ENNUI 2: PERFECT BAGIAN XI

684 124 35
                                    

Pukul 22.08, Win berdiri di halte bus dengan rambutnya yang lepek. Remaja laki-laki itu tak lagi merasakan dingin, seolah tubuhnya telah menyesuaikan dengan suhu yang ada.

Hujan tak kunjung berhenti, genangan air memantulkan bayangan Win yang berdiri tanpa ekspresi. Sesekali Win menghela napas, salahnya, seharusnya ia menerima tawaran si supir taksi agar tak terlambat datang ke kelas tambahan, tapi apa boleh dikata? Win terlanjur mendapatkan teguran pertamanya.

Win mendongak saat sebuah mobil berhenti tepat didepannya. Ada sedikit rasa malas untuk menyapa ketika Win melihat pengendara mobil yang kini kacanya terbuka.

"Naiklah, aku tidak memiliki penumpang." ucap Mew yang masih harus bersembunyi dibalik masker dan topi.

"Tidak apa, aku sudah memesan taksi." jawab Win.

Mew memperhatikan putranya dari ujung kaki hingga ujung kaki. "Jangan bohong, bahaya jika kau berada sendirian tengah malam." balas Mew dengan nada rendah.

Win kembali menghela napas, memangnya ia punya pilihan lain selain menerima tawaran Mew? Pada akhirnya Win menduduki kursi penumpang dengan wajah letihnya.

"Kau berada dalam masalah?" tanya Mew ketika mobil mulai bergerak dengan kecepatan yang konstan.

"Bukankah Anda harus menghargai privasi penumpang?" tanya Win tanpa menatap Mew.

"Kau menghabiskan waktumu untuk belajar, kau masih muda, gunakan waktumu untuk pergi dengan teman-temanmu juga."

"Tolong fokus," sahut Win singkat. Ia terlalu malas untuk berinteraksi, selain kecewa pada dirinya, Win juga sangat lelah.

Mobil Mew yang Win tumpangi berhenti di depan gerbang tempat tinggal Win, Win mengatakan kepada Mew kalau ia telah mengirim biaya taksinya dan langsung meninggalkan Mew usai mengucapkan terimakasih. Tanpa Mew sadari, pria lain yang juga mengenakan masker sedang melakukan hal yang sama, menyamar untuk mengawasi.

Seperti biasa, Win membuka pintu rumah tanpa mengetuk dan langsung menaiki tangga untuk masuk ke dalam kamarnya. Namun, ketika Win akan membuka pintu kamarnya, Win menemukan pintu yang biasanya terkuci kini justru tak tertutup rapat.

Win bergegas untuk memeriksa kamarnya, dan, iya, sosok Alice tengah berdiri didepan meja belajarnya entah mengamati apa.

"Oh, kau sudah pulang?" tanya Alice ketika menyadari keberadaan Win.

Win yang menatap Alice dengan tatapan datar langsung menghampiri Alice ketika mengetahui bahwa alarm kecil pemberian Mew berada ditangan sudara tirinya.

"Apa-apaan?" ujar Alice kesal sebab Win merebut paksa jam kecil itu dari tangannya.

"Kenapa kau disini?" tanya Win datar. Mendengar itu Alice lantas tersenyum manis.

"Papamu yang baik hati dan penyayang memintaku datang, dia bilang dia tidak tega membiarkan aku tinggal sendirian di Amerika, orang tua kita bahkan menjemptku di bandara, adik tiri." jelas Alice setengah mengejek.

Win mengepalkan kedua tangan. "Keluar dari kamarku!" ucap Win. Bukan karena Win tak peduli dengan janji yang Gulf dan Kao ingkari, tapi Win lebih tak suka saat Alice berada di kamarnya dan menyentuh barang-barang miliknya.

"Maaf, tapi ini kamarku sekarang." Alice melalui Win yang dirundung emosi dan mendudukkan bokongnya ditepi kasur Win.

"Keluar dari kamarku!" ucap Win lagi. Namun, kali ini Win tak bisa mengontrol nada bicaranya.

"Tidak mau, ini kamarku." bantah Alice.

BRAK!!!

Alice terperanjat saat Win tiba-tiba meraih kopernya dan melempar benda itu keluar kamar.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang