Sinar matahari pagi menerangi jalanan kota yang ramai. Memberi semangat pada orang-orang yang hendak bekerja dan bersekolah. Suara nyanyian burung di atas kabel-kabel listrik mengiringi sibuknya pagi itu. Pagi yang cerah seolah menjadi penyemangat tersendiri dan memberikan kekuatan lebih.
Sayangnya, cuaca seperti apapun, tak akan memengaruhi seorang Dewananda Pradipta. Mau secerah apapun cuaca, kegiatan setiap pagi Dewa masih sama. Pemuda itu selalu bergelut dengan buku-buku tebal untuk mengulas beberapa soal matematika sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Dari kelas masih sepi, hingga kelas ramai oleh murid lain yang baru datang.
Dewa melihat arlojinya. Sudah pukul tujuh lebih lima belas menit. Itu berarti, lima belas menit lagi guru mata pelajaran pertama akan masuk. Waktu tersebut akan dimanfaatkan Dewa untuk meminjam beberapa buku dari perpustakaan. Ia merapikan buku-bukunya. Di saat bersamaan, terdengar pengeras suara kelas berdengung. Pengeras suara tersebut terhubung dengan ruang penyiaran.
Mendengar seperti akan ada pengumuman dari ruang penyiaran, semua murid dari masing-masing kelas menghentikan kegiatan.
‘Tes! Tes! Ini udah nyambung ke semua kelas, 'kan?’
‘Halo semuanya! Gue Clara Tarida Evelyn dari kelas 11 IPS 5. Hari ini mau ngumumin, kalo Dewananda Pradipta dari kelas 11 IPS 1 adalah pacar gue! Buat semua murid cewek di sekolah ini maupun sekolah lain, nggak ada yang boleh deketin Dewa! Titik!’
Setelah mendengar pengumuman konyol dari Clara, semua murid terkejut. Kemudian, tertawa bersamaan. Dari kelas 11 IPS 1, terdengar suara sorakan bercampur cie-cie yang bergema. Mereka, kecuali Rendra, tengah menyoraki Dewa dengan kompak. Sedangkan Dewa bersikap tak peduli dan melenggang keluar kelas untuk melanjutkan rencana awalnya.
Di koridor, ada banyak murid yang melihat Dewa sambil bisik-bisik. Dewa tak pernah terlihat dekat dengan murid lain, apalagi murid perempuan. Namun, tiba-tiba muncul pengumuman konyol yang terdengar di setiap kelas. Tentu saja hal itu langsung menjadi trending topik di sekolah.
Dewa menuruni tangga dengan ekspresi cuek seperti biasa. Ia sengaja menuli, agar kegilaan Clara tak memengaruhinya. Tak ada keinginan sedikitpun di benak Dewa untuk menemui Clara atau sekadar mengkonfirmasi kegilaan gadis itu. Dewa tahu, Clara sengaja melakukan hal nekad ini demi mencari perhatian darinya.
“Dewa!” panggil Clara dari ujung koridor lantai satu. Tepatnya, di depan ruang penyiaran.
Dewa menghela napas. Hidupnya benar-benar kacau sejak Clara memburunya. Semua ketenangan dan kedamaian hidupnya hilang dalam hitungan detik. Dewa membalikkan tubuh untuk menghindar dari Clara. Di saat seperti ini, ia tak boleh dekat dengan Clara, agar orang-orang tak memercayai kata-kata Clara tadi.
“Eh, Dewa! Gue manggil lo! Lo jangan pura-pura tuli, ya!” teriak Clara dengan berlari mengejar Dewa.
Dewa semakin mempercepat langkah. Ia seperti sedang dikejar oleh hantu. Sungguh Dewa tak pernah membayangkan, hari semacam ini akan terjadi. Entah gadis macam apa Clara itu. Dewa bahkan tak mengerti, mengapa Clara sangat ingin berpacaran dengannya. Padahal, mereka tak saling mengenal sebelumnya.
“Dewa, tungguin gue!” teriak Clara lagi.
Posisi Clara semakin dekat. Dewa kini bingung harus bagaimana. Tanpa pikir panjang, ia memasuki salah satu ruangan. Tak peduli itu ruang apa. Yang jelas, saat ini ia harus menghindar dari gadis gila itu. Setelah masuk ke ruangan tersebut, Dewa menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Ia mengatur napas untuk menenangkan diri.
“Cie, kapel baru!” teriak seseorang dari ruangan yang dipenuhi alat musik itu. Lalu, disusul suara sorakan dari beberapa orang. Sontak hal itu membuat Dewa terkejut bukan kepalang. Ia baru sadar, jika di ruangan tersebut ada orang lain selain dirinya. Apa yang terjadi barusan bisa diibaratkan seperti terhindar dari kejaran harimau, tapi malah masuk ke sarang singa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita [END]
Teen FictionDewananda Pradipta, pemuda berusia 17 tahun yang sengaja menutup diri dari orang lain. Bukan tanpa alasan, Dewa menjadi sosok yang sangat tertutup. Ia memiliki banyak rahasia yang disembunyikan. Saking tertutupnya, Dewa nyaris tak pernah berbicara d...