ENNUI 2: PERFECT BAGIAN LXXI

427 99 39
                                    

"Sejak kapan kau mulai menemuinya?" Gulf masih bersikeras bertanya. Perdebatan panjang diantara keduanya semakin sengit bagi Gulf yang mendambakan jawaban, sementara Mew hanya berusaha menikmati keadaan. Mew akan berdebat hebat dengan Gulf jika perlu, rasanya Mew ingin melawan pria di hadapannya sampai mereka benar-benar menjadi musuh kedepannya.

"Jika kau sudah selesai dengan berkas-berkas ini, tandai juga berkas perceraian kita," Mew berucap datar.

"Kau ingin kita berpisah? Selama ini kita memang tidak bersama, apa lagi yang kau mau?"

"Aku ingin negara mengakui perpisahan kita. Kedepannya, jika kau ingin mencari pasangan, kau tidak perlu mengkhawatirkan statusmu, meskipun kau tidak pernah sungkan untuk membuat hubungan diatas hubungan lain."

"Aku bukannya tidak menawarkan apapun padamu, aku pernah memintamu kembali setelah tau semuanya, kau yang menolak, Mew."

Mew diam untuk beberapa saat, "Aku benar-benar tidak ingin berbasa-basi lagi. Berbicara denganmu, hanya kata-katamu yang boleh di dengar. Jika kau belum lelah, lanjutkan sendiri, aku bosan."

"Apa kau sudah punya seseorang yang lain."

Mew menatap kedua mata Gulf, tidak mengerti ke mana Gulf mengarahkan pembicaraan mereka.

"Kau terburu-buru meninggalkan hubungan kita, kau bahkan melarikan diri bertahun-tahun. Apa yang kau sembunyikan?"

"Kau mengusir ku," balas Mew singkat. Dengan senyum tipis ia menatap Gulf, mengingatkan jika saja Gulf lupa bagaimana dermaga melepas kapal yang bocor tanpa awak.

"Sepertinya kau akan terus memperpanjang masalah di masa lalu," Gulf kembali berkaca-kaca, menatap kecewa Mew yang telah menyimpan dendam padanya, "Kau jauh berbeda dari yang pernah aku kenal sebelumnya."

"Jauh lebih baik dibandingkan papa yang tidak pernah berubah," celetuk Win yang baru bergabung ke dalam ruangan.

Tidak ada yang menerima kejutan selain Gulf ketika Win tiba bersama Up yang mendorong kursi roda Win.

Gulf kembali melayangkan pandangan kecewa kepada Mew setelah tau bahwa putra mereka muncul di tepat itu. Gulf jelas menyadari kekalahannya setelah mendengar suara Win, tapi bukan Gulf jika menerima semuanya begitu saja.

Gulf menghampiri Win dan bertanya, "Win, kenapa?"

Win hampir tersentuh setelah mendengar suara lembut Gulf yang gemetar. Jika tidak menahan diri, Win mungkin akan segera menjelaskan panjang lebar tentang apa yang Win alami setelah Gulf pergi tanpa berpamitan, tanpa mematikan kompor.

"Kenapa Win melakukan ini pada papa juga?" pertanyaan selanjutnya dari Gulf menghentikan suara yang akan keluar dari tenggorokan Win.

"Kenapa Win berbohong pada papa?!" Gulf berteriak hingga membuat Win menatapnya gentar.

"Untuk apa Win bersikap baik dan patuh pada Papa selama ini? Untuk memberi papa akhir seperti ini?" Gulf terus berbicara dengan nada tinggi, mengintimidasi Win yang duduk di atas kursi roda.

"Jangan berteriak pada putraku," Mew menarik Gulf menjauh dari Win. Gulf pasti tak cukup merasa bersalah hingga harus membuat Win merasa tertekan seperti sekarang.

"Kenapa kalian begitu membenciku?" tanya Gulf pelan, bibirnya bergetar menahan isak yang semakin sedak di dada.

Gulf melirik Win yang diam menghindari tatapannya. Sikap tenang Win terhadap Mew memberi Gulf penjelasan bahwa ini bukanlah pertemuan mereka yang ke-dua atau ke-tiga.

Tetesan air mata jatuh dari ujung dagu Gulf, pria itu tak kuasa mengangkat tangan untuk menyeka air matanya.

"Aku," Gulf menarik napas panjang seraya terisak, "Seluruh waktu yang telah aku lewati dalam hidupku, aku hanya menggunakannya sedikit untuk diriku sendiri. Sebagaian besar aku gunakan untuk dihabiskan bersama kalian. Aku tidak punya hal lain selain bertukar cinta dengan kalian, kenapa kalian tidak bisa membalasku?" tanya Gulf pelan.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang