Rehan mengangakat telepon dari mamanya. Dari susaranya terlihat bahwa hatinya sedang tidak baik-baik saja. Feeling seorang mama selalu benar terhadap anaknya,
"Suaramu kenapa seperti itu apakah ada masalah?"
"Tidak ma, aku hanya capek saja banyak kerjaan di perusahaan," jawab Rehan singkat.
Rehan menanyakan ada apa sang mama sampai jam segini menelponnya biasanya hanya hal penting dan itu juga di luar jam kerja. Memang hari ini Rehan menyerahkan semua pekerjaan kepada sang asisten kenapa pas benget sang mama menelponnya saat berada di rumah. Pikirannya sedang kacau.
"Rehan kau sudah punya istri sekarang, kau bisa berdiskusi dengannya atau menyelesaikan masalah kalian berdua," ucap nyonya besar.
"Terima kasih mama, Rehan akan dengar nasihat mama, lalu ada apa menelponku jam segini?" tanya Rehan.
Nyonya besar mengatakan besok ada makan malam bersama keluarga yang lain, datanglah bersama istrinya. karena ini pertam kalinya makan malam di rumah keluarga Rehan saat sudah berkeluarga.
"Keluarga Handoko akan mengadakan makan malam menyambut menantu, jadi datanglah bersama istrimu!" seru nyonya Handoko.
"Besok jam berapa ma?" tanya Rehan pelan.
Nyonya Handoko mengatakan besok makan malam pukul tujuh malam, keluarga Wijaya sebagai besan juga diundang. Keluarga Wijaya adalah orang tua Merry. Rehan menghembuskan nafas dan mengiyakan apa yang dikatakan oleh mamanya, ia berjanji akan membawa Merry ke acara makan malam keluarganya besok malma.
Krieett ... Rehan membuaka pintu kamar Merry , tidak ada yang dilakukan Merry selain bekerja. Rehan duduk di sampingnya dan memandangi wajah serius istrinya.
"Apa kau seorang kekurangan uang sampai bekerja seperti ini?" tanya Rehan yang berwajah sendu.
"Untuk apa kau mengurusi urusan pribadiku, urus saja perempuan peliharaanmu itu," jawab Merry ketus.
Merry tak menghiraukan Rehan lagi ia kembali berkutan dengan berkas dan tablet kecilnya untuk mengotrol perusahaan dari rumah, karena Rehan masih saja tidak memperbolehkannya keluar rumah."Kau tidak bosan di kamar terus Merry?" tanya Rehan.
"Kau sendiri yang mengurungku di sini tidak boleh keluar, aku hanya menjalankan perintah suami dan menjadi istri yang baik," jawab Merry masih belum mau menatap wajah Rehan.
Rehan memeluk Merry dari belakang, hatinya sedang gundah, di sisi lain pernikahan dengan Merry tidak ia harapkan. Bahkan ia sudah menandatangi surat kontrak pernikahan selama satu tahun dan akan berpisah. Berkali-kali ia menyakiti Merry dengan membawa gadis model itu ke dalam rumah dan bercumbu di depan Merry. berharap ia menagdu ke keluarganya dan pernikahan mereka berantakan. Tapi kenapa tidak seperti yang dia bayangkan, masalah semakin pelik dan membuatnya sakit hari saat Merry tertawa lepas bersama pria yang pernah mencintainya.
"Kenapa kau memelukku seperti ini, apakah gadis itu sedang sibuk di luaran sehingga kau tidak bisa melepas hasratmu?" tanya Merry ketus.
"Jangan galak begitu Merry, bagaimanapun juga kau istriku yang sah, di perjanjian tidak ada perjanjian tertulis bahwa aku tidak boleh menyentuhmu, bukankah wajah sepasang suami istri saling berpelukan seperti ini?" jawab Rehan.
Rehan membalik tubuh Merry sehingga menghadap ke arahnya. ia mencecap bibirnya dan melakukan apa yang biasa dilakukan oleh sepasang suami istri di kamar itu.
"Kenapa kau melakukan ini padaku, apakah aku ini hanya pelampiasaan saat gadis peliharaanmu tidak ada bersamamu," ucap Merry kesal siang-siang begini Rehan tidak bisa menahan hasratnya untuk bercinta.
"Kau istriku bercinta denganmu kapan saja itu hal yang wajar," jawab Rehan menyeriangai tipis.
Merry sungguh kesal dengan perilaku Rehan hari ini, seharusnya ia masih bekerja tapi kenapa malah melayani suami kontraknya itu di atas ranjang di siang bolong seperti ini. Merry merasa lelah dan kecapekan melayani Rehan hingga tertidur di ranjan siang itu. Ponsel Merry berdering saat itu Rehan masih terjaga dan mengambil ponsel istrinya. Sebuah nama yang membuatnya marah karena kemarin terlihat mesra dan secara terbuka menyatakan perasaannya kepada Merry. Pria ini yang sangat menantikan perceraian mereka.
"Tuan Marcel apakah kau sedang tidak ada kerjaan sehingga kamu bisa menelpon istri orang di jam kerja seperti ini?" tanya Rehan kesal.
"Tuan Rehan aku tidak ada urusan denganmu, kau bilang istri sebentar lagi kalian juga akan bercerai karena pernikahan kalian hanya pernikahan kontrak," jawab Marcel.
Rehan mendidih hatinya karena mendengar jawaban itu. Kenapa pria itu bisa tahu kalau pernikahan yang mereka jalani adalah pernikahan kontrak, Apakah Merry begitu tak sabar meninggalkan Rehan, tapi Marcel sungguh kasihan tidak bisa memiliki wanita yang di cintainya dan bersabar untuk menunggu istri orang menjadi janda. kasihan sekali nasibnya. Rehan sengaja membuatnya semakin panas.
"tuan Marcel istriku sedang tidur karena lelah melayaniku siang ini, jadi kau telepon saja saat sudah bangun tadi, kami sepasang suami istri walaupun hanya sebatas kontrak dia bisa saja mengandung anakku karena selalu melayaniku seperti ini, kalau akau jadi kau aku akan memilih wanita lain yang masih suci tidak menunggu wanita yang masih menjadi istri sah orang," ucap Rehan.
"Aku tidak akan panas dengan ucapanmu, karena kau tidak akan mendapatkan keturunan dari Merry karena dia mengkonsumsi obat penunda Hamil, dia hanya pantas melahirkan anak dariku nanti," balas Marcel.
Rehan menutup teleponnya, hatinya semakin kesal jadi wanita yang menjadi istrinya ini mengkonsumsi obat penunda hamil dari pria lain. Apakah mereka berdua berhubungan di belakangnya. Rehan memang tidak menginginkan pernikahan ini tapi kenapa hatinya begitu sakit mendengar pernyataan dari Marcel orang yang dari dulu sampai sekarang mencintai Merry.
"Aku sudah tertidur terlalu lama ternyata," ucap Merry saat bangun tidur, ia turun dari rangnya dan terlihat oleng. Sesekali dia memegangi pinggangnya karena terasa sakit.
"Kenapa pria itu begitu kuat, membuatku sampai tidak bisa jalan seperti ini!" keluh Merry sambil memegangi pinggangnya.
Rehan yang masih berada di ruangan itu tersenyum karena Merry mengakui kehebarannya. Keberadaan Rehan yang masih berada di kamarnya membuat Merry kaget dengan wajah murungnya itu. Ia mendekati Rehan mungkin akan ada yang ia ingin katakan padanya melihat wajahnya yang di tekuk seperti itu.
"Kau masih ada di sini, apakah kau tidak bekerja hari ini?" tanya Merry.
"Bukan urusanmu juga aku tidak bekerja atau tidak, ini rumahku terserah aku mau berada dimana," jawab Rehan ketus.
Merry sudah terbiasa dengan tempramen Rehan yang seperti ini. dia memang keras dan suka berbuat semaunya. Merry tidak bisa mencampuri urusan pribadi Rehan karena memang hatinya bukan miliknya juga pernikahan ini hanya pernikahan kontrak.
"Aku lapar, apa kau mau makan denganku, khusus hari ini aku akan masak untukmu, ini sebagai baktiku sebagai istri, saat kita berpisah nanti kau tidak akan bisa menikmati masakanku lagi," ucap Merry sambil berdiri meregangkan ototnya.
Merry meninggalkan Rehan yang masih belum buka suara. Ia juga mengatakan ini masakan pertamanya yang akan di sajikan untuk seorang pria. Merry walaupun dari keluarga kaya saat kuliah di luar negeri ia harus berhemat dan terbaisa memasak sendiri.
"Walau kau tidak mau aku akan tetap memasak untukmu, kau tahu ini pria pertama yang akan mencicipi masakanku adalah kamu, suamiku Rehan!" ucap Merry sambil berlalu dan pergi.
Rehan tersenyum hatinya terasa hangat saat mendengar Merry mengatakan itu padanya. Walaupun ia sudah lama mengenal Marcel dan pria itu mencintainya lebih dulu. Tapi lelaki pertama yang merasakan tubuhnya dan menikmati masakan Merry adalah Rehan. Sebagai seorang pria ia merasa menang saat ini.
"Ya Tuhan aku sampai melupakan sesuatu, dimana wanita itu menyembunyikan obat penunda hamilnya?" gumam Rehan sambil memutar matanya ke seluruh kamar Merry.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KONTRAK SANG CEO
RomanceSaat kontrak pernikahan sudah akan berakhir Rehan mulai membuka hatinya untuk Merry. Rehan belum mau mengungkapkan yang sebenarnya sehingga Merry yang sudah ingin lepas dari pernikahan kontrak ini berusaha lepas dari genggaman Rehan. Seorang wanita...