Tiiiing....
Seluruh siswa memasukkan buku-buku mereka kedalam tas usai bunyi lonceng, getaran pada arloji yang melilit pergelangan tangan masing-masing siswa membuat mereka bergegas.
"Win, jadi daftar menjadi anggota marching band?" tanya Bright yang langsung menuju ke meja Win ketika remaja bergigi kelinci itu masih sibuk dengan buku-bukunya.
Gracia yang baru selesai berkemas melirik ke arah Win yang mengabaikan Bright. "Memangnya dia pikir dirinya spesial?" decih Gracia.
"Bagaimana?" Bright masih setia tersenyum sampai Win selesai dan membalas tatapannya meskipun dengan raut wajah datar.
"Aku tidak mendaftar, Bai." jawab Win seraya mengeluarkan kartu akses kelas tambahannya untuk diperlihatkan kepada Bright.
Bright mengangguk pelan. "Kau masuk kelas sains? Tidak apa-apa, lagipula marching band tidak diadakan hari ini, tapi hari Kamis. Kau bisa mendaftarkan diri besok." tawar Bright lagi. Namun, bukannya mengiyakan, Win justru mengeluarkan kartu akses kelas tambahan lainnya dan berharap agar Bright bisa mengerti tanpa harus Win jelaskan.
"Kelas tambahan matematika juga?" tanya Bright tak percaya ketika melihat kartu-kartu lain yang menyertai Win.
"Untuk apa menawarkan earpod pada orang tuli? Dia tidak akan tertarik, Bright." sela Gracia seraya mendekati meja Win. "Lagipula aku baru melihat ada orang yang sesombong dirimu. Apa kau baru saja pamer bahwa kau mengikuti semua kelas tambahan akademis?" Gracia menyilangkan tangan di dada seraya memandang Win dengan tatapan remeh.
"Kenapa kau ikut-ikutan?" tanya Bright pada Gracia yang tiba-tiba bergabung.
"Aku tidak ikut-ikutan. Anak baru ini harus diberi tahu kalau dia tidah boleh sombong, kau tidak boleh menganggap bodoh kelas non-akademik meski kau mengikuti semua kelas tambahan akademik, Win. Iya kan, Bright? Aku juga mengikuti kelas Sains dan matematika, tapi aku tidak menyombongkan diri dan tetap mengikuti kelas non-akademis." jelas Gracia panjang lebar. Win tidak mengerti apa maksud gadis itu. Tapi karena Gracia terus mendekat ke arah Bright, Win akan menganggap kalau gadis itu sedang cari perhatian.
"Win." panggil Bright ketika teman lamanya itu pergi begitu saja.
Gracia semakin kesal ketika Bright meninggalkannya dan lebih memilih untuk menyusul Win.
Bright mengikuti Win yang menuju ke lantai dua gedung sekolah, tetapi ketika Bright tiba di ujung koridor, Win telah menyerahkan kartu aksesnya kepada pengawas dan memasuki kelas. Bright memutuskan untuk pergi, sebab ia tak mungkin bisa menyusul Win sampai kedalam kelas sains karena Bright bukan anggota kelas tambahan itu. Lagipula getaran dari arloji ditangan Bright tak lagi dapat diabaikan.
••• • •••
Pukul 16.04, Kao pulang ke tempat ia dan Gulf tinggal, rumah Mew.
Kao menyeringai setelah keluar dari mobil, beberapa tahun yang lalu ia melihat Mew dimakamkan, dan ia tinggal di rumah Mew setelah menggantikan posisi Mew, lalu Mew hidup lagi? Begitu saja?
Kao mengepalkan tangannya dan mulai mengatur emosi. Entah gertakan semata atau fakta, Kao harus tau apakah bedebah Mew benar-benar telah menemui Gulf sebelum dirinya.
Kao membuka pintu rumah rumah yang tak terkunci, dan ia tak melihat Gulf di ruang keluarga ataupun ruang tamu. Kao menyempatkan diri untuk melirik ke arah dapur ketika dirinya menaiki tangga menuju kamar, tetapi ia juga tak melihat Gulf di sana.
Hingga saat Kao membuka pintu kamar, ia mendapati sosok Gulf yang asik menatap layar smartphone sampai tak menyadari kepulangannya.
"Siapa yang kau hubungi?" tanya Kao. Ia membuat Gulf terkejut dengan mengambil smartphone milik Gulf tanpa aba-aba.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...