aku melakukannya pelan-pelan

161 5 0
                                    


Rehan mengangkat telepon yang ternyata dari sang ibunda. Dia tidak jadi marah besar lantaran ia bisa diomeli oleh sang ibunda jika berani marah padanya.

"Siapa yang berani menggangguku di saat aku sedang bersama istriku?" bentak Rehan.

"Kamu apa tidak mau mami telepon. Apa yang sedang kamu lakukan dengan istrimu siang bolong begini. Ingat ya jangan sampai kamu melukai cucuku!" seru nyonya Handoko.

Nyonya Handoko tidak bisa berhenti mengomel karena Rehan berbicara seolah sedang bercinta di tengah matahari terik seperti ini. Mengingat Merry sedang hamil dan tadi ada yang memberi kabar kalau Merry sedang berbelanja kebutuhan bayi. Beliau tentu saja tidak akan mengijinkan Rehan melakukan hal tak senonoh itu walau dengan istrinya sendiri.

"Mami maafkan aku. Aku tidak bisa menghentikan hasratku saat bersama Merry. Aku melakukannya pelan-pelan tidak akan menyakiti bayiku," jawab Rehan.

"Aku tidak mau tahu. Jika terjadi apapun pada cucuku aku akan menghukummu," ucap nyonya Handoko mengancam Rehan.

Rehan mengerti apa yang dimaksud oleh ibunda tapi dia adalah anaknya kenapa saat mereka tahu akan kehadiran cucunya. Lebih mengutamakan sang cucu daripada sang anak sendiri. Rehan sungguh tak habis pikir dengan apa yang diucapkan oleh sang ibunda.

"Mami kenapa mami lebih sayang pada cucu sedangkan aku anakmu sendiri tidak sayang lagi," ucap Rehan sambil memegangi kepalanya yang sedikti sakit.

"Itu salahmu karena telah mencelakai cucuku yang berharga saat itu. Kamu memang anakku dan aku mencintaimu tapi aku lebih sayang cucuku karena sejak dalam kandungan sudah kamu sakiti," bentak nyonya Handoko.

Rehan tidak bisa berkata apa-apa lagi semenjak kejadian Merry jatuh dari tangga dan di rumah sakit dinyatakan sedang mengandung. Semua orang menyalahkan Rehan baik itu mertuanya maupun orang tuanya sendiri. Rehan sangat menyesal kenapa waktu itu tak mengetahui lebih awal tentang kehamilan Merry jika hal itu terjadi mungkin Rehan akan meninggalkan Santika secepatnya.

"Aku mengakui kalau salah. Mami jangan terus-terusan ungkit masalah ini. Aku juga sedih karena tidak mengetahui kalau Mery telah mengandung anakku. Mami ada apa menelponku siang-siang begini?" tanya Rehan.

"Bagus kalau kamu menyadari kesalahanmu. Rehan bulan ini Merry memasuki usia kandungan tujuh bulan. Jadi mami ingin mengadakan syukuran atas kehamilan menantuku. Malam minggu besok datanglah ke kediaman utama keluarga Handoko kita akan makan malam bersama. Aku juga akan mengundang mertuamu," jawab nyonya Handoko.

Rehan mengucapkan akan bersedia hadir dan mengatakan pada Merry kalau malam minggu akan menginap ke kediaman utama. Selesai mengoceh nyonya Handoko mematikan telepon ia juga mengingatkan Rehan agar tidak sembrono melakukan hal yang membahayakan janin di tubuh Merry. Ia akan sangat marah jika sesuatu terjadi pada calon cucunya.

"Calon nenek-nenek ini sungguh bawel sekali," ucap Rehan.

"Namanya juga akan menyambut kelahiran cucu pertama semua orang pasti akan melakukan hal yang sama. Apalagi calon cucunya pernah mengalami hal yang tidak biasa," jawab Merry.

Rehan memeluk Merry dengan pakaian yang masih berantakan. Rehan tidak jadi melakukan hal yang menyenangkan karena ada gangguan telepon dari sang ibunda. Ia akhirnya terlelap di pelukan Merry yang sedang mengandung bayinya itu. Sepertinya ia sangat nyaman tidur di pelukan Merry dan juga calon bayi yang ada di tubuh Merry.

"Selamat istirahat Rehan. Sepertinya akhir-akhir ini kamu sedikit lelah menjagaku," ucap Merry sambil mengecup kening Rehan. Lalu menarik selimut untuknya.

Merry juga ikut terlelap di samping Rehan. sampai sore hari menjelang makan malam mereka tampaknya masih asyik tidur telelap di atas ranjang.

"Nyonya muda tolong bangunlah. Tidak baik bagi ibu hamil tidur di antara sore dan malam seperti ini," ucap pelayan yang membangunkan Merry.

"Terima kasih bibi telah membangunkanku. Sepertinya hari ini aku nyenyak tidur," balas Merry yang membuka mata dan meregangkan tubuhnya.

Ia melihat di sisinya Rehan masih terlelap kalau dia meninggalkan kasur pasti Rehan akan panik kalau tidak melihat Merry di sisinya saat Rehan membuka mata nanti.

"Nyonya muda, anda bisa membangunkan tuan sebelum turun dari ranjang. Makan malam sudah siap untuk anda berdua," ucap pelayan.

"Baiklah aku akan segera turun saat Rehan sudah bangun," balas Merry.

Pelayan sudah pergi dari kamar Merry. Rehan masih tertidur pulas tapi kalau tidak dibangunkan apakah dia akan tidur sampai pagi hari. Merry membangunkan Rehan untuk makan malam dahulu nanti dia bisa melanjutkan untuk tidur jika masih lelah.

"Rehan bangunlah. Hari sudah akan petang ayo bangun dulu. Isi perutmu dulu baru nanti tidur lagi boleh," ucap Merry sambil menggoyangkan tubuh Rehan pelan.

"Merry jam berapa ini apakah masih pagi?" tanya Rehan.

"Ini masih sore menjelang petang. Ayo bangun dulu tidak baik untukmu tidur di waktu seperti ini," balas Merry.

Adik kecil Rehan menegang ia ingin menahannya tapi semakin mengeras dan tegang. Ia terlihat kesakitan lalu memeluk Merry dan mencumbunya di saat baru bangun tidur.

"Merry aku tidak bisa menahan lagi. Tadi siang aku ingin melakukannya tapi ada gangguan. Bolehkah sekarang aku mencumbumu. Aku akan melakukannya pelan-pelan," ucap Rehan.

"Baiklah lakukan saja. Asal kamu bisa mengontrol dirimu," balas Merry.

Mendapatkan persetujuan Rehan langsung mencumbui tubuh Merry tanpa sisa. Mereka melakukan hubungan itu dengan main belakang karena Merry sedang hamil. Lalu dengan gaya yang nyaman untuk ibu hamil lainnya. Mereka tampak Asyik bercinta di dalam kamarnya sampai Rehan puas dan mengeluarkan cairan kenikmatan miliknya.

"Maafkan aku yang tidak bisa mengontrol diri. Padahal kamu sedang hamil tua," ucap Rehan sambil memeluk Merry.

"Tidak apa-apa. Aku wajib melayanimu meski sedang hamil," balas Merry yang balas memeluk Rehan.

Selesai bercinta mereka mandi bersama. Rasanya sangat menyenangkan dan membuat hati bahagia saat mandi bersama pasangan.

"Aku akan membantumu mengeringkan rambut," ucap Merry sambil menggosokkan handuk pada rambut Rehan.

"Kamu sungguh perhatian. Maafkan aku dulu bersikap kasar padamu," balas Rehan.

"Manusia bisa berubah kapan saja. Perhatianmu saat ini sudah cukup buatku," ujar Merry.

Selesai bercinta dan juga membersihkan diri mereka makan di ruang makan bersama. Banyak makanan bergizi untuk kebutuhan ibu hamil tersedia di meja.

"Kenapa makanan di sini kebanyakan sayuran dan buah?" tanya Rehan yang melihat tak ada daging di atas meja.

"Tuan muda makanan ini bagus untuk ibu hamil. Nyonya besar yang mengirim bahan makanan ini khusus untuk satu bulan," jawab pelayan.

Rehan mengangguk mengerti. Semuanya demi anak yang dikandung Merry tapi dia tidak suka sayuran. Apakah harus mengorbankan kesukaannya demi calon bayi yang ada di perut Merry. Melihat Rehan yang sepertinya tak napsu makan Merry memerintahkan pelayan untuk membuatkan makanan untuk Rehan.

"Tolong buatkan makanan untuk tuan muda. Tanya saja tuan muda ingin makan apa," ucap Merry.

"Merry kenapa kamu bisa paham dengan apa yang aku pikirkan?" tanya Rehan.

ISTRI KONTRAK SANG CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang