"ini minum dulu... kamu haus kan?" Ucapnya sekali lagi.
Gisya terus terdiam, Gisya menatapnya dengan wajahnya yang tidak bisa berbohong kalau dia benar-benar kaget dengan kehadirannya.
"Mukanya gitu amat... Kan saya udah bilang... Udah ngabarin bang Jeno kalau saya bakalan datang tiga hari sebelum pernikahan kalian—" ucapnya.
Gisya menarik nafas berat, dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.
Dia merasa bahwa ini semua hanya halusinasi dia, dia berharap ini hanya pikiran yang tidak nyata.
Gisya mengucek matanya kasar. Gisya masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang di depan matanya
"Eh... Jangan—ntar mata kamu sakit—" tangannya di tahan untuk tidak mengucek matanya.
Gisya melakukan itu karena dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat di depan matanya sekarang.
"Ini beneran saya..." Ucap Jisung sambil menatap Gisya.
Gisya yang terdiam terus saja melihat Jisung.
"Iya... Ini saya..." Ucap Jisung sekali lagi untuk menyakinkan gisya bahwa ini benar-benar dirinya dan Gisya tidak berhalusinasi untuk itu.
"Saya kan udah bilang ke bang Jeno... Saya bakalan datang di pernikahan kalian berdua, saya kan udah bilang, saya bukan pembohong—" ucap Jisung sambil menatap Gisya.
"Saya rasa banyak yang saya mau omongin sama kamu... Saya sudah terlalu banyak diam... Kita boleh ga bicara? Sebentar aja, itupun kalau kamu masih mau denger saya—"
Jisung meminta izin kepada gisya untuk mendengarkan penjelasan dari Jisung.
"Untuk apa? Udah jelas ko pak—" Gisya yang dari tadi terdiam, akhirnya angkat bicara.
Jisung menggeleng "Jelas dari mananya sya?—kamu cuma dengar dari satu pihak, ga bisa begitu dong... Itu ga adil menurut saya—" protes Jisung.
Gisya menggeleng "Untuk apa saya dengar? Emang kalau kamu jelaskan bisa merubah semuanya pak? Engga kan?—"
Gisya sudah tidak ingin mendengarkan penjelasan Jisung.
Jisung menggeleng "Engga... Kamu harus denger saya juga sya—"
Gisya menggeleng "Engga pak... Saya ga mau... Untuk apa saya dengarkan? Kan semuanya udah jelas? Kalau bapak mau jelaskan harusnya udah dari awal aja..."
"Gimana saya mau jelasin kalau kamu main pergi gitu aja ninggalin saya?—"
Jisung merasa bahwa Gisya-lah yang pergi meninggalkannya.
"Saya ninggalin bapak karena memang semuanya udah jelas... Pak Jeno ngomong ini itu bapak cuma diam aja... Jadi saya rasa yang pak Jeno bilang tentang bapak ya berarti memang benar..." Gisya bersikeras untuk tidak mendengarkan penjelasan Jisung.
"Emang kalau saya ngomong kamu mau dengar? Sekarang aja kamu ga mau dengar saya—" Jisung masih bersikeras agar Gisya mendengarkan penjelasannya.
"Gatau pak... Tapi saya rasa udahlah... Udah jelas, bapak jelasin panjang lebar juga ga bakalan merubah apa-apa..." Gisya menolak, dia tidak mau mendengarkan penjelasan Jisung lagi.
Jisung terdiam, dia bingung harus bagaimana karena Gisya sangat tidak ingin mendengarkan penjelasannya lagi.
"Sebaiknya bapak kembali aja ke rumah orang tua bapak... Saya ga mau pak jeno lihat kita, terus kalian malah berantem" Gisya berdiri dari bangku taman.
"Saya ga bisa biarin kamu pergi sebelum kamu denger penjelasan saya—bagi saya itu ga adil sama sekali sya—" Jisung masih berusaha agar Gisya mau mendengarkannya.
Gisya kembali menggeleng "Udah jelas pak..." Gisya menolak.
Jisung memegang lengan Gisya, Jisung menahan Gisya agar tidak pergi dulu sebelum mendengarkan penjelasannya.
Mata mereka bertemu, mereka saling menatap satu sama lain.
"Tolong sya—dengerin saya ini pertama dan terakhir... Dengerin aja, kamu ga usah percaya tapi kamu dengerin saya dulu—" ucap Jisung yang masih menggenggam tangan Gisya.
.
.
.
.
.gantengku yg sabar ya🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Big Boss -Park Jisung
Romance"Kamu setinggi langit, aku hanya serendah tanah... Kenapa kamu ingin bersamaku?" -Lee Gisya Queensya