•51

235 24 3
                                    

Gisya sedang mengobati luka Jisung yang ada di pipinya. Jisung terluka akibat Jeno memukulnya tadi.

Angga sedang tertidur di kamar atas bersama Jeno.

Gisya duduk di sofa bawah bersama Jisung.

Gisya masih terus menangis melihat keadaan Jisung yang sudah babak belur akibat saudaranya sendiri.

"Udah sya—aku yang luka ko kamu yang nangis... Ga sesakit itu ko—" ucap Jisung melihat Gisya dari tadi menangis sambil mengobati lukanya.

Gisya tak berhenti menangis "Udah ya... Aku ga mau lihat kamu nangis gitu..." Jisung hendak menyentuh pipi Gisya.

Gisya menepis tangan Jisung "Jangan sentuh aku lagi!" Ucap Gisya lalu berhenti mengobati luka Jisung.

"Kamu kenapa sya? Bang Jeno ngomong apa sama kamu? Coba ngomong ke aku?"

Gisya menggeleng "Ga ada... Ga ada yang pak Jeno omongin... Semua udah jelas..."

Jisung memperbaiki posisi duduknya, lalu menghadapkan badannya ke arah Gisya.

Gisya spontan memundurkan badan.

"Kamu kenapa hm? Coba kamu bilang ke aku... Aku ga paham kamu kenapa... Bang Jeno bilang ke Kamu kalau aku ga bakalan tanggung jawab? Engga sya—aku bakalan tanggung jawab... Kamu mau nikah? Ayo kita nikah..." Air mata Gisya mengalir bertambah deras akibat Jisung.

Gisya menggeleng "Kamu bahkan bisa ngomong gitu di saat kamu sendiri udah punya pacar! Kamu ga mikirin perasaan pacar kamu hah?! Kamu bener-bener cowok brengsek!" Gisya memukul dada Jisung.

Jisung lupa kalau Jeno tadi mengucapkan kalau jisung sudah memiliki kekasih.

Gisya cuma sakit hati karena berarti dia adalah perusak hubungan Jisung dan kekasihnya.

Gisya terus memukul Jisung, dia menangis sejadi-jadinya "Kenapa kamu tega lakuin ini ke aku pak?!!—" Gisya menangis membuat air mata Jisung ikut menetes.

Jisung menahan tangan Gisya yang terus memukulnya.

Jisung menarik Gisya ke dalam pelukannya "Maaf sya—maaf... Aku ga bermaksud menyembunyikan apapun dari kamu... Aku belum siap aja buat ceritain ke kamu... Maaf saya... Maaf—"

Gisya memberontak di peluk oleh Jisung "Kamu jahat! Kamu jahat banget tau gak! Bisa-bisanya kamu jadiin aku selingkuhan kamu! Kamu gila—pergi kamu!" Gisya terus memberontak tapi Jisung terus memeluk Gisya sambil memegang kedua tangan Gisya agar tidak melepaskan pelukannya.

"Maaf sya... Maaf banget" hanya kata maaf yang bisa keluar dari mulut Jisung.

.
.
.

Gisya, Jisung dan jeno sedang duduk bersama di sofa. Angga sudah tertidur pulas karena ini sudah sangat tengah malam.

Waktu menunjukkan pukul 02.47 pagi.

Dan mereka bertiga masih duduk bersama.

"Kita kembali ke Korea... Ga ada yang boleh tinggal di sini, siapapun... Mau lu Jisung ataupun Gisya dan Angga sekaligus ga ada yang boleh tinggal—" ucap Jeno duduk di tengah-tengah Gisya dan Jisung.

"Gw ga setuju..." Ucap Jisung, Jeno langsung menatapnya.

"Why?—kenapa lu ga setuju? Takut? Takut pulang ke rumah? Lu takut ngejelasinnya ke mami papi? Iya?! Pengecut!" Jeno sangat menekan kata terakhir.

Jeno menarik nafas berat, dia masih sangat emosi kepada adik bungsunya itu.

"Pengecut! Berani berbuat, berani bertanggung jawab... Papi ga ngajarin kita jadi laki-laki pengecut... Jadi laki-laki lemah kayak lu!" Kembali menarik nafas untuk mengatur emosinya.

Jeno natap Jisung "Kenapa? Kenapa lu diam? Oh... Berarti emang dia takut sya buat tanggung jawab... Laki-laki kayak Jisung ga usah kamu percaya omongannya..."

Jeno menatap Gisya "Kalau dia ga mau pulang... Biar saya yang bawa kamu pulang, saya yang bakalan tanggung jawab atas kesalahan adik saya—"

Gisya dan Jisung sangat terkejut mendengar ucapan Jeno.

.
.
.
.
.

Medusa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Medusa...dusa...🥵

[✓] Big Boss -Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang