Gisya sedang berkonsultasi dengan dokter kandungan, Jeno setia duduk di sebelah Gisya menunggunya berkonsultasi terhadap kandungnya.
"Ibu Gisya telat menstruasinya sudah berapa hari?" Tanya ibu dokter.
"Sudah 5 hari sampai satu minggu dok—"
"Baik... Apakah ibu pernah berhubungan dalam waktu dekat ini? Ataukah ibu sudah mencoba menggunakan testpack?"
Gisya mengangguk "Iya... 5 hari lalu saya mencoba testpack dan hasilnya positif..."
"Ah.. baik bu... Berarti ibu memang dalam kondisi hamil... Untuk memastikan kondisi janin ibu... Kita lakukan USG saja ya Bu... Dari perkiraan saya... Usia kandungan ibu sekitar 3 atau 4 hari... Mari ibu... Pak... Kita ke ruang USG"
"Baik bu.."
Dokte jalan ke ruang USG, Gisya dan Jeno mengikutnya.
"Semoga dedenya sehat ya..." Ucap Jeno sambil merangkul Gisya.
Gisya tersenyum "Saya berharapnya sih gitu pak... Harusnya sih baik ya? Soalnya bapak rawat saya juga dengan baik banget"
Jeno tersenyum "Iya juga... Ayo kamu tiduran di situ"
Jeno membantu Gisya naik ke kasur untuk melakukan USG.
Dokter mengangkat baju Gisya lalu mengoleskan krim.
"Ini ga sakit... Ga ada rasanya... Tenang aja ibu Gisya, kita lihat Dede bayinya—"
Lalu dokternya mulai mengarahkan alat USG ke perut Gisya.
Gisya dan Jeno fokus ke layar monitor.
"Nah... Ada titik kecil yang ibu bapak bisa lihat... Karena usia kandungannya baru beberapa hari jadi belum terlihat jelas, minimal 3 Minggu baru bisa terlihat..." Jelas dokter mengenai kondisi kandungan Gisya.
"Ah.. begitu ya dok.."
Gisya melihat Jeno yang terus menatap layar monitor USG, Jeno tersenyum sambil mengusap layar monitor USG itu.
Jeno tampak sangat bahagia, padahal yang di kandung Gisya bukanlah anaknya.
Jeno adalah manusia berhati malaikat.
Gisya tersenyum melihat Jeno.
"Sepertinya suami ibu kelihatannya seneng banget lihat anaknya yang masih dalam proses pertumbuhan di perut ibu"
Gisya salah tingkah ketika dokter menyebut Jeno adalah suaminya.
Gisya tidak berbicara apa-apa, tidak membantah juga, karena sebentar lagi memang Gisya akan menjadi istri dari Jeno.
"Iya dok... Dia yang paling bahagia..."
.
.
.Gisya, Jeno dan Angga sedang duduk di ruang televisi.
Gisya dan Jeno duduk di sofa sambil menonton televisi, sedangkan Angga sedang bermain dengan kucing-kucingnya.
Angga pulang sekolah di jemput oleh bodyguard Jeno.
"Kamu udah makan dek? Pulang sekolah langsung makan ga?" Tanya Jeno sambil melihat Angga yang sedang bermain kucing.
Angga mengangguk "Udah ko... Tadi Mbah Siti yang nyuruh Dede makan, katanya om Jeno sama kakak lagi pergi ke rumah papa mamanya om Jeno, jadi Dede makan sendirian aja—"
Jeno mengajungkan jempolnya "Pinter... Memang harus makan biar cepet gede"
"Dede makan apa? Yang di meja makan kan? Itu kakak yang masak" Tanya Gisya, Angga mengangguk.
Lalu Gisya dan Jeno kembali menonton televisi dan Angga kembali bermain sambil mengajak ngobrol kucing-kucingnya.
Jeno yang lelah duduk, langsung mengambil bantal kursi kecil lalu menaruhnya di atas paha Gisya.
Jeno tidur dengan beralasankan bantal yang di bawahnya adalah paha milik Gisya.
Gisya kembali salah tingkah akibat ulah Jeno.
Gisya menonton televisi tetapi pikirannya terbang kesana-kemari karena terlalu salah tingkah.
Jeno yang awalnya menghadap miring karena menonton televisi tiba-tiba menghadap atas melihat Gisya.
Gisya semakin salah tingkah di tatap oleh Jeno.
"Sya—Gimana kalau kita besok pergi beli cincin tunangan sya?" Ucapan Jeno membuat Gisya terkejut.
.
.
.
.
.Jeno emang ya... Serandom itu ajk org tunangan 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Big Boss -Park Jisung
Romance"Kamu setinggi langit, aku hanya serendah tanah... Kenapa kamu ingin bersamaku?" -Lee Gisya Queensya