Jeno mengelus bahu Gisya "Coba kamu ngomong baik-baik, ga perlu pakai nangis sya—kan bisa ngomong baik-baik tanpa harus nangis gini..."
Gisya masih terus saja menangis, hatinya benar-benar sakit.
"Aku jadi bingung kalau kamu nangis gini, pusing mikirin kamu, jadi pusing kepala aku—" Jeno mengacak-acak rambutnya kasar.
"Eng-enggak ada yang...yang nyuruh kamu buat mikirin aku!!—" jawab Gisya sambil sesegukan.
"Apaan sih?! Ko kamu ngomongnya gitu? Coba kamu kalau ngomong itu di pikirin dulu, jangan asal ngomong!—" Jeno mulai naik darah.
Tangisan Gisya yang sudah parah makin di perparah karena Jeno yang ikut marah-marah.
Gisya langsung bangun dari kasur, Gisya hendak berjalan keluar kamar tapi Jeno menarik tangannya "Mau kemana hah?!"
Gisya dengan mata bengkak yang masih menangis berusaha melepaskan tangannya yang di genggam erat oleh Jeno.
"LEPASIN!" Gisya berusaha keras melepaskan tangannya.
"Lepasin gimana? Aku tanya kamu mau kemana?!" Jeno bukannya melepaskan tangan Gisya, Jeno malah mempererat genggaman tangan Gisya.
"LEPASIN! SA-SAKIT!!" Gisya semakin memberontak, Jeno semakin mempererat genggaman tangannya.
Bahkan jeno memegang kedua tangan Gisya.
"Kalau kamu berani keluar dari kamar ini... Tanpa ngasih tau aku kamu mau kemana... Jangan harap aku bakalan kasihani kamu sya!—"
Angga tiba-tiba masuk ke dalam kamar, Angga berlari menghampiri kakaknya yang sudah menangis sejak tadi.
Angga memang sudah mendengar pertengkaran Gisya dan Jeno dari tadi, dan akhirnya karena sudah semakin keru suasananya Angga memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Jeno.
Angga ikut menangis sambil memeluk kakaknya.
"OM JENO JAHAT! LEPASIN TANGAN KAKAK AKU!" Angga ikut membantu melepaskan tangan Gisya dari genggaman Jeno.
Gisya melihat Angga ikut menangis, membuat Gisya menangis semakin parah.
Jeno sudah melihat Angga, Jeno langsung pelan-pelan melepaskan genggaman tangannya.
"Oke... Aku yang pergi—"
.
.
.Gisya dan Angga sudah tertidur di kamar milik Angga. Mata mereka berdua bengkak tetapi mata Gisya jauh lebih bengkak.
Di lantai bawah, Jeno baru pulang.
Entah dari mana Jeno pergi, padahal ini sudah jam 2 pagi.
Setelah pertengkarannya dengan Gisya tadi, Jeno memutuskan untuk pergi.
Mungkin agar Gisya dan Angga berhenti menangis baru dia pulang ke apartment.
Jeno membuka hoodie hitamnya lalu berjalan menaiki tangga.
Apartmentnya sudah setengah gelap, itu karena Gisya dan Angga sudah tidur di tambah ini sudah pukul 2 pagi.
Jeno sampai di depan kamarnya, dia membuka pintu untuk mencari Gisya.
"Ko—ga ada..." Jeno berjalan lagi ke sebelah ke kamar Angga.
Jeno membuka pintu kamar Angga perlahan.
"Astaga... Ngapain dia tidur di situ—" Jeno berjalan pelan-pelan masuk ke dalam kamar Angga.
Jeno melihat Gisya dan Angga sedang tertidur pulas.
Jeno duduk di pinggir kasur sambil menatap Gisya "Aduh... Matanya sampai bengkak gitu sayang—" jeno melihat nata Gisya yang sangat bengkak.
Mungkin Gisya terus saja menangis sampai dia tertidur.
"Ngapain sih tidur di sini..." Jeno berdiri lalu pelan-pelan menggendong Gisya.
Jeno menggendong Gisya untuk kembali tidur di kamarnya.
"Udah berat ya sekarang... Udah ada Dede soalnya... Jadi berat—" Jeno menggendong Gisya sampai ke dalam kamarnya.
Jeno pelan-pelan menurunkan Gisya ke kasur agar Gisya tidak terbangun.
"Nah... Di sini aja tidurnya..." Jeno naik ke kasur lalu menarik selimut untuk menutupinya dan menutupi Gisya.
Jeno berbaring di sebelah Gisya "Maaf ya sayang..." Jeno mencium kening Gisya lalu menutup mata.
.
.
.
.
.
Ahhh gue nih bingung bgt mau jadi team Jisung atau Jeno😖
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Big Boss -Park Jisung
Любовные романы"Kamu setinggi langit, aku hanya serendah tanah... Kenapa kamu ingin bersamaku?" -Lee Gisya Queensya