Gulf menatap lurus ke depan, berjalan lunglai meninggalkan "Win" setelah Mew mempertanyakan kesanggupannya menjaga putra mereka.
Gulf tak bisa membuka suara untuk mendebat Mew. Entah bagaimana kakinya melangkah pergi begitu saja, dan tanda tanya besar muncul dalam pikirannya untuk dirinya sendiri.
Tangan dingin Gulf mengepal erat, langkahnya terhenti setelah hampir sampai di pintu keluar. Gulf membalik tubuhnya, menarik napas dalam dan menatap Up yang mengekorinya atas perintah Mew.
"Ini," Gulf mengulurkan tangannya, mengembalikan kartu akses yang pernah diberikan kepadanya.
"Tolong sampaikan maaf ku pada Tuanmu. Mungkin ..., aku pasti menjadi sangat percaya diri dan melakukan sesukaku hanya karena memegang kartu ini. Lagi pula Mew benar, aku papa Win, tidak seharusnya juga aku meminta orang lain mencari putraku," ujar Gulf.
Up menerima kartu yang Gulf kembalikan dengan perasaan tidak enak. Setelah itu Gulf mengarahkan kartu lain, kartu nama miliknya.
"Aku ingin minta bantuanmu. Jika saja tuanmu memintamu membantu menemukan Win, bisakah kau memberitahuku juga? Atau, hubungi aku jika kau melihat putraku," ujar Gulf.
"Iya," jawab Up seraya menerima kembali apa yang Gulf sodorkan.
"Terima kasih," Gulf kemudian pergi meninggalkan Ilya Palace, tersisa Up yang menatap miris dua kartu dalam genggamannya.
Mew bersandar pada dinding yang berhadapan langsung dengan kamar mandi, kedua tangannya menyilang di dada. Hingga remaja yang ia tunggu akhirnya muncul dengan keadaan rambut yang basah.
"Daddy hampir saja membobol pintunya," gurau Mew saat Win menghampirinya.
"Tiba-tiba saja Win merasa gerah, jadi Win memutuskan untuk mandi. Kenapa? Apa terjadi sesuatu? Win dengar suara Kak Up tadi," ujar Win seraya mengeringkan kepalanya dengan handuk kecil.
"Up?" tanya Mew sedikit terkejut.
"Iya. Apa karena daddy menolak panggilan penting?" tanya Win.
Mew menghembuskan napas lega. Syukurlah jika Win mengira demikian, berarti tak ada yang Win dengar tentang apa yang terjadi ketika Win berada di kamar mandi.
"I-iya, itu ..., itu hanya tentang salah satu dokumen yang perlu ditandatangani, bukan hal yang terlalu penting," bohong Mew.
Win tersenyum seraya mengangguk paham, syukurlah jika semuanya baik-baik saja bagi Mew.
"Ingin dibuatkan sesuatu yang dingin?" Mew memberi tawaran dengan penuh semangat.
"Tidak, Win ingin tidur, Win harus segera pulang besok," Win berjalan menuju kasur dan langsung membaringkan tubuhnya, ia bahkan memakai selimutnya dengan sangat rapi. Namun, bukan berarti Mew tak punya sesuatu yang bisa dilakukan untuk putranya sebelum tidur.
Mew mendekati Win, berniat menyalakan lampu tidur yang ada di samping ranjang. Tetapi Win lebih cekatan dan dengan mandiri menyalakan lampu ketika Mew hampir sampai.
"Kenapa, daddy?" tanya Win pada Mew yang terdiam menatap lampu tidur.
"Tidak apa-apa," sangkal Mew dengan senyuman hangat.
"Maaf, daddy ingin menyalakan lampu untuk Win?" tanya Win, "Selama bertahun-tahun papa membiarkan Win melakukannya sendiri, jadi untuk hal sekecil ini saja, Win bisa menyelesaikannya."
"Daddy tau, daddy tidak permasalahkan itu, kenapa Win minta maaf," ujar Mew seraya duduk di tepi kasur Win.
Win turut tersenyum membalas tatapan hangat Mew, "Daddy hebat di mata Win, karena itulah Win lebih menyukai daddy dibandingkan dengan papa, meskipun papa memiliki lebih banyak waktu bersama Win. Daddy tidak akan berubah, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...