KANGEN DESAHAN RANJANG

232 9 0
                                    


Merry menghela nafas dan mengangguk. Karena menurutnya sahabat yang ia percaya untuk mengurus pekerjaan selama ia cuti hamil kalau tidak ada di tempat mungkin tidak ada yang mengawasi perusahaan dan para karyawan akan berbuat seenaknya.

"Baiklah Leni aku tidak akan menahanmu di sini. Karena aku telah percaya padamu untuk mengurus perusahaan maka pergilah. Nanti kalau senggang aku akan meminta Rehan untuk mengantarkanku ke tempatmu untuk mengeluarkan isi hatiku ini," jawab Merry sambil tesenyum.

"Kalau begitu aku akan segera bekerja ibu bos," balas Leni sambil tertawa.

Merry meminta sopir untuk mengantar Leni ke perusahaan bagaimanapun dia adalah orang kepercayaan Merry. Ibu Hamil itu sedang memakan buah kedondong di taman belakang tiba-tiba seseorang menutup matanya dari belakang.

"Tolong jangan ganggu aku. Karena aku sudah punya suami," ucap Merry.

"Siapa suamimu?" tanya Rehan.

"Suamiku tentu saja Rehan Handoko memangnya siapa lagi. Hanya dia dan satu-satunya lelaki dalam hatiku saat ini," jawab Merry.

Rehan memeluk Merry dan menciumnya dari arah belakang. Hatinya merasa senang karena Merry telah mengakuinya sebagai lelaki satu-satunya dalam hidup Merry saat ini. Rehan melompati kursi yang diduduki Merry dan meranngkulnya. Ia membisikkan kata yang membuat Merry tersipu.

"Sudah lama kita tidak bermain dan aku kangen desahan ranjang yang keluar dari mulutmu,"

"Dasar suami mesum. Jangan lakukan di sini kamu harus bisa menahan hasratmu," balas Merry.

Rehan dan Merry buru-buru masuk kamar dan langsung melakukan adegan panjang yang melelahkan bagi keduanya.

Ini pertama kalinya Rehan bercinta dengan wanita hamil rasanya tidak buruk apalagi saat ia mendengar suara desahan Merry yang begitu merdu membuatnya semakin bergairan. Ia melakukannya sesuai anjuran Dokter agar tidak melukai janin dalam perut Merry.

Suara desahan demi desahan yang keluar dari mulut Merry membuat Rehan mabuk kepayang. Tak hanya Rehan yang mendominasi sepertinya Merry juga rindu sentuhan dari Rehan yang memang pasca kejadian jatuh dari tangga mereka belum sempat melakukan permainan ranjang karena masih takut bayi mereka terluka.

"Rehan biarkan aku berada di atasmu. Hasratku ingin sekali menahklukanmu," ucap Merry sambil mengontrol nafasnya.

"Jika itu keinginanmu aku akan pasrah berada di bawah kenadalimu. Merry lakukan saja seperti apa yang kamu mau," balas Rehan dengan senyuman penuh napsu.

Merry memulai memainkan olahraganya dengan gerakan naik turun sehingga membuat Rehan merem melek dan terdengar desahan seperti orang kepedesan dari mulut Rehan. Sepertinya mereka tampak menikmati adegan ranjangnya.

Gerakan demi gerakan telah mereka lakukan hingga akhirnya mereka mencampai puncak kenikmatan dan mengeluarkan semburan dan air kenikmatan dari dalam tubuh mereka masing-masing.

"Apa kamu tidak kelelahan Meery. Jika terjadi kram atau sakit pada perutmu katakanlah padaku. Sejujurnya aku khawatir kalau terjadi apa-apa pada janin kita," ucap Rehan sambil membelai perut Merry yang semakin besar.

"Yang aku rasakan sekarang adalah bahagia. Karena aku sudah lama juga tidak disentuh olehmu. Soal perut kalau terjadi kontraksi aku akan segera mengatakannya padamu," balas Merry yang nafasnya masih ngos-ngosan setelah selesai bermain dengan sang suami tercinta.

Rehan tak ingin istrinya sakit ia segera mengambil baju Merry dan segera memakaikan untuk Merry. Dimaja sang suami seperti ini membuat Merry merasa bahagia. Ia berharap Rehan akan tetap seperti ini bersikap manis padanya sampai tua nanti.

"Merry kenapa kamu tersenyum seperti itu. Apa kamu masih mau melakukan olah raga ranjang lagi?" tanya Rehan yang ingin menjamah tubuh Merry lagi.

ISTRI KONTRAK SANG CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang