Rehan tidak mempedulikan Merry yang berteriak minta di lepaskan. Ia tidak mau dikurung di dalam sangkar emas seperti ini. Rehan melewati dua pelayan yang melihatnya keluar dari kamar Merry dan memberikan perintah untuk mereka,
"Jangan biarkan nyonya keluar kamar, antarkan makanan ke kamarnya jika sudah waktu makan, juga apapun yang diminta kalian harus memberikan,"
"Baik tuan, akan kami laksanakan perintah anda," ucap kedua pelayan itu bersamaan.
Rehan menegaskan hanya melarang Merry untuk keluar kamar tidak lebih. itu karena ia sangat menyayangi Merry bukan karena membencinya. Ia tak ingin ada pria lain mendekatinya. Rehan kembali ke kamarnya meminum wine yang selalu tersedia dikamarnya. Ia membanting gelas itu karena kesal mengingat apa yang dilakukan Marcel di restoran siang itu. Pria itu sama sekali tidak memandang wajahnya. seorang tuan muda yang telah mewarisi kekayaan keluarganya.
"Tuan Rehan, bolehkah aku masuk?" tanya seorang Model yang beberapa hari lalu dibawanya untuk memanas-manasi Merry.
"Untuk apa kamu ke sini, kau jangan kelewaran aku sudah bilang kau ini hanya aku sewa untuk memanas-manasi Merry," balas Rehan.
Model itu memang mengerti posisinya tidak sebanding dengan Merry yang sah menjadi nyonya dirumah ini. Tapi gadis itu sudha bertekad untuk menahklukan hati Rehan agar dia bisa menggantikan posisi Merry sebagai nyonya di rumah mewah itu.
"Tuan sepertinya hatimu sedang kalut malam ini, biarkan aku menemanimu tuan," ucap Model itu.
"Cantika aku tegaskan sekali lagi jika kau tidak membutuhkanmu, kau harus tahu diri siapa kamu sebenarnya," bentak Rehan dengan kasar.
Ia meminta pelayan untuk mengusirnya membuat suasana hati Rehan semakin buruk saja. Rehan memilih untuk mendatangi kamar Merry, ia ingin melihat apa yang dilakukan wanita itu saat berada dalam kamar. Rehan melihat wanita itu tampak sibuk dengan gadgetnya. Dalam pikiran Rehan apakah Merry sedang menghubungi Marcel dan ingin di selamatkan olehnya dari rumah ini. hati Rehan semakin kacau. Merry yang sibuk tidak melihat kalau ada Rehan masuk ke kamarnya sampai Merry tertidur pulas di meja kerjanya.
"Kau bahkan mengirim pesan dengan pria itu sampai tertidur dimeja." Rehan mengangkat tubuh Merry dan membaringkan ke atas ranjangnya.
Tak lupa ia menyelimuti tubuh istri kontraknya itu.Rehan melihat gadget milik merry ia melihat isinya ternyata tidak ada nomor pria lain disitu. tablet besar itu isinya pekerjaan kantornya. Sungguh wanita yang gila kerja. Untuk membatasi gerak geriknya Rehan melarang wanita itu keluar rumah beberapa hari ini. ini untuk mencegas Merry bertemu dengan pria menyebalkan bagi Rehan.
"Selamat tidur Merry," ucap Rehan mengecup keningnya.
Rehan keluar dari kamar Merry dan tidur di kamarnya. pagi-pagi sekali Rehan sudah memerintahkan pelayan memberikan sarapan ke kamar Merry. ia tak ingin Merry kelaparan disana. ia juga sudha menghubungi asisten sekaligus sahabat Merry untuk mengantar dokument penting ke rumah saja. karena Merry sedang tidak bisa keluar rumah untuk beberapa hari kedepan.
"Baik tuan hari ini aku akan pergi ke rumah mu mengantar dokumen penting untuk Merry," ucap Leni dari sambungan telepon.
Leni mematikan teleponnya dan menebak apa yang terjadi. Suami Merry sungguh perhatian sehingga melarang sahabatnya itu untuk berangkat kerja karena sakit. Itu yang ada di pikiran Merry saat ini. Dengan senang hati ia membawa dokumen penting ke rumah mewah Rehan.
"Wah rumah yang sangat mewah, aku juga akan senang jika tinggal di rumah semewah ini," tatap Leni takjub melihat rumah Rehan.
"Nona Leni silahkan lewat sini menuju kamar nyonya kami," ucap pelayan yang memandu Leni.
Leni sudah masuk ke kamar Merry yang lebar dan indah itu. ia melihar Merry tampak menikmati makan paginya yang telat. perangkat komputer uga tersedia di kamar itu. Leni memeluk Merry dan mengoceh tiada henti melihar ia tinggal di rumah mewah seperti ini.
"Merry kau sudah kaya dan ditambah suamimu yang kaya, membuatku iri saja," ucap Leni sambil mengambil makanan ringan di meja sahabatnya.
"Hidup di sangkar emas apa hebatnya Leni. aku harap kau nanti mendaparkan lelaki yang tulus mencintaimu ya," balas Merry sambil meneguk susunya.
Leni tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Merry yang jelas saat ini dia sangat takjub melihat mewahnya kamar Merry. mereka memang sahabatan tapi Leni belum pernah sekalipun ke rumah sahabatnya itu. Mereka mengobrol masalah pekerjaan sepanjang waktu. lalu Leni di beri kepercayaan untuk mengelola pekerjaan selama Merry tidak ada di perusahaan mungkin satu bulanan atau bisa lebih.
"Lalu aku harus menjawab apa jika para karyawan bertanya kamu ada dimana? tanya Leni.
"Jawab saja aku sedang menjalani istri yang baik melayai suami di rumah sebelum kembali bekerja, maafkan aku merepotkanmu untuk bolak balik ke rumah ini Leni, hanya kau yang aku percaya," jawab Merry.
Leni dengan senang hari melakukan itu untuk sahabatnya lagipula gajinya ditambah bisa untuk menafkahi keluarga yang sederhana. ia beruntung mempunyai seorang teman seperti Merry yang membantunya dikala susah. ia tidak akan menghianati kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya.
"Nona Leni apa yang dilakukan istriku di kamarnya?" tanya Rehan yang sudah pulang.
"Merry dengan patuh mengerjakan seluruh pekerjaan kantor di rumah, aku di beri kepercayaan untuk bolak balik di rumah ini membawa berkas penting," jawab Leni
Leni melambaikan tangan kembali ke perusahaan menggunakan motornya. Rehan menghentikannya dan bertanya sekali lagi. apakah Leni kenal dengan pria bernama Marcel?
"Tuan Rehan, untuk itu kau bisa bertanya sendiri kepada Merry aku takut salah menjawab, yang jelas dia adalah kakak kelas kami dan pria bernama Marcel itu menyukai Merry istrimu!" jawab Leni sambil menyalakan motornya.
Rehan kembali galau dan hatinya menjadi kacau jadi pria itu sengaja bertemu dengan Merry dan membujuk agar selesai bercerai nanti untuk menerima lamarannya. Rehan mengepalkan tangannya marah. Hal itu mungkin tidak akan pernah terjadi, Awal pernikahan mereka memang tidak didasari dengan cinta. Merry juga mengajukan sebuah pernikahan kontrak selama setahun tapi kenapa semuanya berubah seperti ini. Ada perasaan tak rela saat Merry berdekaran dengan pria lain.
"Tuan muda, jika anda sudah membuak hati kepada nyonya sebaiknya dikatakan saja daripada dipendam seperti ini," ucap asistennya.
"Apa aku perlu kau ikut bicara urusan pribadiku, diamlah jika tidak ingin uang gajimu aku potong," seru Rehan.
Rehan merebahkan punggungnya ke kursi sofa di ruang tamu, ia memikirkan jika kontrak itu berakhir dan ia akan berpisah dengan Merry. saat itu ia akan melihat pria lain memanjakannya, melindunginya dan hidup bahagia bersamanya.
"Tuan ada telepon dari nyonya besar," ucap pelayan menyerahkan gagang telepon ke Rehan.
"Ada apa jam segini menelpon?" gumam Rehan sambil menyahut gagang telepon yang di berikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KONTRAK SANG CEO
RomanceSaat kontrak pernikahan sudah akan berakhir Rehan mulai membuka hatinya untuk Merry. Rehan belum mau mengungkapkan yang sebenarnya sehingga Merry yang sudah ingin lepas dari pernikahan kontrak ini berusaha lepas dari genggaman Rehan. Seorang wanita...