Up mengulurkan tangan, membiarkan Kao membantunya mengobati luka sayatan benang. Dengan kehati-hatian penuh Kao melilitkan plester, "bagaimana?" tanya Kao.
"Terimkasih banyak, Tuan." ucap Up menarik kembali tangannya.
Kao tersenyum dan mengangguk, jam tangannya baik-baik saja meskipun pergelangan tangannya sedikit kemerahan, tetapi Up terlihat mendapat banyak kerugian, pakaiannya dan luka yang didapat.
"Tuan, tolong tunggu sebentar di sini, saya harus mengembalikan kemeja Anda." Up meninggalkan mobil Kao tanpa menunggu jawaban.
Up membuka pintu mobilnya. Namun, ia mengurungkan niatnya untuk segera mengembalikan kemeja milik Kao. Bukan tak ingin, Up hanya menunda.
Up kembali menghampiri Kao. "Tuan, saya rasa lupa membawanya." bohong Up.
"Tidak masalah, lain kali saja, kemeja milikmu juga belum ku kembalikan. Santai saja."
"Kalau begitu saya permisi," pamit Up. Dari dalam mobil, Kao masih menatap Up yang memasuki mobilnya.
"Astaga, aku harus menemui Gulf." gumam Kao seraya menepuk jidat. Tak ingin melewatkan lebih banyak waktu, Kao membuka pintu mobil dan bergegas kembali ke dalam toko untuk tujuan utamanya.
Ceklek.
Gulf tetap asik dengan beberapa dokumen meski menyadari kedatangan Kao, bahkan saat Kao menyapa, Gulf tak memberi respon. Hingga dering smartphone mebuat Gulf mengalihkan perhatiannya dengan langusng menerima panggilan.
"Siapa?" tanya Kao.
"Iya? Aku di toko." Gulf mengabaikan pertanyaan Kao, seolah Kao tak terlihat, ia hanya terus berbicara dengan seseorang dibalik panggilan seraya membuka beberapa dokumen di atas meja.
"Up? Iya, tapi tidak bertemu denganku, dia bertemu Kao." ujar Gulf lagi.
"Siapa, Gulf?" tanya Kao lagi, dan Gulf masih sama, mengabaikan Kao.
"Itu saja? Baiklah, kau tutuplah telponnya."
Gulf menumpuk semua dokumen menjadi satu sebelum bersiap meninggalkan tempat. Kao yang merasakan sikap aneh Gulf lantas mencoba untuk menanyakan masalahnya, tapi belum sempat Kao memegang lengan Gulf, Gulf lebih dulu melewatinya dengan membanting pintu.
"Gulf, ada apa?" tanya Kao yang berusaha untuk mencari tau sebuah alasan.
"Tidak ada apa-apa," jawab Gulf acuh.
"Kau marah padaku karena Up? Kau pasti melihat kami, kan?" tebak Kao menahan lengan Gulf.
Sebelum Gulf meninggalkan lantai dua, Kao harap Gulf mendengarkannya. Kao tau, pasti menyakitkan untuk Gulf saat Kao menahan lengannya sebegitu kaut, tapi jika tidak begini kapan Kao bisa menjelaskan?
"Sayang, kau cemburu?" goda Kao.
"Kau pikir ini saat yang tepat?" ketus Gulf.
Kao menghela napas dan tersenyum hangat. "Coba katakan apa yang kau lihat, jadi aku bisa jelaskan alasannya."
"Kanapa aku harus mengatakan apa yang aku lihat? Kau tidak bisa ingat apa yang kau lakukan?"
"Ini," Kao mengangkat lengannya yang terlilit jam. "Jam tanganku tidak sengaja tersangkut ketika berpapasan dengan Up. Apa bagimu terlihat seperti aku sedang memeluknya?" tanya Kao penuh kesabaran.
Gulf tak menjawab, entah Kao bisa dipercaya atau tidak.
Kao menarik Gulf kedalam pelukannya, mendekap Gulf dengan penuh ketulusan. "Kami hanya mencari jalan keluar untuk tidak merusak barang satu sama lain, lagipula bagaimana mungkin aku memeluk tubuh selain mu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...