Rehan menggeledah semua laci dan almari yang ada di kamar Merry. tentu saja yang ia cari adalah obat penunda kehamilan seperti apa yang dikatakan oleh Marcel. sekitar empat puluh menit ia mencari dimana obat yang dimaksud oleh pria yang membuatnya cemburu masih saja ia tidak dapat menemukan obat itu.
Krieett! pintu kamar Merry terbuka.
"Rehan apa yang kau lakukan, kau mencari apa?" tanya Merry.
"Ti-tidak ada, apa masakan yang kau buat sudah matang, aku harus mencicipinya," jawab Rehan terbata.
Pria yang sedang terbakar api cemburu itu tampak salah tingkah. Merry mendekatinya dan memeluknya. berharap Rehan bisa menjelaskan apa yang dia cari dikamarnya. tidak mungkin 'kan ia mencari kontrak pernikahan mereka yang sudah disepakati.
"Kau jangan berbohong, sejak tadi kau murung dan sekarang sedang mencari sesuatu dikamarku 'kan aku akan bantu carikan untukmu," ucap Merry.
"Apa kau sungguh akan mencari dan menyerahkan benda yang aku cari?" tanya Rehan.
Merry mengangguk tentu saja jika itu sangat penting ia akan membantu Rehan mencari benda yang ia inginkan. Kamar ini bagian dari rumah Rehan mungkin ada sesuatu yang dulu pernah di letakkan di tempat ini.
"Aku akan membantumu mencarinya Rehan," jawab Merry tegas.
"Kalau begitu dimana kamu sembunyikan obat penunda hamilmu, apa kau tidak mau melahirkan keturunan keluarga Handoko hah, kau akan mempermalukan aku karena dianggap tidak bisa menghamilimu?!" ucap Rehan bersemangat.
Merry mendadak murung obat penunda kehamilan. Dia saja tidak kepikiran harus meminum obat penunda kehamilan, tapi pria ini malah menuduhnya menyembunyikan obat itu dan sengaja tidak mau hamil keturunannya.
"Kau benar Rehan seharusnya aku meminum obat itu, tapi nyatanya aku tidak meminumnya, tapi hari ini kau menyadarkanku, aku harus pergi ke dokter dan memilih alat kontrasepsi yang cocok untukku," jawab Merry.
"Apa kau serius mengatakan itu, jadi pria itu berbohong padaku?!" seru Rehan dengan wajahnya yang merah padam.
Merry terhentak kaget Rehan mengatakan pria itu. lalu pria itu siapa apakah seseorang sedang mengompori Rehan supaya bertengkar dengannya hari ini. Merry menghela napasnya ia tidak mau lagi berdebat dengan Rehan yang sudah sangat marah itu.
"Pria itu, siapa yang kau maksud Rehan, seharusnya bukannya masalah rumah tangga kau diskusikan denganku?" tanya Merry.
"Nyonya muda benar tuan, seharusnya anda tidak mempercayai orang lain selain itu terucap sendiri dari istri anda, maaf saya menyela dan tidak sopan, saya hanya mau mengatakan makanan silahkan di makan nanti keburu dingin dan tidak enak," ucap kepala pelayan.
Rehan melengos segera keluar dari kamar itu, dia menuju ruang makan dan disusul oleh Merry. Mereka makan di ruang makan menikmati hidangan yang dibuat oleh tangan Merry. masakan sederhana dengan bahan yang ada di dapur sayur bayam, sambel tomat dan tempe goreng. ada juga ayam lada hitam siapa tahu Rehan tidak pernah memakan makanan sederhana seperti Merry.
"Ini semua kau yang buat?" tanya Rehan sambil menyantap ayam lada hitamnya.
"Tentu saja, kau juga harus makan sayur supaya supaya asupan gizi pada tubuhmu seimbang," jawab Merry.
Merry sengaja menyendokkan sayur yang ia buat ke mangkuk dan menyerahkan pada Rehan. entah kenapa Rehan tidak menolaknya seperti apa yang biasa ia lakukan. dengan lahap ia memakan bayam itu,
"Ternyata sayur itu enak," Rehan menyerahkan mangkuk kecil yang sudah kosong itu kepada Merry supaya di isi lagi.
"Tentu saja enak, Rehan jika kau menyukai masakan terntentu bilang saja, aku akan membuatkannya untukmu," ucap Merry sambil menyerahkan semangkuk bayam untuk suami kontraknya itu.
"Kalau begitu setiap hari kau harus memasak untukku," sahut Rehan.
Mery menyetujuinya karena memasak untuk Rehan hanya untuk setahun semasa kontrak saja, Rehan menyebutkan makanan yang paling ia sukai yaitu steak daging yang empuk. Jika Merry bisa membuatnya Rehan menginginkan makanan yang ia sukai itu di buat oleh Merry.
"Aku akan mengabulkan permintaanmu sebelum kita berpisah," balas Merry sambil meminum air setelah ia makan.
"Merry kau harus jawab jujur pertanyaanku, apa hubunganmu dengan Marcel?" tanya Rehan.
Kenapa Rehan bertanya soal Marcel apakah karena dia cemburu soal pertemuannya dengan Marcel waktu itu. Mereka hanya membahas masalah bisnis hari itu. juga tidak bertemu lagi atau saling bertegur sapa lewat pesan singkat karena Rehan melarangnya untuk keluar rumah.
"Kami hanya berteman saja, kenapa kau tanya soal Marcel? dia memang pernah menyatakan cinta padaku tapi aku menolaknya!" jawab Merry tegas.
"Dia tadi menelponmu tapi aku yang angkat, dia juga yang mengatakan kau meminum obat penunda hamil karena tidak mau melahirkan keluarga Handoko," sahut Rehan kesal.
Merry membuang napasnya kasar, untuk apa Rehan mempercayai ucapan Marcel yang tidak bisa dipercaya itu. Juga untuk Marcel kenapa mengucapkan kata yang bisa membuat orang salah paham dan bertengkar seperti ini.
"Pria itu benar-benar membuatku marah, kenapa memperkeruh keadaan seperti ini!" seru Merry yang tidak suka dengan sikap Marcel.
"Sudahlah jika memang kau tidak mengkonsumsi obat itu, oh iya aku sudah menyiapkan gaun untukmu pilihlah yang kau suka, malam ini kit akan ke rumah utama karena akan ada perjamuan makan malam disana, orang tuamu juga ikut," ucap Rehan.
Rehan selesai makan siang, ia mengatakan akan pergi ke ruang kerjanya ada yang harus ia segera urus. Ia meminta Merry untuk istirahat karena nanti malam akan menjadi malam yang melelahkan selain untuk mengunjungi orang tua dia juga harus melayani Rehan sebagai suami sahnya.
"Makan malam keluarga ya, baiklah aku akan memilih pakaian yang kau siapkan, aku harus berakting menjadi istri yang baik malam ini" gumam Merry.
"Terserah kau saja, cari aku di ruang kerja jika kau membutuhkan sesuatu," balas Rehan.
Merry kembali kekamarnya ia teringat wajah Rehan yang seperti orang cemburu itu. Wajah tampan yang sedang cemburu itu terlihat imut, Merry mendambakan melihat wajah Rehan yang seperti setiap hari. Tapi sayang dia hanya bisa memperlihatkan wajah dingin dan sinis kepadanya setiap saat.
"Seandainya pria itu sedikit lembut aku pasti akan menyukainya," gumam Merry.
Merry tersadar dengan apa yang ia katakan kenapa bisa terucap kalimat seperti itu dalam benaknya, tidak bisa ia berencana menarik ucapannya kembali.
"Apa yang aku katakan tadi, tidak mungkin seorang seperti Rehan akan bersikap lembut padaku?"
Rehan mendengar ucapan Merry yang berada di dalam kamarnya. Rehan diam-diam selalu mengawasi Merry, entah kenapa hatinya selalu nyaman saat bersama dengan Merry. Rehan kembali ke ruang kerjanya sambil mengingat apa yang diinginkan Merry dari dirinya,
"Bersikap lembut ya, aku tidak yakin bisa melakukannya,
Tok ... Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu dari luar ruang kerja Rehan terdengar, Rehan meminta masuk orang yang mengetuk pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KONTRAK SANG CEO
RomanceSaat kontrak pernikahan sudah akan berakhir Rehan mulai membuka hatinya untuk Merry. Rehan belum mau mengungkapkan yang sebenarnya sehingga Merry yang sudah ingin lepas dari pernikahan kontrak ini berusaha lepas dari genggaman Rehan. Seorang wanita...