Satu Tahun Kemudian~
Di pagi yang cerah ini, ada seorang wanita yang tengah sibuk memasak makanan untuk sarapan suami, adik dan anaknya.
Gisya menata makanan yang telah dia masak di atas meja.
"Sayang... Udah siap nih makanannya... Ayo sarapan dulu... Dede... Ayo bangun sarapan ntar telat loh ke sekolahnya..." Teriak Gisya di dapur.
Jisung keluar dari kamar sambil menggendong zero yang masih setengah sadar.
Wajah Jisung juga terlihat sangat mengantuk saat menggendong anak semata wayangnya itu.
"Aigoo... Anak mami mau ikutan sarapan juga ya—" Gisya menyambut hangat kedatangan suami dan anaknya.
Jisung menyerahkan zero ke Gisya "Dede mana sayang?" Tanya Jisung lalu duduk di meja makan.
"Anak mami mam juga ya nak? Dede lagi lagi siap-siap kali... Ntar juga keluar ko sayang... Kamu sarapan duluan aku suapin zero dulu..." Gisya duduk di samping Jisung.
Jisung tak melihat kehadiran Angga yang biasanya sudah duduk duluan di meja makan.
"Aku sarapan duluan sayang... Kalau aku udah sarapan nanti aku yang jagain zero..." Ucap Jisung lalu mengambil piring menaruh nasi dan lauk.
Gisya mengangguk lalu mulai menyuapin bubur untuk zero.
Tak lama, Angga akhirnya keluar dari kamarnya dengan seragam sekolahnya yang sudah rapih di pakai olehnya.
"Tumben kamu telat keluar kamar buat sarapan dek? Telat bangun apa gimana?" Tanya Jisung saat Angga berjalan ke arahnya.
Angga tersenyum "Maaf... Dede telat bangun..." Angga menarik kursi yang ada di hadapan Jisung.
"Gapapa... Sarapan gih... Nanti berangkatnya biar bisa bareng sama Jisung..." Ucap Gisya.
Angga mengangguk lalu mengambil piring dan lauk pauk.
Jisung tersenyum lalu mengambilkan beberapa lauk untuk menambah lauk milik Angga.
"Makan yang banyak biar cepet gede..."
Angga mengangguk "Terimakasih..."
.
.
.Gisya sedang membersihkan kamarnya mumpung Zero sedang tertidur di atas ayunannya.
"Akhirnya aku bisa juga beresin kamar..."
Gisya membereskan kasurnya sambil menyapu kasur dan lantai.
Gisya menyapu lantai kamarnya sambil sesekali melihat zero yang masih tertidur di atas ayunannya.
Gisya mendekati ayunan zero.
Gisya menatap zero yang tengah tertidur pulas "Mami ga takut kalau kamu hidup tanpa mami... Tapi mami takut kamu hidup tanpa papi kamu..."
"Uhuk...uhuk...uhuk..." Gisya batuk-batuk sambil menutup mulutnya dengan tangan.
Gisya berusaha berjalan menjauhi zero yang tengah tertidur pulas.
Gisya berusaha berjalan ke kamar mandi.
Gisya terus batuk sampai dia jatuh terduduk.
"Uhuk...uhuk...uhuk...uhuk...uhuk.." Gisya terus saja batuk.
Gisya merasakan sesuatu yang aneh di tangannya.
"Da-darah...uhuk...uhuk..."
Darah mulai keluar dari hidung Gisya, perlahan darah mulai keluar dari mulut Gisya.
Sedikit, sedikit, lama kelamaan semakin banyak membuat Gisya muntah darah.
Gisya terus batuk padahal dia sudah bermandikan darahnya sendiri.
"Uhuk...uhuk..." Gisya menatap anaknya yang sepertinya akan terbangun dari tidur ya.
Badan Gisya yang sudah lemah perlahan menyeret tubuhnya untuk mendekati zero yang sudah hampir terbangun dari tidurnya.
Batuk gisya membuat zero terganggu.
Gisya berusaha keras untuk meraih anaknya.
"A-aku... Aku lelah..." Gisya belum sempat meraih ayunan zero.
Dia jatuh, tertidur di lantai dengan berlumur darah.
Suara isak tangis zero mulai pecah, Gisya gagal untuk menenangkan putra tunggalnya.
Gisya sudah tertidur untuk selamanya.
Keadaan kamar Gisya sangat mengerikan, berlumuran darah milik Gisya di tambah dengan suara isak tangis zero yang menggema di ruangan ini.
"aaa..." nafas terakhir Gisya sudah di hembuskan.
Gisya kini telah pergi dengan tenang.
.
.
.
.
.Aigo... Mian...😖
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Big Boss -Park Jisung
Romance"Kamu setinggi langit, aku hanya serendah tanah... Kenapa kamu ingin bersamaku?" -Lee Gisya Queensya