Para pelayan yang mendengar teriakan Rehan langsung menuju kamar tuan muda mereka. Melihat Merry yang memegangi perut mungkin sudah saatnya dia akan melahirkan. Pelayan membantu memanggilkan ambulan dan juga perlengkapan yang akan dibawa untuk melahirkan.
"Tuan muda janagn khawatir. Anda dampingi saja nyonya, kami akan mengabari tuan dan nyonya besar," ucap pelayan.
"Apakah ini pertanda Merry akan melahirkan?" tanya Rehan.
"Mungkin ini tanda-tanda gelombang cinta alias mules mau melahirkan. Siapkan mental tuan dan hati yang tenang ya," ucap Pelayan.
Ambulan sudah datang Rehan mengurus Merry yang akan melahirkan dibantu oleh pelayan yang sudah pernah melahirkan. Salah satu dari mereka mengabari kediaman utama juga mengabari orang tua Merry.
"Apa katamu menantuku akan melahirkan?" tanya tuan besar Handoko.
"Benar tuan. Saat ini sedang dibawa ke rumah sakit mawar dekat dengan perumahan," jawab pelayan.
Tuan Handoko ikut panik dan segera membangunkan istrinya untuk segera ke rumah sakit. Karena mendapatkan kabar menantunya akan segera melahirkan. Begitu juga orang tua Merry yang mendapatkan kabar kalau Merry akan melahirkan mereka juga segera bersiap-siapa menuju rumah sakit. Semua keluarga itu panik menantikan kelahiran keturunan pertama mereka.
"Di kamar berapa putriku akan melahirkan?" tanya tuan Wijaya saat masuk ke rumah sakit.
"Saat ini nyonya Merry Wijaya sedang masuk ruang persalinan pak. Di lantai tiga silahkan ke sana tapi jangan membuat kegaduhan itupun tidak boleh masuk ke ruang persalinan ya," jawab petugas resepsionis.
Tuan Wijaya mengangguk mengerti ia mengajak istrinya segera ke lantai tiga menuju ruang persalinan. Jantungnya berdegung kencang saat perjalanan menuju rumah sakit sampai menaiki lift menuju lantai tiga ruang persalinan putrinya.
"Tuan Handoko dimana ruang persalinan putriku?" tanya tuan Wijaya.
"Aku juga tidak tahu. Karena baru datang. Itu adalah pelayan di kediaman Rehan. Mungkin disana," ucap tuan Handoko yang melihat pelayan dari rumah Rehan.
Mereka segera menghampiri para pelayan itu. Pelayan menjelaskan kalau nyonya sudah pembukaan lima saat berada di rumah dengan pemeriksaan Dokter saat sampai rumah sakit ketubannya pecah dan sekarang sudah masuk ruang persalinan. Hanya boleh satu orang yang menemaninya. Rehan yang sudah memantapkan hatinya untuk menemani istrinya melahirkan.
"Apa anak itu bisa menemani istri yang sedang melahirkan. Aku kenapa menjadi panik sendiri seperti ini," ucap tuan Handoko sambil mondar-mandir.
"Tenanglah tuan Handoko. Tuan muda sudah mengikuti kelas menemani istri melahirkan. Jadi saya rasa dia sudah tenang dalam menghadapi situasi ini," jawab pelayan yang ada di rumah sakit.
Tuan Handoko bernafas lega mendenagr hal ini. Ini berarti Rehan memang sudah siap memiliki keturuan dan benar-benar berniat membangun rumah tangga bersama Merry.
Tuan Wijaya dan istrinya juga senang mendengar kabar itu. Mereka duduk di kursi tunggu dan tiada henti berdoa untuk kelancaran persalinan Merry hari ini.
"Suamiku kamu harus tenang. Ayo kita duduk bersama besan kita dan berdoa untuk kelancaran persalinan Merry hari ini," ucap nyonya Handoko.
"Baik kalau begitu kita bantu doa saja dari sini," balas tuan Handoko.
Rehan sangat gemetar menyaksikan kesakitan yang dirasakan Merry saat ini Keringatnya bercucuran deras melihat perjuangan Merry akan melahirkan buah cintanya.
"Merry bertahanlah sebentar lagi. Aku yakin sebentar lagi mereka akan segera lahir," ucap Rehan sambil menggenggam erat tangan istrinya.
"Aku sudah tidak kuat. Aku ingin mengejan tapi belum boleh," balas Merry yang sudah merasakan tubuhnya seperti di gebukin sakit semua.
Rehan memegangnya lagi dan memberikan semangat padanya. Agar tidak lemah saat meahirkan. Rehan mengatakan Merry harus kuat untuk buah hati yang lucu yang akan menemaninya sampai tua nanti. Merry adalah ibu yang kuat jadi tidak boleh mengeluh dan menangis.
Merry mulai merasakan gelombang cinta yang sangat cepat dan perutnya sangat sakit seperti disayat-sayat oleh pisau yang banyak. Dia meremas tangan Rehan. Menjambak rambutnya serta memukuli badan Rehan sekuat tenaga.
"Ahhh Aku sudah tidak kuat lagi. Aku ingin mengajan," teriak Merry sambil menjambak rambut suaminya.
"Merry jangan seperti itu kendalikan tubuhmu. Kamu harus kuat demi anak kita," pinta Rehan dengan nada sangat panik.
Tak butuh waktu lama kurang dari setengah jam putra Rehan lahir secara normal dan sehat. Tapi kenapa perut Merry masih merasakan mules yang sangat sakit seperti yang tadi. Dokter mengecek lagi dan alhasil satu bayi lagi keluar dari jalan lahir Merry.
"Tuan Rehan anda memiliki dua bayi satu berjenis kelamin laki-laki dan satu lagi berjenis kelamin perempuan," ucap Dokter.
"Apa aku tidak salah dengar Dokter?" tanya Rehan.
"Tidak istri anda mengandung dua bayi. Ini buktinya," balas Dokter.
Rehan bersorak kegirangan ia melihat Merry yang lemas tak berdaya di ruang persalinan. Suster masih membersihkan sisa darah yang menempel di perut Merry. Rehan masih setia menemaninya lalu setelah selesai dibersihkan dia memeluk Merry dan mengucapkan terima kasih padanya.
"Terima kasih Merry kamu adalah wanita kuat. Aku mengucapkan terima kasih karena kamu sudah mau melahirkan anak untukku," ucap Rehan sambil mengecup kening Merry.
"Sama-sama. Dimana anak kita?" tanya Merry.
"Mereka sedang dimandikan. Mungkin kakek neneknya sedang melihat mereka," jawab Rehan yang belum keluar sama sekali. Ia masih menemani Merry di ruang persalinan.
Benar saja kedua pihak keluarga Merry dan Rehan sedang berebut melihat cucu mereka. Seorang putri yang cantik dan putra yang tampan. tapi karena waktu Merry sempat terjatuh saat hamil waktu itu dan pernah di periksa kalau akan ada cacat di bagian wajah bayinya. Satu bayi berjenis kelamin laki-laki mempunyai memar di wajah dan kata Dokter bisa dilakukan terapi laser untuk bayinya.
"Tidak perlu khawatir pada cucu anda tuan dan nyonya. Nanti kalau sudah berusia enam bulan bisa dilaser dan akan sembuh jika dilakukan secara rutin," ucap Dokter.
"Terima kasih Dokter saya menjadi lega,"ucap Nyonya Handoko yang kemudian mengutuk Santika dan akan membalas dendam padanya.
Tuan Handoko meredamkan amarah istrinya. Bukan saatnya untuk mengeluh dan marah pada seorang yang tidak punay hati seperti Santika. Lebih baik sekarang menjenguk Merry yang masih dalam ruang persalinan. Ke empat orang tua itu memasuki ruang persalinan dimana ada Rehan dan Merry.
"Merry bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya nyonya Wijaya.
"Ibu aku sudah merasakan lelah yang berkepanjangan tapi rasanya lelahku sudah hilang," jawab Merry.
"Oh iya dimana anakku?" imbuh Merry.
"Syukurlah kalau begitu anakku. Rehan kamu boleh istirahat biar kami yang menjaga Merry. Oh iya tolong minta pelayan membawakan minuman hangat dan juga makanan untuk Merry," pinta nyonya Wijaya.
Rehan memang letih tapi dia belum tega meninggalkan Merry yang selesai berjuang melahirkan putranya. Rehan segera meminta pelayan menyiapkan makanan seperti apa yang diminta oleh mertuanya.
"Rehan, Selamat atas kelahiran putramu!" seru seseorang yang datang tak diundang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KONTRAK SANG CEO
RomansaSaat kontrak pernikahan sudah akan berakhir Rehan mulai membuka hatinya untuk Merry. Rehan belum mau mengungkapkan yang sebenarnya sehingga Merry yang sudah ingin lepas dari pernikahan kontrak ini berusaha lepas dari genggaman Rehan. Seorang wanita...