ENNUI 2: PERFECT BAGIAN LXVIII

362 76 35
                                    

"Kau yakin bisa melakukannya?" seorang pria yang mengenakan celemek berwarna army memandang ragu pemuda yang gemetar memegang plastik segitiga berisi krim kue.

"Bagaimana menggunakan ini?" tanya Win sembari menyeka keringat di keningnya.

"Pasang spuit itu terlebih dulu," ujar pria itu.

Win melihat sekeliling, mencari benda yang disebut oleh pemilik toko.

"Besi kecil itu," ujar pemilik toko ketika Win bahkan tidak bisa mengenali benda di sampingnya.

"Oh, aku mengerti," ujar Win paham.

"Sebenarnya kau hanya harus mengatakan kriteria kue yang kau mau, aku akan membuatnya untukmu."

"Aku ingin membuat ulang tahun papaku menjadi ulang tahun spesial yang tidak akan ia lupakan sepanjang hidupnya, jadi aku ingin menyiapkan semuanya sendiri. Maaf merepotkanmu," ujar Win.

Sekarang pemilik toko mulai merasa bersalah pada bocah yang sepanjang hari mengacaukan dapurnya.

Win menyiapkan segalanya dari jauh-jauh hari hanya untuk Gulf, ia bahkan mengambil kursus merangkai bunga bersama Art. Namun, hal penting yang ia lupakan adalah ia tak memikirkan tentang kue. Hasilnya, Win terpaksa bolos sekolah demi bisa membuat kue untuk Gulf.

Win menunggu di depan toko bahkan sebelum pemilik toko tiba. Setelah memohon dengan setengah merengek, Win akhirnya diizinkan memasuki dapur.

"Kenapa tidak membuat kue di rumah saja? Kau harus membayar mahal untuk mengganti kerugian ku satu hari ini," ujar pemilik toko.

"Aku tidak bisa membuatnya dirumah, tidak ada yang mengajariku," ujar Win.

Win berhenti sejenak dan memperhatikan bentuk kue buatannya, "bagaimana?" tanya Win.

"Tidak buruk untuk pemula," ujar pemilik toko.

"Jadi, ini tidak terlalu bagus, bukan?"

"Ini sudah cukup membuat papamu bangga karena kau tidak pernah membuat kue sepanjang hidupmu."

"Mengemasnya?" Win kembali bertanya. Pemilik toko kemudian mengambilkan sebuah kotak yang biasa ia gunakan dan membantu Win memasukkan kue ke dalam kotak tersebut.

"Berapa yang harus aku bayar?" tanya Win terburu-buru.

"Berikan saja padaku lima ratus ribu," ujar pemilik toko sembari menuju ke arah wastafel untuk mencuci tangannya.

"Kalau begitu terima kasih, uangnya ku taruh di atas meja," teriak Win sembari terburu-buru meninggalkan toko.

"Hei! Kau melupakan lilin dan pisau kuenya," pemilik toko balas berteriak, sayangnya Win telah lenyap dari pandangannya.

Pemilik toko itu mengkritik sikap Win yang kurang sopan karena pergi begitu saja. Melihat lembar uang yang kumal di atas meja, pemilik toko meragukan jumlah uang yang Win tinggalkan. Dengan sikap ragu-ragu itu pemilik toko mulai merapikan tiap lembar uang, dan ia menemukan bahwa Win tidak hanya meninggalkan uang tetapi juga sebuah kartu nama.

"Gavrie?" pemilik toko menghiraukan kartu itu dan mengambil lembar lainnya. Ternyata, uang yang Win tinggalkan melebihi dari jumlah yang harus dibayar.

Pemilik toko mungkin bukan orang yang ramah, tapi ia tidak ingin memanfaatkan seorang pelajar. Jadi, ia putuskan untuk menghubungi nomor pada kartu nama yang ditinggalkan.

••• • •••

Rintik hujan mulai berjatuhan saat Win menunggu taksi di persimpangan jalan. Sesekali Win memeriksa jam tangannya, takut tak sempat mengejar waktu.

ENNUI 2 : PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang