19. Rahasia Lain Dewa

133 4 8
                                    

Hidup di tengah keluarga harmonis yang penuh kasih sayang adalah sebuah nikmat. Sayangnya, tak semua anak di dunia ini bisa merasakannya. Ada kalanya, hidup memuakkan yang dijalani seseorang merupakan impian orang lain. Orang lain tidak pernah tahu, di balik senyuman seseorang, terkadang ada rasa sakit yang berusaha disembunyikan. Karena itu, tetaplah bersyukur dengan segala kehidupan yang Tuhan berikan.

Dewa menuruni tangga bersama murid lain. Ia harus bergegas pulang sebelum Clara meminta sesuatu yang tidak-tidak padanya. Pemuda itu sampai menonaktifkan ponsel agar Clara tak bisa menghubungi. Sungguh, kehadiran Clara dalam hidup Dewa membuat semua yang Dewa rencanakan jadi berantakan. Bahkan jadwal belajar Dewa juga ikut tak karuan.

Dewa mempercepat langkah menuju tempat parkir. Dengan cepat, ia menaiki sepeda keluar area sekolah. Karena terburu-buru, Dewa jadi kurang hati-hati. Tanpa sengaja, sepedanya menabrak mobil yang memasuki pintu gerbang sekolah. Beruntung, mobil tersebut melaju dengan kecepatan rendah. Jadi, Dewa hanya terjatuh bersama sepedanya dengan beberapa luka kecil di siku dan lengan. Si pengemudi mobil langsung menghentikan laju mobilnya dan keluar untuk melihat keadaan Dewa.

“Kamu nggak apa-apa, Nak?” tanya si pengemudi mobil yang ternyata adalah Tuan Juan.

Dewa mendongakkan kepala, menatap Tuan Juan. Dalam hitungan detik, tubuh Dewa seperti membeku. Matanya bertemu tatap dengan mata sang ayah kandung yang seolah tak mengenalinya.

“Nak, apa ada yang sakit? Kita ke rumah sakit, yuk!” tanya Tuan Juan lagi.

Tuan Juan semakin panik karena Dewa hanya terdiam menatapnya. Ia melihat siku Dewa yang lecet dan berdarah. Kemudian, menepuk pundak Dewa untuk menyadarkan pemuda tersebut.

“Nak, kenapa kamu diem aja?” panik Tuan Juan.

Dewa tersadar dari lamunannya. Baru saja ia membayangkan jika Tuan Juan mengetahuinya ada. Ya, Dewa membayangkan kehidupannya yang mungkin akan sesempurna kehidupan Rizal.

“Ah ... iya?” balas Dewa yang akhirnya buka suara.

“Bagian mana yang sakit, Nak?” Tuan Juan menatap Dewa lekat.

“Aku nggak apa-apa, kok.” Dewa membalas sembari berdiri. Namun, tiba-tiba ia merasakan sakit di bagian lutut. Dewa baru sadar jika celananya robek dan menampakkan luka pada lututnya.

“Lho, ini juga berdarah, Nak! Kita ke rumah sakit, yuk! Atau ke klinik terdekat aja, gimana?” tawar Tuan Juan.

Dewa baru akan memberi jawaban, mendadak Rizal datang menghampiri. Rizal mengatur napas, karena tadi ia berlari setelah mendengar kabar tentang tabrakan yang melibatkan sang ayah. Tak hanya Rizal, Maudy, Clara, dan Rendra juga datang untuk melihat kerumunan yang ada di depan pintu gerbang.

“Wa, lo nggak apa-apa, 'kan?” tanya Clara sembari mendekat pada Dewa. Gadis itu harus berakting menjadi sosok pacar yang perhatian di depan semua orang.

Dewa seperti tak memedulikan Clara. Matanya terus menatap sosok Juan Anggara yang sangat dikagumi. Ya, sekalipun tak mengenal secara langsung. Akan tetapi, Dewa cukup tahu banyak tentang sosok Juan Anggara yang merupakan seorang jaksa. Bahkan, alasan Dewa masuk jurusan IPS adalah demi mengejar cita-citanya menjadi seorang jaksa.

***

Dewa keluar dari klinik sekolah dengan beberapa perban yang menutupi siku, lengan dan lutut. Setelah mendapat perawatan dari dokter di klinik, Dewa diperbolehkan pulang. Di depan klinik, ada Tuan Juan, Rizal, dan Clara yang menunggu. Melihat Dewa, ketiganya langsung menghampiri.

“Sepeda kamu setirnya bengkok, Nak. Tapi udah dibawa ke bengkel sama orang suruhan Om. Jadi, sore ini kamu pulangnya Om anterin, ya?” papar Tuan Juan.

Rahasia Kita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang