“Win?”
Remaja laki-laki bergigi kelinci segera menoleh saat sang daddy tiba di ruangan di mana Win pernah tinggal untuk beristirahat dan merawat lukanya.
“Apa Win lama menunggu di sini? Kenapa tidak telpon daddy? Maaf karena membiarkan Win sendirian di sini,” sesal Mew yang langsung menyusul putranya.
“Tidak terlalu lama. Tadi Win bertemu dengan Kak Up, dia memberi Win ini,” ujar Win seraya mengangkat kartu yang sebelumnya Up berikan padanya.
“Lalu kenapa Win tidak menyusul daddy ke sana?” tanya Mew tanpa keraguan.
Win kembali menggeleng dengan senyuman di wajahnya. “Daddy sudah tua, jika Win datang dan mengajak daddy bicara, konsentrasi daddy akan langsung buyar dan daddy tidak akan menyelesaikan pekerjaan daddy,” ejek Win.
“Tua? Bahkan jika kita berdiri bersebelahan, orang-orang tidak akan mengira kalau hubungan kita adalah orang tua dan anak,” jawab Mew tak mau kalah.
“Ingatlah umur sekali-sekali, jangan selalu bersikap sok keren sekalipun daddy memang keren,” balas Win.
“Kau tidak suka punya daddy yang keren? Baiklah, daddy akan mencoba untuk menjadi pria tua buncit, daddy akan tumbuhkan kumis juga.”
“Tidak perlu sejauh itu,” Win mulai tertawa. Mew selalu berlebihan dalam segala hal, dari dulu hingga sekarang, dasar tukang merajuk.
“Orang-orang akan mengira kalau daddy masih muda. Bagaimana jika ada yang menggoda daddy?” tanya Win menatap sang daddy.
“Bukan salah daddy. Tapi jika mereka terlihat baik, daddy bisa memberikannya untukmu.”
“Win tidak mau,” tolak Win mentah-mentah.
“Kenapa? Kau sudah punya pacar tanpa memberitahu daddy?” tanya Mew curiga.
“Tidak. Orang yang menyukai daddy pasti punya selera yang buruk, Win tidak bisa menerimanya. Hahaha.”
“Oh, kau puas sekali menertawakan daddy?” tanya Mew tidak terima.
“Jangan mendekat!” tahan Win saat Mew akan menghampirinya lebih dekat.
“Sudah Win bilang jangan!” tegas Win tersenyum lebar saat Mew tak menggubris ucapannya.
“Daddy, jangan!” teriak Win. Namun Mew justru mempercepat gerakannya. Jadilah Win melompati sofa untuk membatasi Mew darinya.
“Sini!” ujar Mew berusaha meraih Win.
“Tidak mau! Sudah Win katakan kalau Win sudah besar, daddy tidak bisa memeluk Win semau daddy lagi!”
“Win tidak mau ke sini?” tanya Mew tidak terima dan semakin gencar mengulurkan tangan untuk meraih Win.
“Tidak!”
“Habislah Win jika daddy menangkap Win,” ancam Mew yang mulai menaiki sofa.
“Jangan memanjat! Hati-hati pinggang daddy!” ujar Win mengejek, meskipun begitu Win tetap melangkah mundur untuk menghindari jangkauan Mew.
“Sini!” ujar Mew kesal.
“Awas pinggang daddy,” ejek Win lagi.
“Kau pria muda lincah, kemari!” Mew melompat dari sofa. Dua orang itu berlarian di dalam ruangan setelah Mew memutuskan untuk mengejar Win.
Win tertawa lepas, tapi ia tidak mengalah dan berlari untuk menghindari sang daddy. Kadang-kadang juga Win sengaja berdiri di balik meja agar Mew tak bisa menjangkaunya, tapi Mew tak mau kalah dan nekat memanjat apa saja yang Win gunakan sebagai penghalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...