5 hari kemudian~
Jeno dan Gisya sedang berada di toko cincin untuk mencari couple ring untuk melaksanakan acara tunangannya.
"Mau yang mana sya? Pilih aja... Kalau kamu suka aku juga suka—" ucap Jeno sambil melihat-lihat cincin yang ada di dalam etalase kaca.
Gisya menggeleng "Loh... Harus kita berdua dong yang pilih, masa aku doang yang pilih, kamu juga dong... Kan kita berdua yang mau pakai bukan aku aja yang pakai cincinnya—" protes Gisya tak terima karena Jeno menyuruhnya untuk memilih cincin sendiri.
Jeno tersenyum gemas melihat Gisya yang sangat cerwet.
Jeno mengelus-elus rambut Gisya "Sya—jangan marah-marah... Ntar dede bayinya jadi ikutan galak—"
"Ya kamu... Ngeselin—"
"Maaf ya... Yaudah ayo kita pilih ya—" ucap Jeno dengan sabar, lalu mereka kembali memilih cincin di etalase.
"Halo pak...ibu... Selamat sore... Cari cincin apa? Tunangan? Nikahan? Atau untuk hadiah? Couple ring?" Tanya karyawannya.
Jeno tersenyum "Saya nyari cincin tunangan... Mau yang kayak gimana cincinnya sayang?"
Mata Gisya membulat, ini pertama kalinya Jeno memanggilnya Sayang.
Gisya terdiam sebentar "A-anu... I-itu... Mba... Yang simpel-simpel aja yang besi putih aja, ga usah yang emas mba—"
"Baik... Kami ada beberapa model cincin... Sebentar saya keluarkan dulu—"
Lalu karyawannya mengeluarkan beberapa cincin untuk di pilih oleh Jeno dan Gisya.
"Ini silahkan di pilih ya pak...Bu..."
"Ini couple ring dengan berlian untuk ibu... Tanpa berlian untuk bapak..."
"Gimana sayang? Mau ini?" Tanya Jeno.
"Kalau kamu gimana?" Jeno tersenyum lalu menggeleng.
Jeno tak ingin cincin yang itu.
Gisya melihat-lihat "Kalau ini mba?" Lalu Gisya menunjuk cincin.
"Ini... Cincin dengan tiga berlian mini... Sama seperti yang pertama cincin laki-laki yang tanpa berlian—"
"Kalau ada teksturnya gini takutnya bikin lecet cincinnya... Kalau polosan aja ga bertekstur ada ga mba?" Akhirnya Jeno angkat suara dan ikut berpartisipasi dalam memilih cicin tunangan mereka.
"Yang polos lebih bagus... Coba yang itu boleh saya lihat mba? Tolong" Gisya menunjuk satu cincin di dalam etalase.
"Ini ya? Ini sama seperti yang dua sebelumnya... Cincin dengan berlian mini untuk perempuan dan polos untuk laki-laki... Bagaimana ibu...pak... Masih mau memilih cincinya lagi?"
"Sayang suka ini ga? Aku sih paling seneng yang cincin yang ini dari pada cincin-cincin yang tadi" Tanya Jeno.
Gisya mengangguk "Iya ini aja ya... Bagus... Simple juga..."
"Yaudah mba ini boleh..."
"Baik sebentarya pak saya masukin di kotanya dulu—"
Gisya dan Jeno mengangguk.
"Mau sekalian beli cincin nikahannya sya? Atau nanti aja?" Tanya Jeno Gisya kaget.
"Kenapa ga pakai cincin tunangan aja buat nikahan? Kan sama aja?" Ucap Gisya dengan polosnya.
"Bisa... Sama aja... Cuma aku maunya beda, gimana dong?" Ucap jeno sambil sedikit memajukan bibirnya, cemberut.
"Yaudah kita bayar uang itu dulu ya... Sambil nunggu di bungkus cincinnya kita lihat juga cincin buat nikahan—" ucap Gisya pasrah, dia hanya ikut kemauan Jeno karena bila dia membantah itu hanya percuma.
Jeno menggenggam tangan Gisya lalu berjalan ke etalase yang berisikan cincin nikah.
"Wah... Bagus banget ya... Mewah gitu..." Gisya kagum melihat cincin nikah yang sangat jauh lebih elegan dari pada cincin tunangan.
"Pilih aja ya sayang... Mau emas atau putih?" Tanya jeno.
"Kali ini terserah kamu aja deh... Aku ikut kamu aja—" Gisya kebingungan karena melihat cincin nikah yang sangat-sangat bagus.
"Oke... Aku yang milih"
.
.
.
.
.Dede udh gede🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Big Boss -Park Jisung
Romance"Kamu setinggi langit, aku hanya serendah tanah... Kenapa kamu ingin bersamaku?" -Lee Gisya Queensya