apa kau lupa kita pernah tidur bersama

151 5 0
                                    


Tuan Handoko menerima sapu tangan dari Merry dan menyeka air matanya. Ia mengatakan bahwa dia terharu pada sikap Rehan yang sudah berubah dari yang suka memainkan banyak wanita menjadi lelaki yang setia pada istrinya.

"Terima kasih menantuku. Aku menangis bahagia bukan sedih tenang saja. Barusan ibumu mengirim pesan kalau sudah memasakkan makanan enak untuk kalian. Jadi kita makan di rumah saja. Tidak di restoran. Jangan biarkan ibu kalian sedih karena masakannya tidak dimakan," ucap Tuan Handoko.

"Baiklah kalau begitu. Aku senang kalau ibu memasak khusus untukku dan Rehan," jawab Merry yang senang mendengar ibu mertua memasak makanan untuknya.

Rehan juga ikut senang atas apa yang dikatakan oleh ayahnya. Ia juga sudah rindu masakan nyonya Handoko. Sudah lama tidak berkunjung dan tidak makan di rumah orang tuanya. Rehan sangat ingin makan di sana.

"Kebetulan sekali aku sudah lama tidak makan di rumah dan memakan masakan ibu," ucap Rehan.

"Ayo kalau begitu kita ke tempat ibu, makan dan mengobrol sebentar," balas Merry sambil mengelus perutnya.

Tuan Handoko menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh agar cepat sampai di rumah dan menikmati makanan istrinya. Rehan mengingatkan pak tua itu agar hati-hati karena membawa wanita yang sedang hamil. Jika tidak hati-hati dia akan menyakiti menantu dan cucunya.

"Ayah apa kamu tidak bisa hati-hati sedikit?" tanya Rehan gemetaran karena takut terjadi apa-apa denagn istrinya.

"Ayah sudah hati-hati memangnya kenapa sih Rehan. Ini agar ayah cepat sampai rumah dan makan," balas tuan Handoko.

Rehan menegaskan kalau membawa wanita hamil jangan mengendarai kendaraan dengan ngebut. Kalau terjadi reaksi pada perut Merry bagaimana. Tuan Handoko meminta maaf dan memelankan laju kendaraannya.

"Ayah menantumu sedang hami; jika bayi lahir sebelum waktunya bagaimana?" tanya Rehan.

"Maafkan ayah ya. Ayah sampai lupa karena sedang senang hari ini," balas tuan Handoko sambil tertawa.

Mereka sudah sampai rumah dan langsung menuju meja makan. Nyonya Handoko menyambut menantunya dengan sumringah. Ia meminta Merry langsung makan karena semau hidanagn di khususkan untuknya.

"Merry cepatlah makan. Makan apa saja sesukamu. Ibu akan memasakkan lagi jika kamu masih ingin makan," ucap nyonya Handoko.

"Terima kasih ibu. Ini adalah pecel ayam yang aku suka. Boleh aku makan sekarang?" tanya Merry.

"Tentu saja. Ibu saja yang ambilkan nasi dan lauk untukmu," balas nyonya Handoko.

Keluarga itu makan dengan tenang. Merry makan sampai nambah tiga piring hari ini. Mungkin karena cocok dengan masakan mertuanya. Nyonya Handoko tersenyum melihatnya. Napsu makan Merry sudah kembali dan memang harus banyak makan makanan bergizi.

"Jangan lupa minum air putihnya yang banyak Merry. Kamu butuh air putih yang banyak," ucap nyonya Handoko.

"Terima kasih bu sudah mengingatkan. Makanan ini enak sekali. Aku suka kenapa napsu makanku baru kembali sekarang," balas Merry.

Nyonya Handoko mengatakan hal demikian adalah wajar. Apalagi saat trimester pertama kehamilan wanita hamil akan merasakan mual saat memakan apapun. Dia akan memuntahkan segalanya saat makan dan minum. Mencium bau-bauan yang sensitif juga akan merasa mual dan muntah. Sekarang sudah memasuki trimester ke tiga jadi napsu makannya sudah kembali. Nyonya Hnadoko mengingatkan untuk memakan apa saja jika sudah lapar.

"Itu wajar Merry. Sediakan camilan atau apa saja untuk mengganjal perut saat kamu lapar. Karena trimester ke tiga ini kamu memerlukan banyak makanan yang sehat," ucap nyonya Handoko.

"Oh jadi seperti itu. Aku baru mengerti sekarang. Boleh aku bungkus pecel ayam untuk aku bawa pulang bu?" tanya Merry.

Nyonya Handoko senang Merry mau membawa pulang masakannya. Ia segera meminta pelayan membungkus untuk Merry. Pecel ayam yang di buat oleh tangan nyonya Handoko sendiri. Dia berharap Merry akan sering-sering main ke rumahnya untuk sekedar makan dan mengobrol dengannya.

"Ini untukmu. Kamu sering mainlah ke rumah ibu. Tapi karena kamu sedang hamil besar seperti ini. Ibu saja yang berkunjung dan memasak untukmu di rumah!" seru nyonya Handoko bersemangat.

"Ibu tidak usah bersusah payah seperti itu. Aku tidak ingin merepotkan ibu," ucap Merry merasa tak enak.

"Jangan berkata seperti itu Merry. Kamu tidak merepotkan ibu mungkin aku akan datang bersama dengan ibumu nanti," ucap nyonya Handoko sambil tersenyum.

Nyonya Handoko terlihat senang kedatangan anak dan menantunya. Apalagi sebentar lagi mereka akan mendapatkan satu anggota keluarga baru. Mereka sangat menantikan calon buah hati yang dikandung Merry lahir kedunia.

"Ibu kami pulang dulu ya. Aku masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Aku akan mengantar Merry pulang dulu," pamit Rehan.

"Hati-hati saat menyetir Rehan. Keselamatan bayi dan istrimu lebih penting dari segalanya," ucap nyonya Handoko.

Rehan mengangguk lalu ia dan Merry pergi dari kediaman orang tuanya dan pulang ke rumahnya sendiri. Rehan mengantar Merry pulang ke rumah lalu pergi ke perusahan. Di perusahaan dia dikagetkan dengan kedatangan Santika yang sudah ada di dalam kantornya.

"Hallo tuan muda Rehan. Lama tidak berjumpa dan aku merindukanmu!" seru Santika lalu melingkarkan tangannya ke leher Rehan.

"Siapa yang mengijinkanmu datang ke kantorku?" tanya Rehan kesal dan melepaskan pelukan tangan Santika.

Santika tersenyum geli melihat Rehan yang mencoba menghindarinya. Bahkan dia mengingakan kalau dulu dia pernah menyentuhnya lebih dari sekali dalam sehari. Mau dimanapun itu dia akan terus melakukan hal menyenangkan dengannya.

"Tuan Rehan jangan galak padaku. Apa kamu lupa kalau dulu kita pernah tidur bersama sampai tidak kuat untuk bangun?" tanya Santika dengan kedipan yang menggoda.

"Jadi kamu ke sini hanya untuk menyalurkan napsumu yang sudah tidak terbendung lagi? Kalau begitu aku akan mengabulkan keinginanmu!" seru Rehan sambil tersenyum licik.

Santika merasa senang dengan Rehan yang sepertinya masih terpesona dengan dirinya yang memang mempesona. Dia segera melucuti pakaiannya sendiri tapi tidak sampai telanjang. Hanya menonjolkan sisi sexy saja.

"Tuan Rehan aku tahu kamu juga tidak dapat membendungnya. Istrimu yang sedang hamil tidak dapat memberikan service yang maksimal bukan?" tanya Santika dengan gerakan menggoda.

"Kamu memang benar aku akan mengabulkan keinginanmu yang terbelenggu hasrat itu. Kalau begitu, pengawal seret wanita jalang ini keluar dan nikmati dia sesuka hati kalian. Aku tidak mau di kemudian hari dia masuk ek perusahaanku lagi," ucap Rehan dengan kasar.

Santika terkejut dengan tindakan Rehan kenapa bisa seperti ini. Ini bukan seperti apa yang dia inginkan dia masih ingin menggoda Rehan. Seorang pria kaya yang bisa menjadikan statusnya menjadi kuat di dunia entertaimen. Santika meminta maaf pada Rehan karena telah lancang seperti ini. Ini semua karena dia mengaku mencintainya.

"Baik tuan Rehan kami akan menikmatinya wanita cantik ini. Siapa yang tidak mau menidurinya. Terima kasih karena telah memberikan wanita cantik pada kami," ucap para pengawal.

"Tidak!!! Jangan lakukan ini padaku. Aku tidak mau. Lepaskan aku singkirkan tangan kotor kalaian dari tubuhku!" teriak Santika.

ISTRI KONTRAK SANG CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang