"... jadi begitulah reaksi kimia terjadi. Pelajaran berakhir, nikmati waktu istirahat kalian dan jangan lupa untuk mengumpulkan esai besok."
Win menyandarkan kepalanya diatas meja, tepat diatas buku-buku yang masih berserakan. Pelajaran kimia baru saja berakhir, melelahkan. Namun, Win tak boleh bosan dengan materi-materi yang harus ia pelajari karena itu adalah harga untuk ketenangannya.
"Bright." Bright yang baru selesai merapikan buku-bukunya menoleh kearah Enuel. "Wali kelas memintamu pergi ke ruang kesiswaan," sambung Enuel.
Seisi kelas menatap Bright dengan penuh tanda tanya. Semua orang tau kalau ruang kesiswaan adalah tempat untuk mengadili siswa, masalahnya adalah kesalahan apa yang Bright lakukan sampai ia harus mendatangi ruangan itu?
"Bright, kenapa? Kau melanggar aturan?" tanya Gracia. Namun, Bright hanya tersenyum menanggapi pertanyaan itu sebelum meninggalkan ruang kelas dengan langkah santai.
"Wali kelas bilang apa padamu?" tanya Ebel pada Enuel yang duduk di bangkunya.
"Aku tidak tau. Kalau tidak salah dengar, Bright mengacaukan sistem kelas, entahlah." jawab Enuel.
"Astaga, bagaimana bisa?" tanya Ebel shock. Beberapa siswa turut mengerubuni Enuel untuk mendapatkan informasi lain. Satu-satunya orang yang terlihat tak perduli hanyalah Win yang memejamkan mata di mejanya.
"Tentu saja bisa," celetuk Gracia dari kursinya. Sontak saja itu membuat perhatian beralih padanya. "Bright yang malang, dia harus dihukum demi seseorang yang tak memiliki simpati." sindir Gracia pada Win yang masih tak menggubris apapun.
"Ada apa? Kau tau sesuatu?" tanya Ebel.
"Bright mungkin mematikan arlojinya agar tetap dapat berada di lingkungan sekolah tanpa peringatan. Iya, kan, anak baru?" Gracia menghampiri meja Win dan melakukan hal yang sebelumnya pernah ia lakukan, menendang kaki meja Win.
Win membuka mata dan kembali duduk tegak agar dapat menatap wajah Gracia. "Bagaimana aku tau?"
"Bright akan mendapatkan hukuman karenamu, kau tidak merasa bersalah?" tanya Gracia setengah menyudutkan.
"Apa kau melihatku menyuruhnya melanggar peraturan sekolah?" Win balik bertanya.
"Gracia, hentikan." Ebel menarik Gracia agar menjauh dari meja Win.
"Win, jangan menganggap serius ucapan Gracia. Anggap saja dia adalah gadis maniak, oke?" gurau Enuel seraya menepuk pundak Win. Gracia memang menyebalkan, tidak ada yang tahan berteman akrab dengannya selain Ebel dan Enuel.
"Ku dengar kau mengikuti kelas tambahan matematika, aku juga berada di kelas itu, mau pergi bersama nanti?" tawar Enuel yang di balas dengan anggukan oleh Win.
"Tidak ingin pergi ke kantin?" tanya Enuel kemudian.
"Aku baru ingin pergi," jawab Win.
"Bagus, ayo pergi bersama, akan ku tunjukkan jenis roti gulung yang paling enak di sekolah ini." Enuel menarik tangan Win dan membawa Win ke salah satu etalase yang disediakan di kantin.
Enuel mengambil nampan yang tersedia dan meletakkan dua roti gulung diatasnya. Ia kemudian menarik Win ke sisi lain dari kantin untuk mendapatkan minuman.
"Kau suka kopi?" tanya Enuel yang akan mengambil dua buah kaleng kopi, tetapi Win menahannya.
"Aku suka soda." ucap Win.
Enuel tertawa meliat raut wajah Win, Enuel tak menyangka Win juga punya ekspresi lain selain wajah datar yang menyebalkan. "Kau suka duduk didekat jendela?" tanya Enuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENNUI 2 : PERFECT
Fanfiction"Kau selalu terobsesi dengan kesempurnaan, aku akan menunjukkan padamu apa itu sempurna." Kehidupan terkadang membuat manusia kalap, ambisi mereka untuk meraih kata sempurna membangkitkan keegoisan dalam jiwa. Tak akan ada kata sesal dalam hidup si...