"Terima kasih Lusi, selama ini telah banyak membantuku," ucap Merry.
"Kamu juga sudah banyak membantuku, jadi sudah tugasku sebagai sahabatmu untuk menolong," balas Merry.
Rehan berdehem melihat mereka saling berpelukan. Dia juga ingin memeluk istrinya yang sudah berhasil melewati cobaan rumah tangganya dengan sabar. Padahal Rehan sudah sangat banyak menyakitinya tapi Merry pada akhirnya memilihnya menjadi suami.
"Kamu kenapa Rehan?" tanya Lusi.
"Kenapa kamu tidak peka. Aku ingin berduaan saja dengan istriku!" seru Rehan.
"Kalau begitu aku akan keluar dari ruangan ini, silahkan bersenang-senang," balas Lusi lalu segera meninggalakan ruangan itu.
Merry hendak menyusulnya keluar tapi Rehan mencegahnya. Merry baru saja melahirkan memangnya mau kemana dia selain diam saja di kamar bersama putra putrinya.
"Kamu mau kemana?" tanya Rehan yang memeluknya.
"A-ku mau keluar, banyak tamu 'kan di luar," balas Merry.
"Tidak, kamu harus di sini menemani bayi kita," ucap Rehan.
Merry sangat malas sebenarnya menemami Rehan. Belum tentu juga dia akan berubah dan tidak selingkuh lagi walaupun anaknya lahir, itu yang dipikirkan oleh Merry saat ini. Walau Merry sudah jatuh cinta pada Rehan tapi para perempuan yang tergila-gila padanya mungkin akan tetap mencoba untuk merebut kembali perhatian Rehan.
"Kamu cobalah menggendong anakmu," pinta Merry.
"A-ku menggendong mereka?" tanya Rehan sembari menggaruk kepalanya.
"Iya apa kamu tidak mau menggendong anakmu sendiri?" balas Merry.
Rehan tampak cemas melihat kedua bayi yang ada di box bayi itu. Dia tidak berani menggendongnya langsung dari tempat tidurnya. Merry sangat peka dengan apa yang Rehan pikirkan apa yang dia pikirkan sangat terlihat jelas di ekspresi wajahnya saat ini.
"Rehan, kamu harus membiasakan diri untuk menggendong anakmu sendiri," ucap Merry.
"Aku belum siap," jawab Rehan.
Plak! Merry memukul pundak Rehan dengan kencang. Bagaimana dia bisa bilang belum siap menggendong anaknya.
"Hei, kamu sangat senang dalam membuatnya, kenapa menggendong saja bilang belum siap!" tegas Merry.
"Itu kan hal yang berbeda, Merry. Sangat menyenangkan dalam membuat bayi," balas Rehan reflek.
"Apa di otakmu hanya ada caranya membuat bayi saja," ucap Merry dengan wajah yang kesal.
Rehan tersenyum ke arah Merry. Baginya saat ini Merry adalah segalanya tidak ada yang bisa menggantiknnya walau itu adalah orang yang pernah dia sewa untuk memanas-manasi Merry dulu.
Rehan memeluknya dan berbisik padanya, "Merry, apa kamu mau melakukan itu?"
Merry langsung mendorong tubuh suaminya itu. Apa Rehan sudah gila mau melakukan itu pada ibu yang masih nifas belum juga empat puluh hari dia melahirkan tidak mungkin sekarang dia berhubungan badan dengannya.
"Kamu memang sudah gila!" seru Merry.
"Aku memamg gila karena aku tergila-gila padamu, istriku," goda Rehan.
"Oeeekkkk," terdengar salah satu bayi itu menangis. Merry segera menggendongnya untuk menenangkan bayinya.
"Lihat Rehan, Artur menangis karena dia tidak ingin ibunya digoda oleh buaya darat sepertimu," ledek Merry.
"Kalau begitu aku akan mengajari anak lelakiku menjadi seorang buaya darat sepertiku!" ucapnya dengan penuh percaya diri.
Merry menginjak kaki Rehan karena geram. Bagaimana mungkin dia berkata seperti itu dengan penuh keyakinan. Merry tidak akan mengijinkan anaknya nanti meniru sang ayah yang hobinya bermain perempuuan. Dia akan mengajari anak lelakinya untuk menjadi seorang anak yang penuh tanggung jawab dan setia hanya pada satu pasangan saja.
"Merry sebenarnya dia menangis kenapa?" tanya Rehan yang penasaran.
Note : Bab selanjutnya sampai tamat Istri Kontrak sang ceo ada di Karya karsa. Terima kasih teman-teman yang sudah mampir ke karya karsa. Dukung Author di karya karsa juga ya teman-teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KONTRAK SANG CEO
RomanceSaat kontrak pernikahan sudah akan berakhir Rehan mulai membuka hatinya untuk Merry. Rehan belum mau mengungkapkan yang sebenarnya sehingga Merry yang sudah ingin lepas dari pernikahan kontrak ini berusaha lepas dari genggaman Rehan. Seorang wanita...