MAKAN MALAM KELUARGA

406 14 0
                                    

Rehan menunggu Merry di ruang tamu, ia masih penasaran dengan apa yang dikatakan oleh makeup artis yang disewanya untuk mendandani Merry. Seperti apakah penampilan Merry malam ini sehingga para pelayan dan makeup artis yang di sewanya takjub?
"Rehan aku sudah siap untuk berangkat ke rumah orang tuamu, oh iya apakah wanita yang kau pelihara itu ikut dengan kita juga?" tanya Merry.
Rehan terpaku melihat Merry yang memang sangat menakjubkan, dres sederhana warna merah dengan belahan sampai lutut dengan aksen pita warna emas sebagai pemanis itu dan riasan tipis serta tatanan rambut yang sangat cocok untuk Merry membuat Rehan mengakui bahwa memang Merry cantik. Tapi ia tak bisa menunjukkan kekagumannnya secara terbuka karena dia akan sangat malu.
"Ayo segera berangkat, ingat kau harus berakting di depan mereka kalau kita saling mencintai seperti pasangan pengantin baru pada umumnya jangan perlihatkan kalau kita sedang menjalani pernikahan kontrak!" seru Rehan yang wajahnya memerah.
"Aku tahu apa yang harus aku lakukan, tapi kau tidak bisa membiarkan seorang wanita yang kau cintai menunggu kita di rumah sendirian 'kan?" tanya Merry.
"Apa kau sudah gila, tidak mungkin aku membawa wanita itu ke rumah!" gertak Rehan.
Pria tampan itu menggandeng tangan Merry menuju mbilnya, ia berdalih hanya berdalih untuk mengelabuhi orang tuanya bahwa mereka adalah pasangan yang cocok karena terlihat harmonis di depan semua anggota keluarganya. Merry menghela nafas pelan seharusnya kalau memang tidak saling cinta Rehan bisa menolak perjodohan ini. Merry sudah berkali-kali menolak pernihakan ini tapi mau bagaimana lagi pada akhirnya pernikahan ini tetap berjalan.
"Kalian sudah datang nak, ayo silahkan masuk," ajak nyonya Handoko dengan raut wajah yang senang melihat menantu dan anaknya sudah datang.
"Mama apa kabar? ini sekeranjang anggur kesukaan mama!" tegas Merry sambil cipika-cipiki dengan mertuanya.
"Seharusnya kau tidak perlu repot membawa makanan segala, kau menantu yang baik ya Merry," ucap Nyonya Handoko.
Merry tertawa senang dan mengobrol di ruang makan bersama mertuanya. tak ala setelahnya kedua orang tua Merry datang dan menyapa mereka. Nyonya Wijaya sangat merindukan putrinya sangat disayangkan jika tidak memanfaatkan momen ini untuk bersua dengan putri.
"Merry putri mama lama tidak berjumpa kau terlihar sanagt cantik aku sangat merindukanmu," ucap nyonya Wijaya.
"Aku jangan memalukanku seperti itu, lihatlah anakmu yang terlihat segar dan cantik berarti Rehan sudah memperlakukannya dengan baik," balas tuan Wijaya.
Merry juga merindukan mamanya pelukan hangat yang ia terima mampu mengalahkan segalanya. rasanya hatinya sangat nyaman bertemu dengan mamanya. sedukit sekali waktu yang ia dapatkan untuk bertemu dengan mamanya malam ini.
"Ayo semuanya silahkan makan hidangan yang telah siap dimeja. Keburu dingin nanti," ajak Tuan Handoko.
"Ah aku sampai lupa keasyikan mengobrol tidak segera menjamu para tamu," balas nyonya Handoko.
Makan malam berjalan dengan lancar. Obrolan yang mereka bahas juga soal permasalahan yang sangat berbobot seperti membahas bisnis dan cara mengembangkannya. Tentu saja Rehan yang sudah menjadi pewaris perusahaan sudah paham dan mengerti soal ini. Merry yang menjadi seorang direktur di perusahaan keluarganya juga paham tentang ini.
"Waktu sudah menunjukkan jam setengah sepuluh malam, mama, papa kami pamit dulu ya," pamit Rehan kepada orang tua dan mertua.
"Wah kita keasyikan mengobrol sampai lupa waktu, padahal aku merasa hanya sebentar saja, waktu cepat banget berlalu ya," balas nyonya Handoko.
Merry juga ikut pamit seperti biasa nyonya Wijaya berdrama karena harus berpisah dengan putri yang sudah dibesarkan dengan sepenuh hati itu, Tuan Wijaya menenangkan istrinya yang penuh drama, ia mengatakan putrinya sudah berkeluarga harus ikut suami sesekali dia nanti akan berkunjung kalau waktunya sudah senggang.
"Sampai jumpa di lain waktu mama mertua, kami akan sering berkunjung membagi waktu ke rumah orang tua," ucap Rehan.
"Kau jaga baik-baik putriku ya nak, karena dia aku rawat sepenuh hati dari kecil hingga menjadi istrimu," ucap nyonya Wijaya.
Rehan mengangguk tanda mengerti dan senyuman indah menghiasai wajah tampannya. ia selalu memasang wajah dingin sebelumnya ini membuat tuan Handoko kaget melihat apa yang terjadi dengan putranya sehingga berucap, "Rehan sepertinya kehidupan rumah tanggamu membuatmu berubah, kau sudah tidak sedingin dulu,"
"Papa semua ini karena Merry selalu menginagtkanku untuk menjadi orang yang ramah." balas Rehan sambil merangkul Merry dengan mesra.
Kedua orang tua masing-masing pasangan pengantin itu bisa bernafas lega pasalnya awal mengetahui mereka dijodohkan tentu saja mereka menolak tapi jika tidak ada perjodohan mereka yang hobi kerja tidak akan pernah bisa menikah seumur hidup mereka karena terlalu sibuk bekerja. itulah yang menyebabkan kedua orang tua yang sudah kenal lama dalam dunia bisnispun sepakat untuk menjodohkan mereka.
"Akhirnya sandiwara ini berakhir," ucap Merry sambil merebahkan badannya di jok mobil.
"Aku juga senang bisa segera pulang karena capek harus bersandiwara menjadi suami yang baik," balas Rehan.
Merry sengaja tidak menimpali apa yang Rehan ucapkan karena jika di sahut akan menjadi pertengkaran diantara mereka, sungguh menjengkelkan jika itu terjadi bukan, Merry tertidur di jok mobil membuat Rehan bisa leluasa memandang wajahnya yang cantik itu. Hati Rehan sudah mulai terbuka untuk Merry tapi dia belum bisa mengakui apa yang dia rasa secara terbuka kepada istri kontraknya itu.
"Kau lumayan cantik, aku ingin mencoba membuka hati ini untukmu," gumam Rehan.
Rehan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang ia tidak ingin waktu bersama Merry bergitu cepat berlalu. seharusnya memang seperti ini. Merry cantik, berwawasan luas, juga mempunyai jabatan tinggi di perusahaan. pendidikannya juga tidak bisa diragukan lagi. Kenapa Rehan harus memperlakukannya dengan semena-mena dan juga membandingkan dengan gadis model yang tidak seberapa cerdas itu. Dia hanya modal cantik saja dan ingin masuk ke keluarga kaya dengan mengandalkan tubuhnya.
"Kita sudah sampai, bangunlah apa kau ingin aku menggendongmu masuk kedalam seperti di film-film?" tanya Rehan saat membangunkan Merry.
"Seperti itu juga tidak apa-apa aku takut aku akan merindukanku saat kita sudah berpisah, maka lakukanlah apa yang ingin kau lakukan selama kita bersama," jawab Merry dengan wajah serius.
Rehan sangat senang mendengar hal ini, tapi ia sudah berjanji tidak akan melepas Merry begitu saja ia akan terus membuatnya nyaman dan mengurungkan perceraian dengannya. Tapi saat ini ia harus terus memasang wajah sinis dan dingin karena tidak ingin Merry mengetahui isi hati Rehan yang sebenarnya.
"Mimpi saja! Aku penasaran sepertinya kau sudah jatuh cinta denganku dan mencoba merayuku ya?" tanya Rehan dengan tegas.
"Kau sungguh percaya diri Rehan aku hanya ingin meninggalkan kenangan manis bersamamu saat aku pergi, setidaknya kita berpisah secara baik-baik bukan?" jawab Merry sambil membuka pintu mobil.
Rehan kesal mendengar jawaban itu. Wanita keras kepala itu kenapa selalu berkata seperti itu saat berbicara dengannya dia sudah ingin sekali berpisah dengannya. Rehan turun dari mobil menyerahkan kunci kepada pelayan yang menyambutnya dan berjalan menuju rumahnya menyusul Merry.
"Kau sudah pulang Merry, aku sengaja datang untuk melihatmu karena beberapa hari ini aku tidak melihatmu dan kau selalu mengabaikan pesanku," ucap seseorang yang dibenci oleh Rehan.
"Siapa yang menyuruhmu datang kesini?" tanya Rehan dengan geram.

ISTRI KONTRAK SANG CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang