•87

194 14 5
                                    

Gisya baru saja pulang dari cafe bersama jisung. Gisya di antar pulang sampai di depan area apartment.

Jisung bahkan turun dari mobil membuat Gisya panik takut Jeno melihatnya.

Sebenarnya Jisung tidak perduli tentang hal itu, tapi Gisya masih memikirkan perasaan Jeno. Biar bagaimanapun Jeno masih suami sah-nya.

"Dari mana?" Gisya tersentak.

Baru saja dia membuka pintu, Jeno sudah duduk di sofa sambil membelakanginya.

"Eng-enggak dari mana-mana..." Jawab Gisya gugup.

Gisya berusaha mengatur nafasnya, saat ini Gisya benar-benar takut dan gemetar.

Gisya hanya takut kalau Jeno tahu kalau dia habis pergi dengan Jisung. Gisya takut Jeno akan menghajar Jisung habis-habisan kalau ketahuan dia pergi dengan Jisung.

"Engga dari mana? Jangan bohong ya kamu!" Jeno menoleh ke arahnya membuat gisya semakin takut, Gisya bahkan tidak berani menatap Jeno.

"Yakan... Emang a-aku... engga dari mana-mana..." Gisya takut, benar-benar takut, sangat-sangat takut.

"Kamu tahu kan aku paling ga suka orang yang bohong? Atau kamu lupa kalau di seluruh sudut ruangan di apartment ini ada cctv yang tiap hari memantau kamu?" Jeno berdiri.

Jeno berjalan menghampiri Gisya yang sudah mematung.

"Mampus gue..." Batin Gisya.

Gisya benar-benar lupa kalau Jeno 24/7 memantau dia.

Gisya lupa kalau di semua sudut ruangan di apartment ini terdapat cctv yang Jeno pasang dengan alasan berjaga-jaga jika terjadi apa-apa kepada gisya.

"Lupa kan? Kalau aku tanya dari mana... Jawab dari mana... Bukan engga dari mana-mana, itu bukan jawaban yang aku mau dengar yang keluar dari mulut kamu" Jeno berdiri tepat di hadapan Gisya.

Jeno memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

Jeno terus saja menatap Gisya, tapi Gisya terlalu takut untuk menatap Jeno.

Jeno berjalan maju, membuat Gisya semakin berjalan mundur.

"Aku tanya dari mana? Kamu ini dengar ga sih aku ngomong apa?" Jeno membuat Gisya terpojok.

Jeno terus saja maju sampai Gisya bersandar di pintu.

"Jawab... JAWAB GISYA! DARI MANA!"

Nada bicaranya Jeno sangat tinggi, Jeno berteriak membentak Gisya.

Air mata Gisya langsung mengalir.

Jeno benar-benar marah kepada gisya, sepertinya Jeno tahu kalau Gisya habis pergi dengan Jisung.

Jeno mendecih "Bisa gak! Kalau di ajak ngomong itu ga nangis! Nangis mulu... Heran gue!!" Jeno kesal karena Gisya menangis.

Brukk~

Jeno memukul tembok dengan sekuat tenaga.

Gisya menutup matanya karena darah sudah mengalir dari tangan Jeno.

Darah dari tangan Jeno menetes sampai ke lantai.

"Kamu lihat kan?! Kalau kamu macam-macam... Aku bisa lakuin yang lebih parah dari ini..." Jeno memegang bahu Gisya.

Jeno sedikit mencengkram bahu Gisya.

Jeno menatap Gisya benar-benar tajam, dan penuh dengan amarah.

Jeno benar-benar marah "Gue tanya sekali lagi... Lu dari mana hah?! Kenapa keluar ga ngasih tau gue!! Kenapa lu ninggalin rumah tanpa ngomong ke gue?! Sengaja ya?!" Jeno memegang bahu Gisya dengan darah yang masih menetes-netes.

Jeno tidak perduli dengan tangannya, dia hanya ingin mendengar Gisya berbicara yang jujur.

Tapi Gisya tidak mungkin bilang kalau dia habis pergi ke cafe bersama jisung.

Bisa-bisa Jisung habis di tangan Jeno.

"Kali ini lu bener-bener hebat ya... Buat gue sampai semarah ini..." Nada bicara jeno rendah, tapi menekan.

Itu membuat Gisya semakin menangis dan ketakutan.

Jeno sangat menyeramkan dan seperti di rasuki oleh setan.

.
.
.
.
.

Ga boleh marah²😡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ga boleh marah²😡

[✓] Big Boss -Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang