Jarum jam terus bergerak setiap pergantian detik, menit ikut bertambah seiring dengan geraknya, hingga jam berganti.
Jemari yang tak berhenti mengetuk meja menjadi tanda gelisahnya hati dan raut cemas tak bisa ditutupi.
"Tuan Kao?"
Kao menunggu lebih dari satu jam. Orang-orang berlalu-lalang, dan yang Kao tunggu akhirnya datang.
"Tuan Basma?" Kao mengulurkan tangan, menyambut pria yang baru tiba.
"Maaf membuat Anda menunggu lama, saya perlu menyelesaikan sesuatu dengan sekretaris saya, ditambah lagi jalanan macet," Tuan Basma tertawa pelan setelah merasa tidak enak karena membuat Kao menunggu terlalu lama.
"Tidak masalah, Tuan," balas Kao.
"Anda lebih muda dari yang saya bayangkan. Hebat karena perusahaan Anda bisa sangat besar," sanjung Basma.
Kao tertunduk mengulum senyum, "tidak sehebat Anda yang bisa menjadi investor perusahaan-perusahaan besar."
"Kenapa Anda perlu bantuan saya dengan perusahaan yang sebesar itu? Saya dengar sudah ada investor besar yang memegang saham di perusahaan itu," ujar Basma. Benar, Kao menghubungi orang ini bukan tanpa alasan.
Basma adalah pebisnis yang terobsesi menjadi investor. Tidak perduli perusahan besar atau kecil, selama Basma bisa menanam sahamnya, Basma pasti akan melakukannya.
"Begini, Tuan. Perusahaan cabang saya sedang memiliki proyek. Memang tidak besar, tapi produk yang diluncurkan nanti akan di sebarkan hingga ke luar negeri-."
"Anda ingin saya ikut campur dalam proyek itu, bukan?" tanya Basma tertawa pelan, "jika diterawang, grafik labanya pasti akan naik, kan?" tanya Basma.
Kao mengangguk. Jika proyeknya bisa berjalan lancar, tentu mereka bisa menaikkan saham juga.
"Masalahnya adalah saya tidak tertarik lagi dengan urusan saham dan semacamnya, Tuan Kao," ujar Basma.
Kao termangu menatap Basma. Jauh-jauh Kao datang ke tempat ini, dan ia tak mendapatkan apapun?
"Begini, saya pernah tertipu oleh perusahaan tanpa latar belakang. Saya menanam saham di sana, ternyata perusahaannya itu tidak pernah ada, sudah bangkrut sejak berpuluh-puluh tahun. Sejak saat itu, saya menarik semua saham yang saya punya di mana saja. Saya berhenti bermain saham."
Kao berdehem pelan dan melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Sekarang bagaimana? Ada banyak orang yang bisa dijadikan rekan bisnis, tapi masalahnya tidak ada yang bersedia sejauh Kao menghubungi orang-orang.
Bekerja sendirian tanpa asisten atau sekretaris membuat Kao gila. Menemukan sesuatu di luar batasnya memang tidak semudah yang Kao bayangkan.
"Begini, Tuan Kao. Jika Anda perlu uang, bukankah Anda bisa menghubungi investor Anda?" tanya Basma.
Itulah yang Kao maksud, tidak ada yang percaya padanya. Haruskah Kao jujur pada orang di hadapannya? Mengatakan kalau perusahaannya hampir bangkrut? Tapi jika mengatakannya, bukankah Kao harus mengambil resiko kegagalan yang lebih besar?
Basma, orang saat ini duduk di hadapan Kao mengeluarkan sebuah kertas dan meletakkannya di atas meja.
Kao ditengah kebimbangan melirik kertas yang disodorkan kepadanya.
PERJANJIAN KONTRAK
"Ini ...?" tanya Kao setelah membaca tulisan paling menonjol pada kertas.
Basma tersenyum lebar, "saya berhenti bermain saham, tapi tidak berhenti bermain uang."
Setitik rasa lega muncul setelah Kao mendengar ucapan itu. Ini berarti ia tak sepenuhnya menggenggam kegagalan, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...