Gisya baru saja selesai memasak makan malam untuk mereka bertiga.
Angga sudah duduk di meja makan, sedangkan Jeno sejak kejadian itu dari tadi siang belum juga keluar dari kamarnya.
"Sayang... Makan dulu yuk... Aku udah masakin makanannya—" teriak Gisya dari bawah.
Tapi tidak ada jawaban dari Jeno.
Jeno sepertinya masih marah akibat pembahan Gisya yang seperti mengharapkan Jisung kembali dan datang ke acara pernikahannya.
"Om Jeno mana kak? Ko ga keluar-keluar kamar?" Tanya Angga heran tidak melihat Jeno setelah pulang dari les.
Gisya mengelus rambut Angga "Ada ko di atas, kamu makan duluan aja ya... Kakak manggil om Jeno dulu—"
Angga mengangguk, lalu Gisya berjalan ke atas menaiki tangga untuk menuju ke kamar Jeno.
Gisya sampai di depan pintu kamar Jeno.
Gisya terdiam sebentar, menarik nafas lalu mengetuk pintu kamar Jeno.
Tok~tok~tok~
"Sayang... Ayo makan, aku udah masakin semur daging kesukaan kamu—" ucap Gisya di depan pintu.
Gisya terdiam, menunggu jawaban dari Jeno.
Ckrek~
Tak ada jawaban dari Jeno, tapi Jeno membuka kunci kamarnya tanpa berbicara.
Gisya menarik nafas, dia tahu Jeno masih marah kenapadanya dan mau tidak mau dia harus membujuk Jeno.
Kalau Jeno tidak di bujuk, akan sangat lama dia akan terus mendiami Gisya.
"Sayang... Aku masuk ya?" Gisya menunggu jawaban dari jeno, tapi lagi-lagi Jeno tidak menjawabnya.
Gisya langsung saja masuk ke dalam kamar Jeno, tak lupa menutup kembali pintu kamar Jeno.
Gisya melihat Jeno sedang duduk di kursi santainya sambil menutup mata.
Gisya menghirup sesuatu yang baunya ga asing "kamu habis ngerokok ya?!"
Gisya berdiri di samping Jeno sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Iya—" jawab Jeno dengan santai.
"Ihh... Orang aku lagi hamil juga, kamu ya!" Gisya hendak pergi tapi Jeno dengan sigap menarik tangan Gisya.
"Mau kemana? Baru juga masuk—" ucap Jeno membuka satu matanya.
"Mau keluar lah gila aja kamu habis ngerokok terus aku dalam sini... Udah di bilang juga Batasin ngerokoknya... Kamu ga denger—" ucap Gisya marah-marah.
"Sebatang doang... Itu karena kamu buat aku marah—"
"Sekarang aku yang marah!" Gisya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Jeno.
Tapi itu sangat sulit di lakukannya karena Jeno menggenggam tangan Gisya erat.
"Ihh... Lepasin aku mau keluar—" ucap Gisya yang berusaha melepaskan tangannya yang di genggam oleh Jeno.
Jeno menarik nafas, kedua matanya perlahan terbuka "Aku megangnya biasa aja, tapi kamu ga bisa lepasin—"
"Lepasin gak?!" Ucap Gisya, Jeno menggeleng.
Jeno menarik Gisya, lalu Gisya jatuh ke pangkuannya.
Gisya terdiam, wajahnya dengan wajah Jeno sangat dekat. Gisya sampai tak bisa menatap wajah Jeno sedekat ini.
Jantung Gisya berdegup kencang.
"Nah kalau gini kan bagus... Diem... Ga usah marah-marah, aku ngerokok di depan jendela bukan di dapan kamar—" jelas Jeno.
"I-iya... Ta-tapii sama aja!" Ucap Gisya gugup sampai bicara saja susah.
"Udah dari siang ko—hidung kamu aja yang terlalu sensitif sama bau rokok..." Ucap Jeno sambil menatap Gisya, tapi Gisya tak berani menatapnya.
"Iyalah kan aku lagi hamil! Satu kamar bau rokok! Kamu bohong ya kalau kamu ngerokok sebatang doang?! Kamar kamu bau rokok! Nafas kamu bau rokok! Nanti bibir kamu jadi hitam kalau kamu ngerokok terus!"
Jeno menahan senyumannya, dia sangat senang kalau Gisya sedang cerewet seperti ini.
"Ini... kamu cobain bibir perokok—"
Jeno menunduk lalu mencium bibir Gisya. Tidak ada penolakan dari Gisya, kemudian Jeno melumat bibirnya.
.
.
.
.
.GA SEMUA ORG KUAT JENO!🥵
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Big Boss -Park Jisung
Romance"Kamu setinggi langit, aku hanya serendah tanah... Kenapa kamu ingin bersamaku?" -Lee Gisya Queensya