Clara keluar dari kamarnya setelah Maudy tidur. Rendra, Rizal, dan Gavin menunggu di ruang tengah dengan rasa khawatir yang menyelimuti. Rizal masih penasaran, sebenarnya apa yang terjadi pada Maudy hingga nekat ingin melakukan hal bodoh. Laki-laki itu tak menyangka, jika Maudy yang selama ini terlihat baik-baik saja, ternyata menyimpan masalah. Rizal jadi menyesal, sebab beberapa waktu lalu sempat mendiamkan dan tak membalas pesan Maudy.
Rizal melirik Rendra yang duduk di sebelahnya. Rendra juga tampak cemas setelah mengetahui apa yang terjadi pada Maudy, sampai-sampai langsung ke rumah Clara untuk memastikan keadaan teman dekatnya itu. Rizal tak tahu, seperti apa sebenarnya hubungan Rendra dan Maudy. Namun, dari pengamatan Rizal dan penuturan Bima, Rendra dan Maudy hanya teman dekat.
“Ra, gimana keadaan Maudy? Dia udah tenang, 'kan?” tanya Rizal saat Clara masuk ke ruang tengah.
“Sekarang udah tidur. Tadi sempet nangis-nangis dan bilang kalo nggak mau pulang,” jawab Clara seraya duduk di sofa.
Mendengar jawaban Clara membuat Rizal, Rendra, dan Gavin lebih tenang. Setidaknya malam ini, Maudy bisa melupakan masalahnya untuk sesaat. Permasalahan Maudy tak bisa diselesaikan oleh orang lain, melainkan harus Maudy sendiri dan orang tuanya. Namun, keluarga Maudy terlalu acuh pada putrinya. Itu sebabnya, Maudy selalu mencari pelarian di luar, karena keluarganya tak memberi kenyamanan.
“Kalo gue boleh tahu, sebenernya Maudy kenapa?” tanya Rizal yang langsung mendapat tatapan dari Rendra dan Gavin.
Clara menyenggol kaki Rendra, seolah bertanya, apakah boleh menceritakan semuanya pada Rizal. Masalah Maudy menyangkut keluarga, jadi agak sensitif. Rendra tak memberi respons pada Clara, tapi malah melirik Gavin.
“Kenapa malah ngeliatin gue?” Gavin dengan menampakkan wajah polos malah balik bertanya.
Clara menghela napas, sebab orang yang ditanyai malah membuatnya bingung. Clara pikir, tidak apa-apa jika Rizal tahu. Toh, Maudy dan Rizal sudah cukup dekat.
“Maudy lagi ada masalah sama ortunya. Makanya, beberapa hari ini dia tinggal di rumah gue,” beber Clara.
“Emangnya masalah apa, kalo gue boleh tahu?” tanya Rizal penasaran.
Clara mulai menceritakan bagaimana kehidupan Maudy setelah Maura meninggal. Tentang bagaimana Maudy harus hidup sebagai Maura di depan sang ibu. Juga, tentang ayah Maudy yang tak peduli dengan Maudy, bahkan mengatakan, bahwa ia ingin Maura saja yang masih hidup. Setelah mendengar penjelasan dari Clara, Rizal jadi sadar, bahwa tak semua orang memiliki kehidupan yang harmonis. Di balik senyuman manisnya, ternyata Maudy menyimpan rasa sakit sendiri. Semua orang memang memiliki cerita dan rasa sakit yang kadang tak diperlihatkan pada orang lain.
Sebelumnya, Rizal menghindari Maudy, karena merasa kesal pada gadis cantik itu. Perasaan suka Rizal pada Maudy membuatnya marah saat melihat Maudy terlalu dekat dengan laki-laki lain, termasuk Rendra. Padahal sebelum mereka saling mengenal, Rendra dan Maudy sudah dekat dan lengket.
“Oh iya, gue lupa berterima kasih sama lo. Thanks, karena udah dateng di saat yang tepat. Gue nggak bisa bayangin bakal kayak gimana kalo nggak ada lo,” tutur Clara.
Rizal tersenyum simpul. Bisa dikatakan, apa yang terjadi hanya sebuah kebetulan. Pemuda itu tak menyangka, jika gadis yang dilihatnya hendak menerobos jalan raya yang ramai adalah Maudy. Saat itu, Rizal tengah menunggu sang ayah yang membeli pizza di salah satu restoran pizza terkenal.
Tak lama kemudian, ponsel Rizal berdering. Dengan cepat, ia menjawab panggilan telepon dari ayahnya itu. Beberapa saat lalu, Rizal hanya mengirim pesan pada ayahnya, bahwa ia bertemu dengan teman dan hendak menunggu sang ayah di rumah teman yang ditemui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita [END]
Teen FictionDewananda Pradipta, pemuda berusia 17 tahun yang sengaja menutup diri dari orang lain. Bukan tanpa alasan, Dewa menjadi sosok yang sangat tertutup. Ia memiliki banyak rahasia yang disembunyikan. Saking tertutupnya, Dewa nyaris tak pernah berbicara d...