anggota kepolisian dikerahkan selama seminggu ini untuk melawan pendemo.

Sistem pertahanan mereka porak-poranda, krisis ekonomi pun semakin turun saja karena Hweji masih belum menghentikan ancamannya selama seminggu terakhir.

"Tolong, Pak.... kami mohon, kami sangat memohon pada Bapak. Tolong hentikan ini, rakyat sangat sengsara, Pak....."

Hweji dengan santai menghisap rokoknya. Ia hanya menatap datar kearah salah satu diantara mereka yang kini berdiri sambil menundukkan kepala di penuhi penyesalan tiada tara.

"Kami akan membantu anda untuk mencari dalam utama, kami----"

"-atau maksud kalian, menukar dalangnya?" Hweji tidak bisa di bodohi, ia tahu persis kalau ada banyak menteri ikut terlibat. Pelakunya ada di dalam ruangan ini, namun sialnya Hweji masih belum mengantongi nama serta wajah-wajah mereka.

That's My Dad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang