Mew meraih kemeja yang baru ia lepaskan dan segera mengenakannya kembali. Gerakannya yang perlahan dalam menjauh membuat Gulf heran, apa yang terjadi?
Mew membelakangi Gulf yang masih berbaring dengan menegakkan kepala, pria itu merapikan pakaiannya tanpa mengeluarkan sepatah katapun sebagai penjelasan darinya.
"Mew?" lirih Gulf memanggil orang yang dalam sekejap bisa berpaling darinya.
"Aku minta maaf karena memancingmu, aku tidak menginginkan ini sejak awal," ucap Mew yang perlahan mulai menghadap ke arah Gulf lagi. "Jika kau tegang, jangan temui orang sembarangan," Mew menatap remeh pria yang berada di atas kasurnya sebelum pergi meninggalkan ruangan.
Gulf tersenyum tipis, segera ia tepis bulir bening yang mengalir melewati pipinya. "Apa dia bercanda?"
Air mengucur setelah Mew memutar keran, Mew tidak melihat noda di tangannya, tapi itu terasa sangat kotor, bahkan semakin kotor ketika Mew mencucinya dengan air mengalir. Mew semakin keras menggosok, tak ia hiraukan punggung tangan yang memerah, ia merasa sangat jijik dengan dirinya yang telah menyentuh tubuh yang bukan lagi miliknya itu.
"Cukup, Mew." suara lirih itu menghentikan gerakan Mew dibawah air mengalir.
"Aku tidak tau kalau aku sekotor itu bagimu, kau tidak mau menyentuh-, tidak, kau mencuci tanganmu setelah memyentuhku? Aku benar-benar sekotor itu?"
Mew memutar keran untuk menghentikan gemercik air, pria itu membalik badannya untuk menatap Gulf. Tepat dihadapan mata Mew, Gulf berdiri tanpa sehelai kain pun dan matanya merah menahan tangis. Dulu, pemandangan ini adalah hal yang tak bisa Mew saksikan begitu saja.
"Aku ... apa aku benar-benar sekotor itu?" tanya Gulf dengan suara bergetar.
"Iya, Gulf," ucap Mew pelan. Mew masih saja tidak tega melihat bulir bening yang mengaliri pipi tirus Gulf, tapi bibir Mew tidak bisa berbohongan hanya untuk sekedar menjaga perasaan Gulf lagi.
Gulf memalingkan wajah seraya menyeka air matanya, apa yang keluar dari mulut Mew benar-benar menghancurkan perasaannya.
"Kenapa kau menangis sekarang?" Mew menatap Gulf tanpa rasa iba.
"Kau sungguh bertanya?" Gulf menahan isaknya.
"Tidak, tapi aku punya satu pertanyaan yang ingin ku ketahui jawabannya darimu. Saat kau menggauli Kao di kamar kita, tidakkah kau merasakan yang ku rasakan saat ini? Kau tidak merasa ada kotoran yang melekat di tubuhmu karena menyentuh yang bukan milikku?"
Gulf mulai terisak seraya menatap wajah Mew, tak lagi ia sembunyikan air matanya yang kian deras.
"Aku benar-benar ingin tau, karena aku benar-benar ingin Kao merasakan apa yang aku rasakan saat itu, saat aku meniduri miliknya, tapi aku tidak bisa melakukan itu karena aku merasa kau kotor," ucap Mew tanpa menyaring kalimatnya. "Bahkan yang membuat aku tidak percaya adalah aku memiliki seorang putra dari seseorang sepertimu?"
"Mew-."
Mew mengusap wajahnya, pria itu menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan tegas. "Bagaimanapun juga, terimakasih untuk melahirkan Win, meskipun sempat menyesal denganmu, tapi aku tidak pernah menyesali kehadiran Win."
"Kau mungkin meracau karena kau mabuk, aku tidak akan menganggap kata-katamu hari ini," ucap Gulf sabar dan mencoba mendekati Mew lagi.
"Tutupi tubuhmu," balas Mew melalui Gulf begitu saja sebelum Gulf menyentuhnya.
"Mew," Gulf menahan lengan Mew erat meskipun Mew mencoba menghindarinya, Gulf tidak akan menyerah, kebahagiaan pernikahan hanya ada ketika Gulf bersama Mew, Gulf ingin kembali ke masa lalu yang sulit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...