SEMALAM KAMI BERCINTA SAMPAI KELELAHAN

180 7 0
                                    


Rehan mengelus pipi Merry dengan penuh kasih sayang ia mengatakan kalau tidak ada yang bisa menandingi kecantikan istrinya. Walau sekarang jarang mandi karena hamil tapi Merry tetap berharga di mata Rehan.

"Rehan kamu jangan menakutiku. Kamu akan berkelahi dengan Marcel 'kan?" tanya Merry lagi sambil memegang tangan Rehan.

"Aku bukan orang yang gampang emosi seperti itu. Sekarang aku akan menggunakan cara lembut terhadapmu di depannya," ucap Rehan.

Merry sedikit lega tapi biasanya seorang pria akan mengedepankan emosi daripada harus bersikap lemah lembut dengan musuhnya. Entah apa yang ada dipikiran Rehan saat ini Merry juga belum paham para lelaki ini akan melakukan apa.

"Rehan aku sungguh jijik dengan caramu menggoda wanita. Memberikan bujuk rayu lalu kamu meninggalkan dia pergi," ucap Marcel dengan tatapn mengerikan.

"Apa kamu tidak paham Marcel. Semua ini aku lakukan agar kamu tahu bahwa aku mencintai Merry istriku yang sebentar lagi melahirkan anakku!" seru Rehan dengan sorot mata tegas.

Deg ... Deg ...

Mendengar kalimat Rehan Merry merasa bahwa dia sungguh disayang oleh Rehan. Sekarang hidupnya makin berarti di mata Rehan. Merry mengelus perutnya karena berkat anak di dalam perutnya Rehan menjadi sangat memperdulikannya.

Berbeda dengan Merry, tuan muda Marcel merasa tidak senang dengan apa yang dikatakan oleh Rehan. Dia menilai Rehan hanya sengaja memanas-manasi hatinya belum tentu nanti saat Marcel meninggalkan tempat itu Rehan akan berperilaku sama dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Terima kasih suamiku. Akhirnya kamu menyatakan cintamu mengakui kalau di hatimu ada aku yang paling kamu sayangi," ucap Merry dengan mata berkaca-kaca.

"Merry jangan termakan oleh rayuan gombal Rehan. Dia tidak berkata yang sebenarnya karena dia hanya ingin membuatku cemburu saja!" seru Marcel.

Merry menggelengkan kepalanya ini menurutnya wajar saja seorang suami yang menghibur istrinya atau memberikan kalimat pujian pada istrinya merupakan hal yang lumrah. Merry sangat bahagia dengan kalimat yang keluar dari mulut Rehan barusan. Karena dia sedang hamil apa yang dilakukan Rehan tidak ada salahnya malah membuat hatinya semakin nyaman.

"Marcel apa yang kamu katakan. Suamiku sudah melakukan tugasnya dengan baik. Aku sedang hamil dan Rehan menjaga perasaanku. Dia selalu memperhatikanku dan juga kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Rehan sekarang lebih terkontrol dan membuatku bahagia," ucap Merry dengan senyuman manisnya.

"Ta-tapi Merry kamu jangan mudah percaya dengan bajingan model dia. Karena dia bisa saja mencari wanita lain untuk bermain saat kamu sedang hamil," balas Marcel.

"Semalam kami bercinta sampai kelelahan. Aku rasa tidak ada tempat lagi untuk wanita lain di sisi Rehan," balas Merry berkata tanpa ragu-ragu.

Marcel sungguh kesal mendengar Merry mengatakan itu. Kenapa Merry bisa begitu tak tahu malu mengatakan itu didepannya seperti wanita jalang yang puas bermain dengan pria yang diincarnya. Dimana Merry yang ia kenal dulu yang selalu menjunjung tinggi kehormatannya.

"Rehan kamu sungguh bisa membuat Merry tidak tahu malu seperti ini. Kenapa kamu mengajari Merry tidak baik seperti ini?" teriak Marcel.

"Tuan muda Marcel jaga sikapmu. Sudah masuk rumah orang tanpa permisi dan masih membuat keribuatan. Menurut saya tidak ada yang salah dengan nona muda saya karena dia sudah melakukan semuanya dengan baik," ucap kepala pelayan yang baru saja tiba.

Menurut kepala pelayan seorang wanita yang sudah bersuami dan mengatakan perasaannya saat berada di atas ranjang itu hal yang wajar. Kecualai dia seorang yang lajang dan belum pernah menikah membicarakan hal semacam itu sungguh tidak pantas.

"Jadi Marcel bagian mana seperti apa yang maksud tadi. Aku mengajari Merry tidak baik di bagian mana. Bukankah ini hal yang wajar Merry sudah merasakan kekuatanku diatas ranjang bukan. Jadi menurutku wajar dia mengatakan apa yang ia rasakan semalam," imbuh Rehan.

Brakk! Mercel menggebrak meja dengan dua tangannya yang mengepal karena emosi.

"Rehan sampai kapanpun aku tidak akan pernah menerima kekalahanku. Aku masih akan tetap merebut Merry darimu. Kamu tidak pantas mendampingi Merry karena hanya aku yang pantas. Kamu tidak berhak bahagia kamu sudah menyakiti hati Merry sebelumnya," ucap Marcel dengan emosi yang meluap-luap.

Rehan memberi kode kepada kepala pelayan untuk mengusir Marcel karena membuat suasana sarapannya tidak lagi enak. Dia juga butuh ketenangan bersama istrinya yang sedang hamil. Rehan tidak mau membuat Merry banyak pikiran karena sedang hamil sekarang. Tidak mungkin Rehan akan menahan Marcel lebih lama lagi. Dia tidak ingin Merry terus mendapatkan tekanan dari Marcel sehingga Merry menjadi risau dan ingin meninggalkan Rehan demi pria yang tidak tahu malu seperti Marcel ini.

"Tuan muda Marcel maafkan saya tapi anda sudah kerterlaluan jadi saya rasa anda harus segera pergi dari kediaman tuan muda Handoko. Semua ini demi ketenangan hati nyonya muda kami yang sedang hamil. Orang hamil butuh ketenangan tidak boleh banyak mendapatkan tekanan batin serta pikiran yang berlebih. Semoga anda paham tuan muda Marcel," ucap kepala pelayan.

"Aku tidak akan pernah berhenti memperjuangan Merry agar meninggalkan si busuk Rehan ini," jawab Marcel.

Merry menggelengkan kepalanya serta menepuk jidatnya. Benar apa yang dikatakan kepala pelayannya. Seorang ibu hamil butuh ketenangan batin dan pikiran. Ia tak habis pikir karena Marcel sama sekali tidak memiliki hati nurani masih saja secara lantang berkata dia akan merebut istri orang benar-benar tidak mempedulikan citranya sebagai penerus keluarga Manggala.

"Tuan muda Marcel aku tahu kamu mencintaiku. Tapi tolonglah jangan buat kegaduhan di rumahku karena aku dan suami butuh ketenangan," ucap Merry.

"Merry kenapa kamu tidak mendukungku?" tanya Marcel dengan rasa kecewa.

"Marcel aku sudah berstatus istri orang yang sah mana mungkin aku akan memberi ruang untuk pria lain di hatiku. Sama saja aku seperti wanita jalang dan doyan selingkuh kalau tidak menjaga nama baik suamiku. Aku mohon mengertilah di luaran sana banyak wanita yang menginginkan dirimu. Aku yakin itu karena kamu seorang penerus keluarga dan mempunyai riwayat pendidikan yang bagus," balas Merry.

Rehan merangkul Merry dan mencium pipinya ia tahu saat berkata seperti ini Merry sudah menahan agar tidak salah kata dan juga memikirkan perasaan orang lain. Merry wanita yang kuat dan cerdas tidak mungkin asal bicara.

"Merry ayo kita kembali ke kamar," ajak Rehan sambil membopong Merry.

"Pak tolong antarkan tuan muda Marcel yang bermuka tembok ini untuk segera meninggalkan kediamanku!" imbuh Rehan sambil menggandeng Marry menuju lantai atas.

Kepala pelayan mengatakan akan mengantarkan Marcel keluar dari rumah tuan mudanya. Tapi pria tampan itu menatap Merry dan Rehan yang sepertinya mesra dan semakin dilihat semakin hatinya sakit. Kenapa bisa seperti ini bukankah pernikahan mereka hanya kontrak semata dan mereka akan segera berpisah bila waktu tiba.

"Tuan muda Marcel kenapa anda masih saja belum beranjak pergi dari kediaman ini?" tanya kepala pelayan.

"Kamu benar pak tua. Seorang wanita akan secara gamblang mengatakan urusan ranjangnya setelah menikmati kekuatan dari suaminya diatas ranjang dan setelah resmi menikah. Aku yakin suatu hari nanti aku dapat merasakan kehidupan ranjangku sendiri bersama Merry," jawab Marcel yang tidak nyambung dengan pertanyaan.

"Jangan mimpi di pagi tuan muda Marcel. Aku sangat marah mendengar hal ini dan perkataanmu tidak nyambung dengan apa yang saya tanyakan tadi. Tuan muda Marcel waktumu sudah habis. Kalau masih tidak mau pergi aku akan meminta satpam untuk mengusirmu. Ingat tuan muda Marcel keluarga Manggala sudah minta maaf pada keluarga Handoko. Apa kamu ingin melihat perusahaan yang dibangun susah payah oleh ayahmu akan bangkrut dengan sia-sia?" tanya kepala pelayan.

ISTRI KONTRAK SANG CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang