•44

287 28 3
                                    

Gisya dan Jisung sedang duduk di meja makan.

Jisung mengajak Gisya sarapan di meja makan. Mereka berdua duduk berhadap-hadapan, Jisung menatap Gisya sedangkan Gisya menatap ke arah lain dengan pandangan kosong.

Mereka berdua sedang sarapan roti yang Jisung buatkan untuknya, karena tadi ada pelayan hotel ingin mengantarkan makanan ke kamar mereka, tapi mereka berdua belum bangun.

Gisya mengunyah dengan tatapan kosong dan sedang melamun.

"Sya makan yang banyak... Terus minum jus ini biar perasaan mabuk kamu hilang" Jisung menuangkan jus ke dalam gelas lalu menaruhnya di samping piring Gisya.

Gisya mengangguk "Makasih..." Gisya meminum jusnya.

"Sebentar ada rapat... Kamu ga usah ikut... Biar saya aja, kamu di sini aja, habis rapat ini nanti saya pamit ke Sunghoon... biar kita bisa pulang ke rumah besok" ucap Jisung tapi Gisya malah menggeleng.

Gisya menatap Jisung "Engga pak... Saya ga mau pulang dulu... Dalam keadaan seperti ini kalau kita pulang malah jadi masalah besar... Kita tunggu mental saya sedikit membaik baru kita pulang..."

Jisung menarik nafas lalu mengangguk "Oke... Kalau itu mau kamu... Tapi mau saya kamu ga usah ikut meeting biar saya saja... Kamu istirahat di sini, kalau kamu ikut terus orang-orang yang ikut meeting malah perhatiin kamu, kamu jalan aja susah—"

Gisya mengangguk setuju "I-iya pak..."

.
.
.

Gisya duduk di sofa samping Jisung, Jisung menatap Gisya.

"Hmm?" Jisung mengangkat satu alisnya.

"Ga jadi meetingnya pak?" Tanya Gisya, Jisung menggeleng.

"Engga... Sunghoon nge-chat saya tadi katanya dia mual, kepalanya pusing karena tadi malam terlalu banyak minum" jelas Sunghoon seperti itu, karena jisung dan Gisya juga mengalami hal yang sama.

Gisya sedikit tertawa "Pantes aja ga jadi... Bapak mau makan? Saya mau masakin tapi di sini ga ada kompor—" Jisung menggeleng.

"Gausah sya—kamu jalan aja susah, apalagi mau masak... Di sini hotel makanya ga ada dapurnya, kamu mau kita pindah di apartemen?" Tawar Jisung, Gisya terlihat berpikir.

"Kita mau tinggal di sini pak?—" tanya Gisya.

Jisung mengangguk "Iya... Saya pikir lebih bagusnya kita di sini dulu— saya ga bisa lihat reaksi orang tua saya, dan reaksi ibu gresya... Kalau kita pulang saya yakin saya ga bisa tanggung jawab..." Gisya semakin terkejut mendengar ucapan jisung.

Jisung memegang kedua bahu Gisya, mata mereka bertemu "Saya ga bisa bilang ini kecelakaan sya—ga akan ada yang percaya... Reaksi abang-abang saya lebih menakutkan dari pada reaksi orang tua saya... Saya bahkan bisa habis di tangan mereka berdua"

Air mata Gisya menetes mendengar ucapan Jisung.

Jisung menghapus air mata Gisya "Udah... Kita di sini aja ya... Nanti saya yang ngatur semuanya, saya ga bakalan ninggalin kamu—tapi sebaiknya kita test dulu sya... Saya beliin testpack ya?"

Dengan ragu-ragu Gisya mengangguk.

Jisung tersenyum "Kamu di sini aja, ga usah ikut ya? Kasian kamu susah jalannya, saya keluar sekalian beli makan terus lihat-lihat apartemen yang ada di deket sini... Saya ga akan lama... Saya akan balik secepatnya, kamu percaya kan sama saya?"

Badan Gisya gemetar, dia sangat takut Jisung meninggalkannya sendiri.

Gisya takut Jisung lari dari tanggung jawabnya.

"Saya bakalan balik ke sini..."

.
.
.
.
.

Klo gw jadi Gisya, gw udah ketar ketir lah anjir!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Klo gw jadi Gisya, gw udah ketar ketir lah anjir!

[✓] Big Boss -Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang