menunggu undangan darimu

114 4 0
                                    


Sera melirik Santika yang bermulut ceplas-ceplos itu. Tentu sekarang ia sedang menjerat Marcel yang akan menjadi pewaris keluarga Manggala. Tapi dia sangat tidak suka kalau Rehan dekat dengan perempuan yang berhasil membuatnya jatuh cinta.

"Tentu aku mencintai Marcel dan akan menikah dengannya. Kamu jangan mencoba memprovokasiku," jawab Sera.

"Siapa yang memprovokasimu. Aku hanya melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kamu itu sedang tidak senang melihat Rehan dan istrinya yang hamil sedang bahagia ;kan," ujar Santika.

Santika menambahkan kalau sudah move on dan menemukan tambatan hati lain. Untuk apa mempedulikan seorang lelaki yang sudah beristri sah. Apalagi orang tuanya sangat menyayangi menantunya yang sebentar lagi akan melahirkan anak.

"Kakak Sera. Aku tahu di hatimu masih ada tuan muda Rehan. Jadi tidak usah menyangkalku. Karena semuanya terlihat dari raut wajahmu yang tidak senang. Aku harap kamu tidak lagi memikirkan lelaki yang sudah bahagia itu. Karena tuan Handoko sangat menyayangi menantunya. Kalau tidak untuk apa dia rela menghamburkan uang milyaran demi menyambut cucu yang akan lahir," ucap Santika panjang lebar.

"Jangan banyak omong kosong Santika. Kamu apa ingin meminjam tanganku untuk menyingkirkan Merry dan bayinya sehingga Rehan bisa kamu goda lagi. Jangan pernah bermimpi seperti itu," balas Sera.

Sera menambahkan lebih baik Santika baik-baik belajar dengan giat dan menjadi selebriti terkenal seperti dia. Agar tidak lagi mengurusi kehidupan orang lain. Karena menjadi selebriti terkenal akan mempunyai banyak uang sehingga tidak lagi mengharapkan bantuan lelaki untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Ingat baik-baik pesanku Santika. Kamu jika tidak punya kemampuan akan didepak oleh pendatang baru yang semakin banyak menunjukkan bakatnya," ucap Sera memberikan peringatan.

"Apa kamu sedang meremehkanku kakak Sera. Sebagai senior apakah kamu tidak mau mengajariku cara berakting yang baik?" tanya Santika.

"Aku tidak punya banyak waktu untuk melatihmu. Tapi aku sarankan padamu untuk berlatih di instansi resmi. Kamu harus modal untuk bisa naik ke atas," balas Sera.

Sera meninggalkan Santika yang mungkin tersinggung dengan kata-katanya. Itu salahnya sendiri karena mencoba meminjam tangannya untuk mencelakai Merry. Sera memang kesal tidak dapat menaklukan Rehan secara penuh waktu itu. Tapi waktu sudah berlalu dan jalan masih panjang dia yakin kalau suatu hari akan menemukan lelaki yang sangat tulus mencintainya.

"Rehan aku sudah menyerah untuk merebutmu. Aku tidak akan termakan omongan Santika si gadis bodoh itu lagi. Aku lihat kamu sudah bahagia dengan wanita lain. Aku doakan semoga kamu akan selalu bahagia bersamanya," gumam Sera yang sudah mencoba melepaskan perasaannya untuk Rehan.

"Sera kenapa wajahmu terlihat sendu seperti itu?" tanya Marcel.

"Tidak apa-apa kenapa kamu datang ke lokasi syutingku. Aku agak sibuk beberapa hari ini jadi tidak bisa berjumpa denganmu," jawan Sera.

"Tentu saja aku merindukanmu," balas Marcel lalu memeluk dan mengecup Sera dengan sekuat tenaga.

Mereka lalu bercinta di ruang sempit tempat para artis berganti baju. Gerakan kilat itu tentu saja tak membuat Marcel puas. Ia meminta Sera untuk memuaskannya sekali lagi tapi sayang sekali dia sudah ada jadwal syuting jadi tidak bisa menemani Marcel bermain lagi.

"Marcel aku tidak bisa berlama-lama bermain denganmu. Aku harap kamu mengerti. Nanti malam aku berjanji akan menemanimu bermain lebih lama," ucap Sera.

"Baiklah aku tidak akan mengganggumu lagi. Selamat bekerja sayangku," balas Marcel sambil mengecup Sera.

Kedua sejoli itu berpisah karena pekerjaan. Saat Marcel akan meninggalkan lokasi dia bertemu dengan Merry dan Rehan juga tuah Handoko. Mau tidak mau dia menyapa mereka padahal sebenarnya hatinya masih saja sakit saat melihat Merry yang berperut buncit karena mengadung buah cinta dari playboy bernama Rehan itu.

"Tuan Handoko selamat siang. Apa anda akan membeli properti di kawasan ini?" sapa Marcel dengan sumringah.

"Tumben sekali kamu menyapaku dengan wajah sumringah. Sepertinya kamu sudah menemukan wanita yang cocok dengan hatimu. Iya tentu saja aku akan memberikan rumah untuk calon cucuku yang akan lahir," jawab tuan Handoko.

Marcel mengatakan memanng dia sudah mempunyai kekasih baru. Jadi tuan Handoko tidak perlu khawatir kalau dia akan menggoda menantunya lagi. Merry sudah mengandung anak pria lain. Dia tidak mau merebut orang yang rahimnya sudah pernah terisi benih dari pria lain.

"Kalau begitu aku ucapakan pada tuan Handoko yang akan memiliki cucu. Bertambah lagi anggota keluarganya dan aku ucapkan semoga menjadi keturunan yang cerdas seperti kakeknya," balas Marcel.

"Aku sangat tersanjung pada mulutmu yang manis itu. Aku juga menantikan undangan pernikahan dari tuan muda keluarga Manggala. Jangan terus melajang takutnya akan berubah pikiran lagi mengejar cinta istri orang," ucap tuan Handoko.

Marcel tersenyum kecut mendengar sindiran dari tuan Handoko. Dia memang pernah sekali mengejar Merry yang sudah jelas menjadi istri Rehan tapi saat itu dia tahu kalau Merry hanya menjali kontrak pernikahan dengan Rehan. Tapi saat Marcel dia sedang hamil dan tidak mau menceraikan Rehan dunianya seakan runtuh. Wanita yang ia cintai sudah mencintai lelaki lain.

"Jangan khawatir tuan Handoko. Aku tidak akan melakukan itu lagi. Karena menantumu sudah cinta mati dengan tuan muda Rehan. Lain cerita jika dia tidak mau disentuh oleh Rehan aku akan mengejarnya lagi dan lagi sampai dia mau bercerai dengan Rehan," ucap Marcel.

"Baguslah kalau kamu sudah sadar. Aku yakin kamu juga akan bahagia tanpa menantuku!" seru tuan Handoko.

Suasana semakin menegangkan antara tuan besar Handoko dengan Marcel yang merupakan juniornya. Tak mau larut dalam perselisihan Merry menjadi penengah bagi mereka yang sedang berselisih dan saling sindir.

"Ayah mertua sepertinya aku sudah lapar. Saat ini aku ingin banyak makan. Bisakah kita cepat pergi dan menemukan restoran untuk makan?" tanya Merry mencairkan suasana.

"Baiklah apa cucuku juga lapar. Ayo kita segera pergi mencari restoran. Aku tidak mau nanti cucuku kelaparan," ajak tuan Handoko bersemangat.

Rehan berpamitan pada Marcel karena istrinya sedang lapar. Semenjak memasuki trimester tiga Merry sangat doyan sekali makan dan selalu lapar. Rehan selalu membawakan makanan untuknya saat pulang kerja. Merry sering lapar dan banyak makan makanya badannya melar. Tapi itu tidak akan menurunkan rasa cinta Rehan padanya karena telah mau mengandung anak demi Rehan.

"Marcel apa kamu mau bergabung dengan kami makan siang?" tanya Rehan.

"Tidak perlu. Aku takut akan jatuh cinta lagi pada istrimu," sahut Marcel.

"Kalau begitu kami pergi dulu. Oh ya sama seperti ayahku aku juga menunggu undangan pernikahan darimu," ucap Rehan.

Marcel mengangguk dan mengatakan akan segera mengirimkan undangan bahagia itu pada keluarga Handoko. Khususnya ke kediaman Rehan karena dia harus datang bersama istrinya yang dulu pernah ia cintai.

"Rehan jangan khawatir. Aku akan mengirim undangan bahagia untukmu. Khususnya untuk Merry orang yang pernah ada dalam hatiku meski dia telah menjadi milikmu sekarang. Undangan untuk kalian adalah undangan khusus!" seru Marcel setengah kesal.

"Marcel aku akan sangat menunggu undangan khusus darimu. Tapi undangan khusus itu seperti apa?" tanya Rehan.

ISTRI KONTRAK SANG CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang