Malam dingin di akhir musim kemarau pada tahun 2004. Sosok wanita berdiri di depan sebuah asrama khusus laki-laki. Dengan ekspresi sedih bercampur bingung, wanita berusia hampir seperempat abad itu menunggu seseorang. Beberapa orang yang kebetulan lewat menatapnya penuh tanya. Sementara wanita yang bernama lengkap Diana Saraswati itu hanya menunduk sembari berharap orang yang ditunggu segera datang menemui.
Diana memeriksa ponselnya yang tebal dan berlayar kuning. Sayangnya, apa yang diharapkan tak jadi kenyataan. Tak ada balasan apapun dari orang yang dikirimi pesan beberapa saat lalu. Wanita itu menghela napas dengan perasaan kacau. Kemudian, diteleponnya orang yang ditunggu. Masih sama, orang itu juga tak menjawab panggilan telepon darinya.
Tak lama berselang, sebuah mobil menepi di dekat Diana. Dua orang pria keluar dari mobil tersebut. Melihat Diana yang sudah menunggu, salah satu pria tadi langsung memasuki area asrama. Sementara pria yang lain lekas menghampiri Diana dan menarik tangan Diana ke samping pagar asrama. Lalu, dilepaskan tangan putih sang wanita dengan agak kasar.
“Kamu ngapain ke sini?” tanya pria yang bernama Juan Anggara tersebut.
“Juan, aku udah telat dua bulan.” Diana berujar dengan wajah bingung bercampur gelisah.
“Maksud kamu ... kamu hamil?” Juan tampak kaget.
Diana mengangguk pelan. Sementara Juan malah menghela napas dan panik, karena tak pernah terbayangkan sang pacar akan hamil anaknya. Sepertinya, masalah baru akan muncul untuk menghancurkan semua rencana pria itu.
“Gugurin!” perintah Juan tanpa ragu.
Diana langsung menggelengkan kepala, menunjukkan penolakan. Ia tak mau membunuh anaknya sendiri. Tak peduli jika Juan tak mau bertanggung jawab. “Enggak! Aku mau mempertahankan anak ini.”
“Kamu jangan egois! Dengan kamu mempertahankan dia, kamu sama aja mau ngerusak masa depanku dan masa depan kamu sendiri. Istriku baru aja ngelahirin anak yang jantungnya bermasalah. Kamu jangan nambah bebanku dengan melihara anak haram itu!” sungut Juan, menatap tajam Diana.
Diana mundur beberapa langkah, takut Juan akan mengamuk dan menyakitinya. Selama ini, bukannya Diana tak tahu kalau pria yang merupakan cinta pertamanya itu sudah beristri. Diana bisa sampai begitu berani karena Juan mengaku, bahwa ia tak mencintai istrinya dan berjanji akan menceraikannya setelah melahirkan. Akan tetapi, sepertinya itu hanya kebohongan Juan belaka agar Diana tak pergi darinya. Ya, Juan memang pria serakah.
Juan dan Diana tumbuh bersama di panti asuhan. Keduanya dekat sejak kecil. Mereka berpisah tatkala Diana diadopsi. Walau hidup di panti asuhan, Juan Anggara adalah seorang yang cerdas. Berkat kecerdasannya, ia mendapat beasiswa dari sebuah yayasan dan berhasil mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
Kehidupan Juan berjalan semakin baik setelah mengenal Fauzia Renita, anak dari pemilik yayasan yang memberi Juan beasiswa. Zia sangat mengagumi dan mencintai Juan. Wanita itu rela melakukan apapun demi mendapatkan sosok Juan Anggara yang tampan dan cerdas. Mengetahui hal itu, Juan malah memanfaatkan perasaan Zia untuk memuluskan jalan menuju impiannya.
Pada akhirnya, Juan menikah dengan Zia saat pendidikannya di perguruan tinggi tinggal satu semester lagi. Setelah menikah, Juan bertemu kembali dengan Diana. Juan mulai serakah, karena merasa telah memiliki segalanya. Ia menjanjikan banyak hal pada Diana saat sang istri tengah hamil. Ya, seberengsek itu memang sosok Juan Anggara yang kini dikenal publik sebagai seorang Jaksa cerdas sekaligus suami dan ayah idaman.
Apa yang terjadi 18 tahun lalu berputar bak roll film di ingatan Nyonya Diana. Wanita itu tak akan pernah lupa, bagaimana bodohnya ia saat masih muda hingga membuat putranya hidup seperti sekarang. Seandainya ia tak tergoda dengan rayuan Juan Anggara, mungkin hidupnya tak akan sekotor sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Kita [END]
Teen FictionDewananda Pradipta, pemuda berusia 17 tahun yang sengaja menutup diri dari orang lain. Bukan tanpa alasan, Dewa menjadi sosok yang sangat tertutup. Ia memiliki banyak rahasia yang disembunyikan. Saking tertutupnya, Dewa nyaris tak pernah berbicara d...